JAKARTA, KOMPAS — Meskipun pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, meningkat, harga beras masih di atas harga eceran tertinggi. Pedagang berharap beras impor segera diedarkan ke pasar agar harga beras kembali stabil.
Berdasarkan data PT Food Station Tjipinang Jaya, stok beras per 23 Februari terjadi peningkatan. Stok akhir di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebanyak 29.242 ton. Stok awal sebesar 28.545 ton.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengatakan, minggu depan akan ada penambahan stok sebanyak 1.921 ton.
Sejak Oktober 2017 hingga akhir Februari 2018, PIBC mendapat pasokan bantuan beras dari Perum Bulog sebanyak 75.000 ton.
Arief menjelaskan, penambahan stok tersebut berasal dari Jawa Tengah sebesar 23,89 persen, antarpulau 21,06 persen, Karawang 8,71 persen, Cirebon 9,46 persen, Jawa Timur 5,18 persen, Bulog 25,81 persen, Bandung 2,71 persen, dan Cianjur 0,27 persen. Pasokan tersebut tidak ada yang berasal dari beras impor.
Kamis (22/2), sebanyak 39.741 ton dari 137.250 ton beras impor yang tiba di Indonesia telah masuk ke gudang Bulog (Kompas, 23/2). Beras tersebut dipesan Perum Bulog dari Vietnam, Thailand, dan India.
”Beras impor belum diedarkan ke pasar karena digunakan sebagai cadangan pangan nasional,” kata Arief saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (24/2).
Meskipun stok tersebut meningkat, harga di pasar masih di atas harga eceran tertinggi (HET). Adapun HET beras medium ditetapkan Rp 9.450 per kilogram dan beras premium Rp 12.800 per kilogram.
Saat ini, harga beras di PIBC untuk kategori medium mencapai Rp 10.000 per kilogram dan kategori premium mencapai Rp 13.000 per kilogram. Harga tersebut masih belum stabil, bergantung pada jumlah stok yang ada.
Di pasar tradisional harga beras per kilogram jauh di atas HET. Di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, harga beras kategori medium mencapai Rp 15.000 per kilogram dan kategori premium Rp 18.000 per kilogram.
Rahmat (31), pedagang beras di Pasar Tebet Barat, mengatakan, sejak dua bulan lalu, beberapa jenis beras tidak ada di pasaran, padahal beras tersebut diminati pembeli.
Beras impor
Ketidakstabilan harga tersebut dipengaruhi terbatasnya stok beras di pasaran. Hal tersebut dapat diatasi dengan diedarkannya beras impor ke pasaran sehingga tengkulak dapat segera melepas beras yang ditahan di gudangnya.
Menurut Ketua Koperasi Pedagang PIBC Zulkifly Rasyid, tengkulak akan segera melepas beras yang ditahan di gudang ketika beras impor diedarkan ke pasaran. Ia telah menyampaikan hal tersebut kepada Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita minggu lalu.
”Saya ingin pemerintah segera melepas beras impor agar jumlah beras yang beredar di pasar surplus,” ucap Zulkifly. Ia menjelaskan, ketika stok beras di pasar melimpah, tengkulak akan segera melepas beras yang mereka tahan di gudang.
Jika stok beras di pasar terbatas, tengkulak akan menahannya hingga permintaan terus meningkat. Mereka akan menjualnya ketika harga beras tinggi agar mendapatkan keuntungan yang besar.
Zulkifly menyebutkan, jumlah penambahan stok di PIBC masih terbatas karena sebagian besar petani mengalami gagal panen. Kegagalan tersebut terjadi karena faktor curah hujan yang tinggi dan serangan hama.
Anggota Ombudsman RI, Ahmad Alamsyah Saragih, mengatakan, pihaknya masih mempelajari terkait adanya upaya administratif untuk menghambat agar beras impor terlambat masuk ke gudang Bulog.
”Kementerian Perdagangan memiliki wewenang untuk operasi pasar Bulog berdasarkan rapat koordinasi terbatas,” ujar Ahmad. (DD08)