Transformasi Facebook dari Media Sosial Menjadi Perusahaan Iklan Digital
JAKARTA, KOMPAS — Besarnya jumlah pengguna media sosial di Indonesia menjadi target pasar bagi sejumlah perusahaan yang ingin memasarkan produknya. Perusahaan media sosial, seperti Facebook, pun menambah variasi layanan periklanan guna mengefektifkan pemasaran produk perusahaan.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2017 mencapai 143,26 juta orang, meningkat dari 2016, yang sebanyak 132,7 juta orang.
Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet, angka pengguna media sosial juga bertambah. Data Facebook kuartal III-2017 menunjukkan, perusahaan ini memiliki lebih dari 115 juta pengguna aktif dari Indonesia. Lalu, data internal Instagram kuartal II-2017 menyebutkan, terdapat 45 juta pengguna aktif Instagram di Indonesia.
Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati, dalam Media Briefing Insight terbaru Facebook di bulan Ramadhan, di Jakarta, Jumat (2/3), menyatakan, berkomunikasi melalui pesan telah menjadi bagian dari gaya hidup.
”Lebih dari 90 persen pengguna internet melalui ponsel memiliki Facebook dan Instagram. Media sosial menjadi titik pertemuan penting antara pengguna dan pebisnis,” kata Widowati.
Facebook merupakan aplikasi layanan jejaring sosial asal Amerika Serikat (AS). Perusahaan ini memberikan layanan percakapan, fasilitas mengunggah teks, foto, dan video, serta koneksi kepada pengguna lainnya. Facebook memiliki 1,4 miliar pengguna aktif per hari di seluruh dunia pada Desember 2017.
Sama seperti Facebook, Instagram adalah aplikasi layanan jejaring sosial asal AS. Namun, aplikasi itu lebih berorientasi dengan unggahan dalam bentuk foto dan video. Aplikasi Facebook dan Instagram dikelola perusahaan Facebook.
Dikutip dari Statista.com, pendapatan iklan lewat media sosial secara global naik dari tahun ke tahun. Pendapatan tahun 2016 adalah 36,57 miliar dollar AS dan naik 43,77 miliar dollar AS tahun 2017.
Pengamat bisnis dan pemasaran serta Managing Partner Inventure Yuswohady, secara terpisah menyatakan, Facebook dan perusahaan media sosial lainnya, Twitter, menawarkan data pelanggan (user-generated content) kepada sejumlah perusahaan guna menentukan strategi bisnis yang akan diterapkan.
Setelah itu, perusahaan akan memasang iklan di Facebook dan Twitter. Kondisi itu membuat perusahaan media sosial kini dapat dikatakan telah beralih menjadi perusahan periklanan digital.
”Istilahnya seperti memberikan pengguna media sosial fasilitas gratis,” kata Yuswohady. Padahal, perusahaan media sosial sebenarnya memperoleh keuntungan dari data pengguna yang dijual dan biaya iklan yang dipasang.
Ketua Kajian Bidang Pemasaran Strategis, Universitas Bina Nusantara, Asnan Furinto menambahkan, semakin mendalamnya Facebook terjun ke dunia periklanan digital menunjukkan tren perusahaan media sosial memonetisasi data pengguna.
Ia menambahkan, beriklan melalui media sosial lebih menguntungkan daripada media konvensional, seperti televisi dan baliho. Perusahaan media sosial telah memiliki profil pengguna media sosial sehingga pengaturan jenis, waktu, dan target iklan dapat diatur dengan lebih mudah.
Iklan dapat dikemas dengan alur cerita atau efek yang lebih menarik. Ditambah lagi, kontak antara calon pelanggan dan perusahaan juga akan lebih interaktif.
Menurut Widowati, iklan melalui media sosial paling efektif ketika dipasang dalam bentuk video. Perusahaan dapat menyelipkan iklan produk mereka di antara unggahan pengguna media sosial. ”Dalam Facebook, 3 detik pertama video paling penting untuk menarik minat pengguna,” ujarnya. Ideal panjang video adalah 5-15 detik.
Selama Ramadhan
Widowati melanjutkan, beriklan selama Ramadhan merupakan waktu yang tepat bagi perusahaan untuk menjangkau pengguna media sosial di Indonesia. Facebook menemukan, orang Indonesia menghabiskan rata-rata 4 jam 20 menit pada gawai selama bulan Ramadhan tahun 2017.
Selama kurun waktu itu, 59 persen menggunakan untuk mengakses media sosial dan 53 persen bercakap-cakap dengan teman. Jumlah unggahan konten juga naik 19 persen dibandingkan hari biasa, begitupun waktu menonton video naik 74 persen dibandingkan Ramadhan tahun 2016.
”Dalam masa Ramadhan, keinginan untuk mendekatkan diri dengan teman dan keluarga juga muncul di media sosial. Pengguna akan ada yang ingin berbagi dan akan ada yang ingin melihat apa yang dibagi,” kata Widowati.
Beberapa metode terbaru yang Facebook tawarkan menjelang Ramadhan adalah pemasangan iklan video dalam Facebook dan Instagram yang disinkronisasikan dengan waktu tayang produk di televisi. Metode tersebut telah diterapkan di luar negeri.
Ia mencontohkan, sebuah produk sampo di luar negeri akan mengeluarkan iklannya di media sosial ketika iklan produk perusahaan kompetitornya muncul di televisi. Cara itu meningkatkan penjualan sampo perusahaan yang memasarkan lewat media sosial karena masyarakat saat ini cenderung bosan menonton televisi. Mereka akan beralih sejenak melihat media sosial untuk mengisi waktu.
Selain itu, pemasangan iklan video dalam beranda Facebook dan Instagram kini telah dilengkapi dengan fitur click-to-messenger yang membantu interaksi pengguna dengan perusahaan. ”Pengguna akan mengeklik iklan dan mereka akan dibawa ke messenger untuk komunikasi lebih lanjut,” kata Widowati. (DD13)