JAKARTA, KOMPAS — Melimpahnya jumlah penduduk usia produktif yang dialami Indonesia merupakan hal yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan capaian-capaian positif di berbagai bidang. Hal ini harus dimulai dengan menciptakan generasi muda yang sehat, baik jiwa maupun raga.
Pemenuhan gizi seimbang dapat dilakukan sebagai awal yang baik untuk tumbuh kembang anak. ”Bonus demografi tidak akan berarti apa-apa tanpa generasi muda yang sehat jiwa dan raga,” kata Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi di Jakarta, Jumat (2/3).
Hizkia melanjutkan, ”Dengan sehat jiwa dan raga, mereka akan mampu memaksimalkan potensi mereka dalam berbagai hal. Generasi muda akan menjadi pelaku utama pembangunan saat Indonesia mengalami bonus demografi.”
Kontet (stunting) masih menjadi salah satu ancaman bagi anak Indonesia. Kontet atau kerdil membawa dampak negatif, tidak hanya pada hidup si anak, tapi juga pada potensi bonus demografi. Untuk itu, permasalahan yang satu ini harus diselesaikan dan diatasi mulai sejak anak berada di dalam kandungan.
Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, Indonesia diperkirakan akan menyongsong bonus demografi pada 2030.
Namun, kata Hizkia, generasi muda Indonesia yang produktif saat ini ada yang menghadapi ancaman kontet yang terjadi ketika anak mengalami kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama dan terus-menerus. Akibatnya, anak tidak mengalami pertumbuhan fisik yang maksimal.
Tinggi badan anak stunting mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendekdari rata-rata tinggi anak seusianya.
”Tidak hanya berdampak pada fisik, kecerdasan anak stunting biasanya juga tidak lebih baik daripada anak yang tidak mengalaminya. Anak yang menderita malnutrisi juga cenderung lebih mudah sakit dan mengalami masalah kesehatan, seperti kanker, diabetes, dan jantung,” kata Hizkia.
Oleh karena itu, lanjut Hizkia, masalah kesehatan, terutama mengatasi kontet juga penting untuk menghasilkan generasi muda sehat yang produktif.
Pemenuhan gizi pada anak dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan. Setelah anak dilahirkan, pemenuhan gizi yang seimbang berguna untuk memaksimalkan pertumbuhan otak dan juga fisik anak.
Bonus demografi dipandang sebagai jalan bagi Indonesia untuk bisa meloncat menjadi negara maju. Momentum ini juga dinilai strategis dalam meningkatkan capaian Indonesia di berbagai bidang.
Kondisi ini memberikan keuntungan ekonomi berupa ledakan jumlah penduduk usia produktif, yaitu usia 15-64 tahun. Jika dimanfaatkan dengan baik, keuntungan tersebut bakal mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan.
Upaya menciptakan generasi muda yang sehat menjadi perhatian Yayasan Bulir Padi. Pada pekan lalu, Bulir Padi meluncurkan program bertajuk ”Bulir Padi Keluarga Sehat” (Keluarga Sehat) yang bertujuan memberikan kesadaran pola hidup sehat kepada anak bina dan keluarga Bulir Padi melalui serangkaian workshop yang berkaitan dengan nutrisi, makanan higienis, dan kesehatan jasmani.
Target program Keluarga Sehat adalah 36 anak bina Bulir Padi dan 72 orangtua/wali anak bina Bulir Padi di Palmerah, Jakarta Barat, dan Bidaracina-Otista, Jakarta Timur. Program ini juga sebagai wujud nyata Yayasan Bulir Padi dalam turut mempersiapkan Generasi Emas 2045.
Saat Indonesia genap berusia 100 tahun, menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan tentang Generasi Emas 2045. Istilah ini muncul karena ada satu harta karun yang bisa menjadi modal untuk kelangsungan bangsa dan negara ini ke depannya, yaitu bonus demografi.
Pada 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yaitu jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045.
”Yayasan Bulir Padi percaya bahwa kesehatan merupakan syarat utama dalam melakukan aktivitas secara optimal dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produktivitas dan prestasi hidup manusia,” ujar Ketua Yayasan Bulir Padi Tia Sutresna.
Menurut Tia, pihaknya berharap agar anak bina Bulir Padi dapat berkembang menjadi pribadi yang sehat, aktif, cerdas, dan kreatif secara mental dan jasmani sampai nanti ia dewasa.
Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu orangtua juga mempunyai peran penting dan melalui program Keluarga Sehat Bulir Padi untuk dapat mewujudkannya melalui pola makan dan gaya hidup yang sehat.
Bentuk rangkaian pelatihan interaktif dari program Keluarga Sehat memiliki tema fokus pada nutrisi dan gizi keluarga, makanan higienis dan sanitasi makanan, serta kebugaran jasmani dan kesehatan.
Program ini didukung oleh tujuh relawan Bulir Padi yang berpengalaman di bidang nutrisi, kesehatan, dan olahraga serta berperan sebagai narasumber dan fasilitator.
Sejak tahun 2012, Bulir Padi setiap bulan menyalurkan kotak susu sebagai salah satu sumber nutrisi yang penting untuk anak usia dini. Donasi susu ini diberikan kepada anak-anak pendidikan anak usia dini dan posyandu di Palmerah, Jakarta Barat.
Pada 2015, Bulir Padi mengembangkan cakupan distribusi susu ke Bidaracina-Otista, Jakarta Timur, sehingga setiap tahun donasi mencapai 960 kotak susu untuk komunitas marjinal di daerah di mana Bulir Padi menjalankan program-program kemasyarakatannya.