NTT Siap Gelar Festival Manusia "Terbang" dari Alor
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Pemprov Nusa Tenggara Timur akan menyelenggarakan festival manusia “terbang” di Alor, Agustus 2019. Festival ini melibatkan mereka yang memiliki kekuatan metafisika, dipadukan dengan kekuatan ilmu gaib.
Sejumlah masyarakat Alor masih memiliki kekuatan tersebut. Beberapa peserta dari Alor sudah menawarkan diri ikut terbang dalam festival ini. Tetapi festival ini akan mendapat persetujuan dari tokoh agama.
Kepala Bidang Pemasaran dan Perencanaan Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) Eden Kelakik di Kupang, Rabu (28/2) mengatakan, Alor memiliki sejumlah potensi, tidak hanya di bidang keindahan alam, budaya, kerajinan tenun, dan bahari, tetapi juga “keunggulan” sumber daya manusia.
Meski di banyak daerah, kemampuan metafisika yang dipadukan dengan kekuatan gaib sudah punah, tetapi di Alor masih dipertahankan di kalangan sebagian masyarakat.
Kekuatan metafisika masyarakat Alor terutama di wilayah kecamatan Alor Timur masih cukup banyak. Masyarakat Alor sering menyebut manusia “terbang”. Memang mereka terbang pada waktu tertentu, dengan tujuan tertentu pula. Sebelum terbang, mereka melakukan persiapan cukup matang.
Kemampuan metafisika yang dipadukan dengan kekuatan gaib sudah punah, tetapi di Alor masih dipertahankan di sebagian masyarakat.
“Persiapan yang dimaksud adalah menghimpun kekuatan gaib, lebih berhubungan dengan ilmu metafisika. Mereka sudah terbiasa dengan hal ini karena sering terbang mengikuti kegiatan di luar negeri seperti mengikuti kongres ilmu gaib 2016 di Macao,” kata Kelakik.
Hal in terungkap setelah salah satu dari tiga peserta festival tersangkut di menara Telkomsel di sekitar Kalabahi. Biasanya mereka pergi dan pulang secara diam-diam, tidak diketahui masyarakat umum. Ini untuk menjaga keselamatan mereka saat terbang, pergi, dan pulang.
Ia mengatakan, festival manusia terbang ini mungkin diselenggarakan pertama kali di dunia. Para jagoan, pemilik kekuatan gaib akan mengadu cepat dalam festival tersebut. Mereka akan terbang dari salah satu wilayah di Kecamatan Alor Timur menuju Stadion Mini di Kalabahi, pusat kota, berjarak sekitar 80 km.
Sosialisasi mengenai kegiatan ini sedang berlangsung. Festival ini harus mendapat persetujuan para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, budayawan, pemda, DPRD Alor, dan terutama perwakilan manusia terbang sendiri. Jika mereka berkeberatan festival ini dapat dibatalkan.
“Beberapa tokoh agama Kristen tidak setuju dengan kegiatan ini dengan alasan tidak mendidik masyarakat. Tetapi kekuatan metafisika ini sebagai warisan dari leluhur, turu-temurun. Mengapa tidak diberdayakan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Kelakik.
Ia mengatakan, ketika wacana ini digulirkan awal Februari 2018, sekitar 30 warga Alor, yang memiliki kekuatan gaib, menghubungi Kelakik melalui telepon. Mereka sangat mendukung program ini.
Beberapa tokoh agama Kristen tidak setuju dengan festival ini dengan alasan tidak mendidik masyarakat.
Bahkan ada satu pria dewasa “terbang” dari Gunung Sirung di Pulau Pantar, Kabupaten Alor menuju Kupang, menemui Kelakik secara langsung di kantor. Ia ingin mendaftarkan diri mengikuti festival itu. Selain itu, satu pria lagi terbang dari Pulau Pura, Alor menuju Kupang, juga dengan tujuan yang sama.
Putra Alor ini memperkirakan sekitar 300 peserta akan ikut dalam festival ini. Mereka berasal dari Alor dan dari mancanegara. Ia mengatakan, pemilik kekuatan gaib ini mempunyai organisasi resmi dunia, tetapi tidak diketahui, kecuali antara mereka sendiri.
Jika festival ini sukses digelar, Alor menjadi destinasi unik, dan luar biasa. Jumlah pengunjung diprediksi meningkat tajam, dibanding Labuan Bajo. Saat ini, lima stasiun TV swasta menawarkan diri menjadi sponsor dan mendokumentasikan festival tersebut.
“Setelah festival ini, kami akan tempatkan mereka di setiap sanggar budaya di Alor. Jika ada turis yang ingin menyaksikan kemampuan terbang mereka, bisa diperagakan, tetapi tentu ada bayaran khusus. Bisa saja turis yang datang diajak keliling bersama orang itu,” kata Kelakik.