Pendidikan STTM Didorong melalui Penerapan Bangunan Pintar
DEPOK, KOMPAS — Perguruan tinggi dituntut untuk bisa menghasilkan lebih banyak lulusan berkualitas di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika.
Penerapan bangunan pintar pun dinilai bisa menjadi cara yang tepat untuk mendorong pendidikan di sejumlah bidang tersebut.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih membawa dunia masuk pada era revolusi industri 4.0. Industri ini menjadikan teknologi informasi sebagai basis kehidupan manusia.
Masifnya penggunaan internet dan teknologi digital memungkinan berbagai hal bisa dilakukan tanpa batasan jarak ataupun waktu.
Era ini juga menunjukkan adanya disrupsi inovasi yang ditandai dengan munculnya pola ekonomi digital, kecerdasan buatan, big data, dan robotik.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir menyampaikan, pada era revolusi industri 4.0, berbagai pengembangan harus cepat dilakukan.
”Saat ini eranya sistem industri siber. Jadi, banyak fokus yang harus dikembangkan secara bersamaan, yaitu konektivitas dari software (perangkat lunak) dan hardware (perangkat keras), serta mempersiapkan sumber daya manusianya,” katanya di sela-sela acara peresmian laboratorium kendali canggih di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (1/3).
Menurut dia, perkembangan industri ini menuntut perguruan tinggi bisa menghasilkan sumber daya yang berkualitas, terutama di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika. Sejumlah bidang ini dinilai sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
”Bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika menjadi fokus yang saat ini kami (pemerintah) kembangkan. Untuk itu, ilmu sosial sementara akan di-hold (tunda) dulu karena dinilai sudah cukup banyak (lulusan),” kata Nasir.
Ia menyatakan, kerja sama dengan luar negeri akan semakin ditingkatkan, terlebih kerja sama pada universitas yang memiliki pendidikan tinggi bidang STTM yang sudah baik seperti di Amerika Serikat.
Dukungan riset pun terus ditingkatkan untuk mewujudkan pengembangan sumber daya di bidang tersebut.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan Jr mengatakan, pemerintah Amerika Serikat sangat terbuka untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam mengembangkan bidang STTM.
Bidang tersebut merupakan bidang yang cukup banyak diminati oleh pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di AS, terutama pada program pascasarjana.
”Sekarang ini sekitar 9.000 pelajar Indonesia menempuh studi di AS. Harapannya, jumlah tersebut bisa semakin meningkat,” ujarnya.
Bangunan pintar terkoneksi
Penerapan bangunan pintar terkoneksi (smart connected building) di perguruan tinggi pun dilakukan sebagai salah satu bentuk dorongan perkembangan bidang STTM. Universitas Indonesia menjadi satu perguruan tinggi yang sudah menerapkannya.
Hal itu diterapkan pada laboratorium kendali terhubung di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Depok, Jawa Barat. Laboratorium ini menggunakan sistem dan perangkat canggih dari Honeywell Building Technologies untuk mengendalikan berbagai fasilitas di beberapa gedung FTUI.
Pengendalian yang dilakukan seperti untuk mengontrol penggunaan energi istrik dari lampu dan pendingin ruangan, pemantauan dari kamera pengintai, akses pintu masuk ruangan, dan pencatatan energi listrik secara otomatis.
Presiden Honeywell Indonesia Roy Kosasih menyampaikan, penerapan sistem ini menjadi bentuk komitmen bagi Honeywell untuk membantu generasi muda lebih inovatif di masa depan.
Pembangunan laboratori di FTUI ini juga merupakan bagian dari upaya untuk mempromosikan STTM di Indonesia.
”Indonesia memiliki potensi pembangunan gedung yang terus meningkat. Kondisi ini akan membutuhkan banyak tenaga ahli yang andal dan siap bekerja di industri. Untuk itu, kami berharap melalui kemitraan ini dapat mendorong lulusan FTUI bisa mengaplikasikan pengetahuannya untuk membangun gedung-gedung yang lebih aman, nyaman, efisien, dan ramah lingkungan di seluruh Indonesia,” kata Roy.
Laboratorium kendali terhubung yang diterapkan di FTUI tersebut memiliki dua fungsi, yaitu mengendalikan berbagai fasilitas di beberapa gedung Kampus FTUI dan sebagai tempat pembelajaran dosen serta mahasiswa untuk melakukan simulasi belajar terkait sistem gedung pintar dengan menggunakan modul dan perangkat kendali dari Honeywell.
EBI dan DVM
Laboratorium ini dilengkapi dua teknologi, yaitu Honeywell Enterprise Building Integrator (EBI) dan Honeywell Digital Video Manager (DVM).
EBI digunakan untuk mendukung Integration of Things melalui sistem terbuka dan layanan laman web dengan data yang sesuai dengan waktu sebenarnya (real time).
Teknologi EBI dapat mendeteksi dan merespons suatu kejadian secara lebih cepat. Dengan begitu, dapat mengurangi dampak yang terjadi sehingga biaya bisa lebih efektif.
Sistem manajemen bangunan ini juga memfasilitasi integrasi sistem yang berkaitan dengan keamanan, kenyamanan, keamanan, serta sistem pengendalian energi.
Untuk teknologi Honeywell Digital Video Manager (DVM) dapat diartikan sebagai sistem pengawasan digital dengan memanfaatkan kamera pengintai yang diatur secara sistematis.
Teknologi ini dinilai dapat meningkatkan efisiensi operasional dan meningkatkan ketepatan dalam mengelola gedung.
Misalnya, saat terjadi kebakaran dengan cepat petugas bisa tahu letak pasti titik api sehingga tindakan pun lebih efisien dan terukur.
Apabila kedua teknologi ini bisa terintegrasi, tingkat keamanan dan efisiensi operasional menjadi lebih baik.
Corporate Strategy and Marketing Director Honeywell Dharma Simorangkir mengatakan, ada banyak teknologi Honeywell yang disediakan di laboratorium.
Dari teknologi tersebut, terdapat tiga panel yang digunakan sebagai kontrol, yaitu temaline server yang terletak di laboratorium, sistem alarm kebakaran yang bertempat di gedung keamanan kampus, dan sistem kontrol pencahayaan di gedung S.
Temaline server digunakan untuk mengontrol akses elektronik, manajemen pengunjung di sebuah gedung, serta mengontrol waktu dan kehadiran mahasiswa dan dosen.
Selain itu, panel ini juga terintegrasi dengan manajemen keamanan, perencanaan sumber daya perusahaan (ERP), dan sistem kamera pengintai.
”Saat ini, efektivitas dari sistem ini baru mencapai 30 persen. Diharapkan, fakultas teknik UI bisa mengembangkannya menjadi lebih maksimal,” ujar Dharma. (DD04)