JAKARTA, KOMPAS –Kementerian Keuangan, Jumat (23/2), memulai masa penawaran sukuk negara ritel seri SR-010. Adapun jumlah imbal hasil yang ditawarkan sebesar 5,9 persen per tahun, dengan tenor selama tiga tahun.
Sukuk negara ritel (Sukri) seri SR 010 adalah surat berharga syariah negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset. Sukri dijual di pasar perdana hanya kepada individu warga negara Indonesia melalui 22 agen penjualan yang telah bekerja sama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Penerbitan Sukri dimaksudkan sebagai upaya pemerintah untuk melakukan diversifikasi instrumen pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara, serta memperluas basis investor di pasar domestik.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman, memaparkan, tanggal penerbitan Sukri 010 dijadwalkan pada 21 Maret 2018. Masa penawaran dibuka sejak 23 Februari hingga 16 Maret 2018 dengan minimum pemesanan Rp 5 juta dan maksimal Rp 5 miliar.
Pembayaran imbalan akan dilakukan setiap bulan pada tanggal 10 dalam jumlah tetap. Kemenkeu bekerja sama dengan 22 agen penjual untuk menawarkan Sukri 010.
Sementara itu, imbal hasil yang ditetapkan sebesar 5,9 persen dengan tenor selama tiga tahun. Imbal hasil tersebut lebih rendah dibandingkan Sukri Seri 009 yang diterbitkan Kemenkeu tahun lalu, yakni sebesar 6,9 persen.
Tingkat imbal hasil sebesar 5,9 persen diperoleh dari studi yang dilakukan Kemenkeu dengan mempertimbangkan pasar sekunder dan jenis investasi lain yang beredar.
Luky tidak tidak memasang target indikatif dari penerbitan Sukri 010. Jumlah dana yang berhasil dihimpun diserahkan kepada permintaan di pasar.
“Kami percaya imbal hasil itu masih menarik minat investor ritel,” ucapnya.
Kepala Sub Divisi Wealth Management BCA, Adrianus Wagimin, mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan penjualan Sukri 010. Namun, BCA tak menargetkan jumlah penjualan. Masa penawaran selama 3 minggu ke depan akan digunakan BCA untuk terus bergerak melihat pasar.
Direktur Utama MNC Sekuritas, Susy Meilina, menargetkan penjualan Sukri 010 sebesar Rp 200 miliar. Tahun lalu, MNC Sekuritas merealisasikan target penjualan Sukri 009 sebesar Rp 150 miliar. Susy optimis dapat memenuhi target karena memiliki based line sekitar 60.000 investor.
“Kami yakin dapat menarik investor karena sukuk ini aman dan selama tiga tahun nilainya tidak akan turun,” katanya.
Ekonom Institut for Development of Economics and Finance, Bhima Yudistira, berpendapat, imbal hasil Sukri 010 lebih rendah dari tahun lalu karena proyeksi inflasi 2018 yang lebih rendah dari 2017. Pada 2017 inflasi mencapai 3,6 persen, sementara pada 2018 pemerintah menargetkan inflasi pada 3,5 persen. Kemungkinan kedua, kata dia, penurunan imbal hasil didasarkan pada penurunan suku bunga deposito sebesar 15 hingga 25 basis poin sejak Januari lalu.
“Karena Sukri ini ingin bersaing dengan bunga deposito, bukan obligasi konvensional,” katanya.
Bhima memprediksi, dengan imbal hasil yang kecil, penjualan Sukri 010 akan di bawah target. Terlebih saat ini dunia memasuki tren bunga tinggi sejak bank sentral Amerika memberi sinyal pada Maret akan ada kenaikan suku bunga acuan. Bhima berpendapat, idealnya imbal hasil sukuk ritel berada pada kisaran 6,2 hingga 6,6 persen.
Dengan demikian, Bhima memperkirakan masyarakat akan lebih memilih simpanan berjangka. Namun, Bhima memandang pajak dalam Sukri yang lebih rendah dari deposito bisa menjadi insentif. Pajak Sukri saat ini sebesar 15 persen sedangkan deposito 20 persen. (DD10)