Deteksi Dini Jadi Kunci Keberhasilan Terapi Kanker
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesadaran masyarakat untuk mendeteksi secara dini kanker terus didorong. Deteksi dini menjadi kunci dalam kesembuhan kanker. Semakin awal kanker ditemukan, pengobatan yang dilakukan semakin mudah dan cepat. Namun, kesadaran deteksi kanker di Indonesia dinilai masih minim.
Masyarakat yang belum sadar akan pentingnya deteksi dini biasanya dipengaruhi kurangnya edukasi, kurangnya kepedulian, dan ketakutan untuk menjalani pengobatan medis. ”Padahal, deteksi dini sangat penting karena keberhasilan pengobatan sangat berbeda jauh dibandingkan setelah stadium lanjut,” ujar dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik Rumah Sakit MRCCC-Siloam Hospital Semanggi, Jeffry Tenggara, pada Forum Diskusi Kesehatan bertema ”Deteksi dan Atasi Kanker” yang diadakan harian Kompas dengan Rumah Sakit Siloam di Jakarta, Sabtu (24/2).
Pada kanker payudara, misalnya, kata Jeffry, saat penderita sudah dideteksi pada stadium satu dan langsung dioperasi, ketahanan hidup lima tahun (five yearsurvival rate) bisa mencapai 100 persen. Namun, jika baru dilakukan tindakan saat penyakit sudah pada stadium IV, ketahanan hidup satu tahun (one year survival rate) hanya 15 persen atau hampir 85 persen pasien tidak bisa ditolong.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mencatat, prevalensi penyakit kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Dari jumlah tersebut, kasus kanker yang banyak ditemukan pada pria adalah kanker paru-paru dan kanker usus besar, sementara pada wanita adalah kanker payudara dan kanker leher rahim atau serviks.
Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Niken Wastu Palupi, Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, menyampaikan, 43 persen kanker bisa dicegah. Pencegahan bisa dilakukan dengan cek kesehatan rutin, menghindari asap rokok, rutin latihan fisik, konsumsi makanan bergizi seimbang, istirahat cukup, dan mengelola stres. ”Cek kesehatan rutin termasuk upaya deteksi dini,” katanya.
Deteksi dini kanker bisa dilakukan melalui beberapa pemeriksaan kesehatan, yaitu pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologi ataupun rontgen, pemeriksaan ultrasonografi (USG), mamografi, pemeriksaan papsmear, computerized tomography (CT) scan, PET scan, serta biopsi. Setiap pemeriksaan tentunya perlu rujukan dari dokter penyakit dalam tepercaya. Untuk itu, pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh (medical check up) sangat disarankan dilakukan secara rutin, minimal 1 tahun sekali.
Penyebab kanker
Kanker merupakan jenis tumor yang bersifat ganas. Tumor jinak biasanya berupa benjolan yang tumbuh secara tidak normal, sedangkan kanker adalah tumor yang tumbuh tidak normal dan bisa menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh sehingga merusak jaringan sekitar.
Penyebab pasti kanker sampai saat ini belum diketahui. Namun, berdasarkan penelitian, Jeffry mengatakan ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko kanker, yaitu faktor genetik, gaya hidup tidak sehat, berganti-ganti pasangan seksual, paparan asbes, merokok, konsumsi alkohol, serta virus. ”Untuk virus ini ditemukan pada jenis kanker serviks yang disebabkan Human papillomavirus dan kanker hati yang disebabkan virus hepatitis,” ucapnya.
Niken menjelaskan, pemerintah sudah berupaya mencegah masyarakat terkena kanker yang disebabkan virus dengan vaksinasi. Untuk pencegahan kanker hati bisa dilakukan dengan memberikan vaksin hepatitis B yang sudah menjadi vaksinasi nasional. Adapun untuk pencegahan kanker serviks bisa dilakukan vaksinasi HPV.
Untuk saat ini, pemberian vaksin HPV masih dalam tahap pengembangan sehingga belum menjadi program vaksinansi nasional. Baru lima kota yang mendapatkan vaksinasi ini, di antaranya Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Manado. Sasarannya untuk anak usia 9-13 tahun atau kelas V dan VI sekolah dasar.
”Pemerintah juga mendorong masyarakat melakukan pemeriksaan IVA (inspeksi visual asam asetat) untuk deteksi dini kanker serviks serta sadari (pemeriksaan payudara sendiri) dan sadanis (pemeriksaan payudara secara klinis) untuk deteksi dini kanker payudara di puskesmas terdekat,” ujar Niken.
Menurut Rebecca N Angka, penanggung jawab klinik utama Yayasan Kanker Indonesia Sasana Marsudi Husada, saat ini kesadaran masyarakat untuk deteksi kanker lebih baik. Peningkatan jumlah penderita kanker dinilai karena semakin banyak masyarakat yang memeriksakan diri sehingga terdeteksi secara medis. Kemudahan akses berobat dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi faktor pendukung karena masyarakat tidak takut dengan beban biaya yang harus dibayarkan.
”Namun, penanganan kanker tidak hanya sebatas pada pengobatan kuratif, harus diperhatikan hingga perawatan paliatif, terutama saat pasien masuk pada stadium terminal. Dukungan ini harus diperhatikan, baik bagi pasien maupun keluarga dan orang di sekitarnya,” katanya. (DD04)