Penebar Hoaks MCA Lebih Berbahaya daripada Saracen
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kelompok penebar ujaran kebencian dan berita bohong (hoaks) terkait Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA) yang tergabung dalam akun The Family Moslem Cyber Army (MCA) dinilai lebih memiliki daya rusak terhadap hubungan sosial masyarakat Indonesia dibandingkan kelompok Saracen. Kelompok MCA dinilai cenderung tidak terlalu menitik beratkan motif ekonomi dalam melakukan aksinya.
“Kelompok MCA ini agak berbeda dengan Saracen yang memiliki struktur jelas dan motif ekonomi dominan. Kelompok MCA tampak lebih ideologis, memiliki banyak sub kelompok dan ribuan anggota di seluruh Indonesia dengan ikatan organisasional relatif cair. Oleh karena itu, daya rusak kelompok ini lebih besar daripada Saracen,” tutur Hendardi, Kepala Badan Pengurus Setara Institute melalui siaran persnya di Jakarta, Kamis (1/3).
Seperti yang diketahui, pada 26 Februari lalu, pihak kepolisian melakukan penangkapan terhadap enam orang tersangka yang merupakan admin dari akun MCA. Akun tersebut memproduksi berita bohong dan ujaran kebencian terkait SARA.
Penangkapan kelompok tersebut mengingatkan publik dengan kejadian di bulan Agustus 2018, saat beberapa orang yang tergabung dalam kelompok Saracen ditangkap Bareskrim Polri. Saracen beroperasi karena mendapatkan pendanaan dari pihak-pihak tertentu.
Saracen beroperasi dan menyebarkan konten hoaks di ribuan akun grup publik Facebook yang mereka kelola, terutama Saracen News, Saracen Cyber Team, dan Saracennewscom. Terdapat sekitar 800.000 akun yang berkaitan dengan grup Saracen. (Kompas, 24/8/2017)
“Jika merujuk pada konten yang disebarkan, pesan-pesan kelompok MCA mengarahkan kebencian itu pada partai politik atau tokoh yang saat ini menjalankan kepemimpinan nasional. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pekerjaan ini datang dari kelompok penentang. Namun demikian, Polri harus memastikan dugaan ini,” tutur Hendardi.
Hendardi berharap, Polri harus mampu melacak aktor-aktor intelektual di balik MCA untuk melindungi masyarakat dari paparan berita bohong dan kebencian. Hal itu karena pada tahun politik, masyarakat membutuhkan ruang publik yang mempersatukan, bukan memecah belah hanya demi kepentingan politik belaka. (DD14)