Saat ”Kompas” Bercengkerama dengan Rossi hingga Marquez
Sebagai salah satu negara pengguna sepeda motor terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi penting dalam bisnis sepeda motor dunia. Indonesia pun menjadi terkenal karena menjadi basis pencinta balap motor, khususnya ajang MotoGP.
Jangan heran apabila setiap tahun ada saja beberapa pebalap MotoGP yang datang ke Indonesia, khususnya Jakarta. Awal tahun ini saja, delapan pebalap terkenal MotoGP datang ke Jakarta.
Mereka adalah Valentino Rossi dan Maverick Vinales (Movistar Yamaha), Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo (Ducati Corse), Andrea Dovizioso dan Alex Rins (Ecstar Suzuki), serta yang paling terbaru adalah Marc Marquez dan Dani Pedrosa (Repsol Honda).
Sebagai media yang kerap meliput perhelatan motorsport, Kompas pun diundang bertemu para pebalap MotoGP itu. Itu pun bukan pertemuan pertama karena banyak dari mereka sudah cukup rutin datang ke Jakarta.
Meliput para pebalap tingkat dunia seperti mereka tentu tidak mudah. Sebagai orang yang setiap hari berkutat dengan dunia balap dan berbagai hal terkait sepeda motor, tidak semua pebalap MotoGP tertarik dan mau diajak berdialog tentang hal-hal di luar balap motor.
Karena itu, pengenalan ”karakter” pebalap menjadi penting untuk membuat pertemuan langsung dengan para pebalap MotoGP itu menjadi menyenangkan sekaligus memberi banyak manfaat.
Dari beberapa kali pertemuan, termasuk perjumpaan pada awal tahun ini, duet pebalap Repsol Honda saat ini, Marc Marquez dan Dani Pedrosa, tergolong para pebalap yang paling bisa diajak santai dan bersenda gurau. Kedua pebalap muda itu pun terbilang cukup akrab dengan para wartawan, bahkan penggemarnya.
Marc Marquez dan Dani Pedrosa tergolong para pebalap yang paling bisa diajak santai dan bersenda gurau.
Mereka bahkan dengan antusias menjawab pertanyaan apa pun, bahkan pertanyaan yang mungkin terdengar ”ecek-ecek”.
Marquez pun seorang pebalap yang cepat beradaptasi. Jika ditanya makanan apa yang dia suka, pebalap kelahiran Cervera, Spanyol, 17 Februari 1993, itu menjawab ”nasi goreng”. Jawaban nasi goreng juga banyak disampaikan para tokoh asing ketika ke Indonesia.
Marquez pun cukup fasih mengucapkan ”terima kasih”. Dalam banyak hal, terlihat bahwa Marquez belajar banyak dari cara pebalap kawakan Valentino Rossi membangun citra dirinya sehingga dicintai puluhan juta orang dari seluruh dunia.
Tidak jauh berbeda dengan Marquez, Pedrosa pun sosok pebalap yang mudah akrab. Bedanya, Pedrosa masih sering kali ”mengontrol diri” untuk tidak terlalu larut seperti Marquez dan tidak cukup rajin mengucapkan kata-kata bahasa Indonesia.
Rins dan Vinales
Meski sama-sama muda dan berasal dari Spanyol, Alex Rins dan Maverick Vinales adalah dua pribadi yang sangat berbeda.
Rins yang lahir di Barcelona, 8 Desember 1995, berkarakter lebih terbuka dan sabar. Dia salah satu tipe pebalap yang mudah bergaul dengan orang lain.
Di sisi lain, Vinales yang lahir di Figueres, Spanyol, 12 Januari 1995, cenderung lebih tertutup dan tak banyak bicara. Akan tetapi, karakter itu boleh jadi karena Vinales belum cukup merasa nyaman karena prestasinya di tiga tahun pertamanya belum mentereng.
Satu lagi pebalap Spanyol yang sering datang ke Indonesia adalah Jorge Lorenzo. Juara dunia MotoGP 3 kali (2010, 2012, dan 2015) ini kelahiran Palma de Mallorca, Spanyol, 4 Mei 1987.
Lorenzo termasuk pebalap yang ”pintar” mendekati penggemarnya. Selain menghafal beberapa kata bahasa Indonesia, Lorenzo pun cukup rajin menghafal nama-nama makanan Indonesia. Dia termasuk salah satu pebalap yang cukup mengenal Indonesia, selain Rossi.
Meski mudah akrab, Lorenzo akan lebih senang apabila diajak berbincang seputar balap motor yang ditekuninya ketimbang topik-topik lain. Satu hal lain yang membedakan, sejak pindah dari Yamaha ke Ducati, Lorenzo juga tampak lebih rileks ketimbang ketika dia masih bersama Movistar Yamaha.
Tiga pebalap Italia
Bagaimana dengan tiga pebalap Italia, Rossi, Dovizioso, dan Iannone? Semua orang bisa menilai seperti apa karakter Valentino Rossi. Pebalap paling senior di MotoGP itu dari waktu ke waktu tidak banyak berubah. Dia menjadi sosok yang selalu bisa menampilkan hiburan di tengah serius dan menegangkannya balapan MotoGP.
Dia orang yang sangat mudah diajak bicara mengenai hal apa pun meski sejumlah wartawan cukup tahu kebiasaan Rossi jika wawancara door stop, yakni menjawab pertanyaan sering kali dengan mata tidak diarahkan kepada sang penanya, tetapi memandang ke arah lain seolah-olah mencari obyek untuk dilihat.
Obyek apakah yang menjadi incaran Rossi itu? Jawabnya mudah. ”Perempuan cantik” Ya, Rossi memang salah satu pebalap yang sangat menyukai dan mengagumi kaum hawa berparas cantik atau berpenampilan sensual.
Akan tetapi, Rossi juga belakang ini terlihat cukup moody, terkadang mau menjawab pertanyaan wartawan dengan panjang lebar, tetapi terkadang juga tampak enggan memberikan jawaban.
Kegagalannya merebut gelar juara dunia setelah gelar juara dunia terakhirnya pada 2009 lalu serta usia yang kian beranjak tua sangat memengaruhi karakter Rossi yang dulu dikenal selalu ceria dan selalu antusias itu.
Karakter moody juga sangat terlihat dari Iannone dalam beberapa tahun belakangan ini. Seperti pada kunjungan terbarunya ke Indonesia, awal Februari lalu, pebalap Italia kelahiran Vasto, 9 Agustus 1989, itu terlihat ”ogah-ogahan” menjawab pertanyaan yang diajukan pembawa acara.
Sebagai pebalap di MotoGP sejak 2013, Iannone jelas bukan orang baru. Karena itu, wajarlah apabila dia tampak kesal menjawab pertanyaan tentang awal karier balapnya, juga hal-hal lain di luar karier balapnya sekarang.
Di sisi lain, Iannone akan menjawab dengan cukup panjang saat pertanyaan terkait dengan kariernya di MotoGP sekarang ini.
Salah satu pebalap Italia yang tetap bisa menjaga ”karakter”-nya adalah Andrea Dovizioso. Meski belum berhasil menjadi juara dunia, pebalap kelahiran 23 Maret 1986 di Forlimpopoli, Italia, itu tetap menunjukkan dirinya sebagai seorang pebalap yang tenang, sabar, dan juga bisa memperlakukan lawan bicaranya dengan baik.
Dia selalu menjawab setiap pertanyaan serius meski sesekali diselingi senyum dan tawa. Dovi juga tidak tersinggung dengan pertanyaan mengenai sejarah kariernya walau bagi pebalap sekelas dia seharusnya tidaklah perlu ditanyakan lagi. Dovi juga termasuk pebalap yang bisa bercanda meski gaya bercandanya serba terkontrol.
Dari pertemuan beberapa kali dengan para pebalap MotoGP itu, Kompas pun menyadari betapa dunia balap telah menjadi hidup mereka. Jalannya balapan juga berpengaruh besar terhadap perubahan karakter mereka. Itu pula tandanya bahwa mereka sungguh-sungguh atlet professional yang all-out menggeluti kariernya.