BOJONEGORO, KOMPAS — Hingga Jumat (23/2) malam, sedikitnya 60 desa di 11 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, diterjang luapan Sungai Bengawan Solo sehingga 1.425 warga mengungsi.
Selain itu, 1.249 rumah, 472 hektar padi, 40 hektar palawija, 163 hektar pekarangan, enam sekolah, satu tempat ibadah, 8.836 meter jalan desa di desa-desa tersebut tergenang.
Berdasarkan laporan sementara di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro, 11 kecamatan terdampak, yakni Kalitidu (11 desa), Bojonegoro Kota (7), Kapas (2), Trucuk (3), Balen (3), Kanor (1), Ngasem (3), Dander (2), Padangan (3), Malo (6), dan Baureno (16).
Data bisa terus berubah karena tren debit air naik.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro Andik Sudjarwo menuturkan, tim medis, relawan, dan personel dari sejumlah instansi terkait, seperti TNI, kepolisian, dan lainnya siap mengantisipasi dan menanggulangi banjir.
Logistik terkait banjir juga telah disiapkan mulai dari tenda darurat, dapur umum, selimut hingga perahu evakuasi dan obat-obatan.
Mengantisipasi melubernya air ke perkotaan, pintu keluar air mulai Jetak sampai Banjarrejo ditutup sejak pukul 14.30. ”Selain itu warga di Piyak, Kecamatan Kanor, juga bergotong royong memperkuat tanggul,” kata Andik.
Sehari sebelumnya, di Bojonegoro terjadi banjir bandang yang menerjang 3.644 rumah dan 612 hektar sawah di 26 desa di enam kecamatan, yakni Dander, Temayang, Sukosewu, Balen, Bubulan, dan Kapas. Nilai kerugian ditaksir Rp 597,310 juta.
Banjir bandang itu disebabkan hujan deras yang mengguyur wilayah Bojonegoro selatan dan adanya kerusakan di saluran pelimpas Waduk Pacal. Kondisi itu diperparah gundulnya kawasan hutan dan Kali Pacal yang tidak mampu menampung air.
Di sisi lain, sebagai upaya mengurangi risiko dampak banjir, Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro bersama jajaran forum pimpinan kecamatan setempat dan sejumlah siswa membersihkan tumpukan sampah di sekitar jembatan Kalitidu.
Tujuannya membuat aliran air lancar dan mengurangi risiko dampak banjir. ”Selain itu, untuk mengurangi berkembangnya penyakit,” kata Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro Nurul Azizah.
Bupati Bojonegoro meminta masyarakat tidak panik, tetap tenang menghadapi banjir.
Pemkab Bojonegoro menetapkan status darurat banjir. Orangtua diimbau lebih mengawasi anak-anaknya terutama yang bermain air.
”Jangan sampai timbul korban jiwa. Jangan pula ada masyarakat meminta-minta di jalan mengatasnamakan banjir. Kalau itu dilakukan, Satuan Polisi Pamong Praja, polisi, dan TNI saya minta membubarkannya,” katanya.
Sejumlah warga mulai mengungsi di rumah kerabat, di tanggul, di gedung serbaguna, atau di tenda pengungsian. Hewan ternak, seperti sapi, kambing, ayam, juga diungsikan ke tanggul.
”Ternak itu ibarat tabungan bagi kami,” kata Ali, warga Ngablak, Kecamatan Dander, sambil menggendong anak sapi.
Di Gedung Serbaguna ada 269 orang yang mengungsi. Sebanyak 54 orang mengeluhkan sakit gatal-gatal, pegel linu, mual-mual, serta masuk angin.
Tim relawan dari Palang Merah Indonesia sempat mengevakuasi warga yang sakit dengan tandu melintasi genangan banjir di Banjarrejo.