Jakarta, Kompas - PT MRT Jakarta memroses pembangunan fase 2 koridor selatan - utara dari Bundaran Hotel Indonesia ke Kampung Bandan. Konstruksi seluruhnya bawah tanah, dengan perubahan trase tidak di bawah Kali Ciliwung tetapi di bawah Jalan Gajah Mada.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Rabu (28/2), menjelaskan, berdasarkan kajian konsultan rancangan teknis dasar (basic engineering design/BED), trase dilewatkan di bawah Jalan Gajah Mada.
Sesuai kajian konsultan, fase 2 akan sepanjang 7,8 km terbentang dari Bumdaran HI ke Kampung Bandan. Akan ada 8 stasiun di trase itu, satu stasiun sejajar muka tanah, dan 7 stasiun bawah tanah. Izin prinsip trase MRT fase 2, telah dikeluarkan dan ditandatangani pada 13 Oktober 2017 oleh Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Untuk stasiun Sarinah, stasiun Monas, dan stasiun Kampung Bandan, dari peta infikatif ke BED, tidak ada perubahan. Untuk stasiun Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar, dari yang semula sesuai peta indikatif ada di bawah kali, dipindahkan di bawah jalan Gajah Mada.
Silvia menjelaskan, pemindahan atau penyesuaian dilakukan supaya metode pekerjaannya berdampak lebih rendah. "Dengan station box terletak di bawah Jalan Gajah Mada dan bukan di bawah Kali Ciliwung, kita tidak perlu menggeser kali nya dan tidak mengganggu aliran kali," ujar Silvia.
Lalu stasiun Glodok digeser sedikit ke arah selatan, untuk menjaga jarak ideal antarstasiun. Lalu stasiun Kota akan digeser dari semula direncanakan di antara stasiun KAI Kota dan Gedung BNI, digeser ke Jalan Pintu Besar (di bawah median jalan).
Perubahan tersebut pertimbangannya adalah kemudahan konstruksi karena ada di luar benteng Kota Tua dan meminimalkan dampak sosial.
William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, menjelaskan, penyesuaian letak stasiun itu untuk efektivitas pelaksanaan pekerjaan. Apabila dibuat di sisi kiri dan sisi kanan, berarti akan menutup dua jalur jalan. Artinya, dua jalur jalan akan terganggu, serta dari sisi pembiayaan berarti harus membuat dua.
"Dengan menyatukan di bawah satu jalur jalan di Gajah Mada khususnya, berarti konsentrasi pekerjaan akan ada di jalur itu saja. Dari segi pembiayaan, yang juga sedang dihitung, juga bisa lebih ditekan," papar William.
Studi persiapan
Silvia menambahkan, untuk fase 2, kajian BED masih terus berlangsung. "Kami baru mau mulai soil investigation dan underground utilitas investigation, serta berbagai studi persiapan sebelum kita bisa memastikan bagaimana desain station box atau rancangan stasiunnya," ujar Silvia.
Untuk bisa melakukan soil investigation, saat ini MRT Jakarta masih mengurus izin di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP). "Kapanpun izin keluar, kami bisa memulai soil investigationnya," terang Silvia.
Tuhiyat, Direktur Keuangan PT MRT Jakarta menambahkan, untuk fase 2, diperkirakan dibutuhkan dana sebesar Rp 22,5 triliun. Dana itu akan diperoleh dengan cara mengajukan pinjaman lagi ke Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA).
"Sekarang masih proses," ujar Tuhiyat.
Adapun untuk fase 1, sampai 25 Februari 2018 sudah maju hingga 91,86 persen, terdiri atas konstruksi layang mencapai 87,99 persen dan konstruksi bawah tabah mencapai 95,76 persen. "Untuk konstruksi bawah tanah, kami mengejar penyelesaian pemasangan rel. Ada tambahan 1.300 sumber daya manusia di konstruksi bawah tanah saat ini untuk mengejar pemasangan rel," papar William.