Hujan gerimis sejak Selasa (27/2) malam hingga Rabu (28/2) pagi tak menyurutkan langkah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menjalani rutinitasnya. Seperti biasa rata-rata pukul 05.00 Wib, Risma sudah ke luar dari rumah pribadinya di Wiyung lalu berangkat ke kediaman di Jalan Sedap Malam berjarak sekitar 9 kilometer, sebelum masuk ruang kerja di balai kota.
Pada Rabu di tengah rintik hujan, aktivitas pagi hari sebelum ngantor pada Rabu sedikit berbeda karena Risma melakukan pengecekan beberapa proyek infrastruktur didampingi Muhammad Najib Faidoh, Koordinasi Supervisi dan Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tamu dari Jakarta itu lantas diajak ibu dari dua anak ini melakukan pengecekan pengerjaan saluran box culvert di beberapa lokasi antara lain di Jalan Raya Sememi Surabaya dan bundaran Satelit.
Proyek pengerjaan saluran box culvert di Sememi ini agak terhambat, sehingga satu dari delapan Wali Kota Kovenan di dunia ini, terus mencari solusi agar segera tuntas. Kovenan Internasional adalah aliansi internasional pemerintah daerah dan kota yang memiliki visi jangka panjang untuk mendorong tindakan sukarela untuk memerangi perubahan iklim dan bergerak menuju masyarakat dengan emisi rendah dan tangguh.
Menurut Risma, pengerjaan box culvert di Jalan Raya Sememi memang sedikit terhambat, karena, ketika proses pengerjaan dilakukan perlu menutup saluran, sementara ketika saluran ditutup maka ketika hujan turun air pasti meluap. "Terus dilakukan koordinasi dengan pihak Kepolisian untuk menutup jalan terutama jalur ke arah Gresik," ujarnya.
Kendati demikian Risma memastikan untuk pengerjaan box culvert di Jalan Raya Sememi bisa selesai sebelum musim hujan tahun 2019. Untuk itu agar pengerjaan box culvert bisa cepat selesai, rencananya Jalan Raya Sememi Surabaya akan ditutup, agar proses pengerjaan box culvert bisa segera terselesaikan. “Dicari alternatif untuk akses jalan dan perlu kordinasi dengan Polres Gresik,” terangnya.
Setelah melakukan pengecekan pengerjaan disalah satu saluran box culvert, Risma yang mengenakan busana khas Cak dan Ning Suroboyo, karena setiap hari Rabu, seluruh pegawai di lingkungan Pemkot Surabaya wajib memaki busan Cak dan Ning lantas menuju salah satu Kantor Kecamatan Tandes Surabaya, secara langsung ia melakukan pengecekan terhadap kebersihan kantor.
Secara spontan, ia terus berusaha menggugah kesadaran para pegawai kecamatan agar lebih peduli lagi terhadap kebersihan kantornya. “Mas itu tong sampah tolong ditaruh sebelah sana, dan semua meja-meja tolong dibersihkan semua,” pesan Risma kepada salah satu pegawai Kecamatan.
Di sela-sela mengikuti aktivitas Risma, Najib Faidoh mengaku mengapresiasi kinerja wali kota yang memebrikan contoh, atau mengubah prilaku seluruh satfnya tidak hanya dengan kata-kata, tetapi langsung melakukan. Menurut dia, melihat cara kepemimpinan membuat pihaknya tertarik untuk mengikuti keseharian wali kota secara langsung, dengan melakukan pendampingan ke beberapa lokasi.
“Kami ingin melihat bagaimana keseharian dari kepemimpinan beliau, Risma meskipun kami sudah mendengar dari berita dan teman-teman juga. Namun, kami ingin melihat secara langsung,” tuturnya.
Menurut Najib Faidoh di seluruh Kota Surabaya bisa dijadikan percontohan untuk daerah lain, khususnya cara kepemimpinan dari wali kotanya. Apalagi menurut penilaiannya, saat ini bahwa relatif jarang sekali seorang kepala daerah yang seperti Risma. "Jadi sosok wali kota ini mungkin bisa dijadikan model contoh bagi daerah-daerah lain, bagaimana untuk memimpin suatu daerah,” tegasnya.
Apalagi beberapa kepala daerah di Jawa Timur ditangkap KPK karena terlibat korupsi seperti Bupati Pamekasan Ahmad Syafi Yasin , Bupati Jombang Nyono Suharli, Wali Kota Batu Edy Rumpoko lewat Operasi Tangkap Tangan (OTT).