Bojonegoro Siaga Merah 10 Jam, Banjir Bergeser ke Hilir
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
BOJONEGORO, KOMPAS — Wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, selama 10 jam berada pada level siaga merah luapan banjir Bengawan Solo. Posisi siaga merah berlangsung sejak Jumat (23/2) pukul 17.00 hingga Sabtu (24/2) pukul 03.00.
Mulai pukul 04.00, status Bojonegoro turun ke siaga kuning. Namun, giliran wilayah Balen, Kanor, dan Baureno tergenang lebih tinggi dari sebelumnya, dari 10-30 sentimeter menjadi 40-120 sentimeter.
Bahkan, akses jalan Desa Kalisari, Kecamatan Baureno, sudah tidak bisa dilintasi kendaraan sehingga hanya dapat diakses menggunakan perahu.
Pengungsi diperbolehkan pulang saat elevasi Bengawan Solo pada angka 14.20 pheilchaal (14,20 meter di atas permukaan laut/mdpl).
Meskipun demikian, warga tetap diminta waspada karena debit air bisa fluktuatif dengan terjadinya hujan lokal di Bojonegoro. Meskipun surut, genangan masih terlihat di Ledok Wetan dan Ledok Kulon, Bojonegoro.
Posko kesehatan dan posko penanggulangan bencana masih disiagakan, termasuk tenda-tenda pengungsian, di halaman Gedung Serbaguna Bojonegoro.
Sejumlah relawan juga masih memantau banjir dan mendistribusikan bantuan makanan cepat saji. Bahkan, sejumlah anak TK PGRI 3 Bojonegoro pun mendapatkan edukasi dengan mengunjungi rumah rekan mereka yang tergenang banjir sambil membawa bantuan makanan siap saji.
Menurut salah satu warga Ledok Wetan, Yoyok Sutrisno, di lingkungannya ada 87 keluarga yang terdampak banjir luapan Bengawan Solo.
Sejumlah warga sempat mengungsi ke Gedung Serbaguna, tetapi sebagian sudah pulang. ”Tetapi, dikhawatirkan hujan deras memicu air naik lagi,” katanya.
Khoiriyah, warga Ledok Kulon, menyebutkan, akibat banjir, penyeberangan menuju Sranak, Kecamatan Trucuk, harus bergeser jauh dari tepi Bengawan.
Dermaga penyeberangan digeser ke Lapangan Macan Pinggiran Aliran Bengawan Solo (Also) sekitar 300 meter dari dermaga asalnya.
Di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah, sejumlah siswa bermain di tengah genangan banjir di depan sekolah. Awalnya, ruangan kelas tergenang air, tetapi pada Sabtu siang genangan sudah surut, tinggal genangan di halaman sekolah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, hingga pukul 16.00, secara akumulasi banjir luapan Bengawan Solo melanda 71 desa yang tersebar di 11 kecamatan, yakni Baureno, Malo, Padangan, Dander, Ngasem, Kanor, Balen, Trucuk, Kapas, Bojonegoro, dan Kalitidu.
Masih ada 375 warga yang mengungsi. Sementara 2.222 rumah, 1.015 hektar sawah, 159 hektar palawija, dan 623 hektar pekarangan tergenang.
Sementara itu, ada 40 kambing dan 34 sapi yang diungsikan. Sebanyak 15 lembaga pendidikan, 10 tempat ibadah, 19.436 meter jalan desa, dan 4.000 meter jalan lingkungan tergenang.
Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo menuturkan, meskipun air surut dan posisi Bojonegoro Kota turun dari siaga merah ke siaga kuning, warga yang mengungsi diimbau sebaiknya tidak pulang dulu.
Ada 250 orang yang mengungsi di Gedung Serbaguna, sebagian besar wanita dan anak-anak dari Ledok Wetan.
Di wilayah Bojonegoro Kota, luapan Bengawan Solo menggenangi Kelurahan Campurejo, Ledok Wetan, Ledok Kulon, Jetak, Semanding, Banjarejo, Klangon, dan Kauman.
”Pengungsi diperbolehkan pulang saat elevasi Bengawan Solo pada papan duga menunjukkan angka 14.20 pheilchaal (14,20 mdpl),” ujar Andik.
Hingga Sabtu (24/2) pukul 15.00, elevasi Bengawan Solo masih mencapai 14,50 mdpl. Elevasi tertinggi 15,06 mdpl, berlangsung lima jam pada Jumat (24/2) pukul 19.00 hingga pukul 24.00.
Kondisi hujan yang turun lagi pada Sabtu sejak pukul 17.00 dikhawatirkan membuat debit air Bengawan Solo fluktuatif.