Kawasan Sains dan Teknologi Pertanian Dibangun di Cisauk
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·2 menit baca
TANGERANG, KOMPAS – Kementerian Pertanian dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi memulai kerja sama pembangunan kawasan sains dan teknologi pertanian di Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten.
Selain jadi pusat penelitian serta rekayasa dan pengembangan teknologi, kawasan ini akan dilengkapi politeknik pertanian.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meninjau lokasi pengembangan di lahan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Kementerian Pertanian, Kamis (1/3/2018) siang.
Kawasan ini menempati lahan seluas 30 hektar di Sampora, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang.
Pada tahap awal, pemerintah berencana membangun Politeknik Pembangunan Pertanian. Lembaga pendidikan ini akan disinergikan dengan penelitian, perekayasaan, dan pengembangan teknologi pertanian sesuai komoditas, mulai dari hulu hingga hilir.
Amran berharap, selain sumber daya manusia yang kompeten dengan kebutuhan pengembangan pertanian, kawasan ini diharapkan menghasilkan teknologi yang dibutuhkan petani untuk mengefisienkan ongkos produksi sekaligus meningkatkan nilai tambah hasil produksi. Harapannya, petani bisa lebih sejahtera.
Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian, Andi Nur Alamsyah menyebutkan, detail rencana pembangunan telah siap.
Dari total 30 hektar, sekitar 16 hektar di antaranya disiapkan untuk demplot tanaman lengkap dengan alat dan mesin pertanian, taman edukasi, serta ruang pameran teknologi. Sejumlah fasilitas seperti ruang pertemuan dan jalur untuk kunjungan.
Sejumlah alat mesin pertanian telah dihasilkan para peneliti dan perekayasa Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Beberapa di antaranya adalah mesin pengolah lahan, penanam, penyiangan, dan pemanen padi; penanam, pemipil, dan penepung jagung; mesin pembibitan, penyemai otomatis, pemisah, dan pengering bawang merah; serta beberapa jenis mesin untuk komoditas tebu dan kakao.
Terkait itu, Nasir berharap kawasan itu menjawab kebutuhan petani dan pengembangan sektor pertanian Indonesia. Saat ini, salah satu problem yang mendesak penyelesaian adalah pengembangan dan penyebarluasan teknologi pascapanen.
Harapannya, selain menekan angka kehilangan hasil produksi (losses), mekanisasi dianggap penting untuk menekan ongkos produksi, meningkatkan pendapatan petani, sekaligus mengatasi problem fluktuasi harga dan pasokan.
Nasir mencontohkan fluktuasi komoditas cabai, bawang, dan sayuran. Setelah masa panen usai, pasokan ke pasar surut dan harganya naik.
”Pada komoditas bawang merah dan cabai, misalnya, butuh teknologi penyimpanan sehingga barang bisa disimpan lebih lama. Dengan demikian, masalah kekurangan stok atau harga tinggi di luar masa panen teratasi karena pasokan jadi stabil,” ujarnya.
Nasir mengapresiasi sejumlah inovasi yang telah diproduksi secara massal itu. Namun, Nasir mendorong Balai Besar Mekanisasi Pertanian untuk mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi pendukung penanganan pascapanen.
Prinsipnya, selain pola budidaya yang baik, industri pertanian mensyaratkan laboratorium dan teknologi pengolahan yang baik agar produknya higienis.