TUBAN, KOMPAS — Akses jalan desa di Kecamatan Rengel tergenang dan tidak bisa dilalui kendaraan bermotor.
Tinggi genangan air mencapai 30-60 sentimeter, sawah di kiri kanan jalan pun menjadi seperti lautan. Warga pun mengandalkan jasa perahu dengan tarif Rp 15.000-Rp 20.000 untuk tetap beraktivitas.
Akses jalan yang lumpuh itu mulai dari Sawahan-Ngadirejo, Sawahan-Kanorejo, Sawahan-Karangtinoto, Sawahan-Tambakrejo, Karangtinoto-Rengel, serta di Desa Bulurejo, Kecamatan Rengel.
Barang dagangan seperti elpiji juga anak-anak sekolah pun harus diangkuti dengan perahu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tuban Djoko Ludiyono saat memantau banjir di Rengel, Sabtu (24/2), menuturkan, saat ini ada sembilan desa tersebar di Kecamatan Rengel, Soko, Widang, Parengan, Plumpang, yang diterjang banjir. Genangan bervariasi, antara 30-60 cm.
”Ada 104 hektar sawah dan 45 rumah yang terendam,” katanya.
Menurut dia, masyarakat harus dijelaskan bahwa terendam dengan tergenang itu berbeda. Tergenang tinggi air kurang dari 50 cm, sedangkan terendam tinggi air lebih dari 50 cm berlangsung sedikitnya 1 x 24 jam.
”Banjir yang menerjang Tuban karena limpahan dari hulu seperti Ngawi, Madiun, dan Ponorogo yang diguyur hujan deras dalam tiga hari terakhir. Selain itu, ada limpahan banjir dari anak-anak sungai Bengawan Solo, termasuk di Bojonegoro (Kali Pacal) dan Tuban (Kali Kening),” papar Djoko.
Air di Tuban surutnya lambat meskipun di Bojonegoro sudah turun siaga kuning. Biasanya di wilayah Rengel air tidak bisa segera surut karena wilayah yang terdampak banjir membentuk seperti mangkuk sehingga air susah keluar.
Titik rawan banjir seperti di Glagahsari dan Kebomlati, Kecamatan Soko, juga dipantau.
”Sejauh ini meskipun disiapkan area pengungsian, di lapangan bola Rengel dan kantor kecamatan, warga enggan mengungsi karena menganggap banjir sudah biasa. Ya, kami menyiapkan perahu evakuasi untuk mengantar dan menjemput anak sekolah,” ujar Djoko.
Salah seorang warga Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Indah, mengatakan air di rumahnya mulai masuk Sabtu sekitar pukul 05.00. Sebagian sudah mulai tergenang sejak Jumat malam.
”Kami membawa sepeda motor dan naik perahu karena jalan sudah tidak bisa dilewati,” katanya.
Komandan Komando Distrik Militer Tuban Letnan Kolonel Nur Wicahyanto bersama relawan memantau kondisi banjir di Rengel.
Hasil pantauan menunjukkan, areal sawah yang tergenang mencapai sekitar 2.000 hektar, tetapi beruntung sudah dipanen. Genangan di rumah berkisar 30-50 cm. ”Wilayah Rengel belum ada tanggul, jadi kami turut memantau perkembangan aktivitas masyarakat,” ujarnya.
Di sisi lain, kondisi banjir di Rengel dimanfaatkan sejumlah warga mencari belut. Mereka menjaring belut yang tersangkut di sela-sela jerami padi yang dipanen. Belut-belut yang dijaring dimasukkan ke dalam ember plastik.