Setelah menempuh lebih dari dua jam perjalanan dari Kota Malang dengan pengawalan voorijder, sampailah kami di lokasi peternakan PT Greenfields Indonesia yang berada di wilayah Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Selasa (6/3) pagi.
Begitu keluar dari pintu kendaraan, udara dingin lereng Gunung Kawi langsung menyergap. Matahari musim hujan yang bersinar cukup terang, tanpa terhalang mendung, mengangkat aroma bau tanah dan tanaman hutan yang basah oleh hujan semalam.
Sejumlah pekerja dan direksi PT Greenfields Indonesia telah bersiap diri menyambut acara peresmian yang akan berlangsung sekitar satu jam lagi. Sejumlah papan bunga ucapan selamat telah tertata di pintu masuk lokasi peresmian yang dihadiri Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan CEO Austsia Dairy Group Edgar Collins serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Blitar.
Dengan luas lahan sekitar 174 hektar, peternakan baru ini berdekatan dengan hutan negara dan perkebunan kopi Pidjiombo yang berada di wilayah paling timur laut dari Kabupaten Blitar. Namun, peternakan yang peletakan batu pertamanya dilakukan tahun 2017 itu berada di lahan milik sendiri.
Sejauh ini, peternakan kedua Greenfields telah diisi 2.900 sapi jenis holstein dan jersey yang didatangkan langsung dari Australia. Sapi pertama jenis holstein datang pada Oktober 2017 sebanyak 2.150 ekor yang dibawa ke Indonesia menggunakan kapal.
Lalu, pada Februari 2018 datang jenis jersey sebanyak 700 ekor (dua kali pengiriman) menggunakan pesawat. Kapasitas peternakan ini bisa menampung hingga 10.000 sapi atau lebih besar dari peternakan pertama di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.
Saat ini baru ada sembilan kandang berventilasi di tempat itu. Setiap kandang memiliki ukuran panjang 200 meter dengan lebar 32 meter. Setiap kandang dibagi dua bagian (row) yang masing-masing bagian mampu menampung hingga 400 sapi.
Untuk mendukung sirkulasi udara dan kenyamanan kandang, dipasang kipas angin besar sebanyak 42 untuk tiap kandang. Selain sirkulasi udara, kandang juga dilengkapi tempat tidur dari pasir yang memberi batas pagar untuk setiap sapi. Tujuannya, untuk mendukung kenyamanan sapi. Sementara untuk pakan ditaruh di bagian luar pagar.
Saat itu, sebagian sapi holstein sedang mengunyah pakan, sedangkan sebagian lainnya memilih bergerombol. Kandang mereka terpisah dari jenis sapi jersey. Yang menarik, beberapa anak sapi holstein telah lahir.
Sapi holstein dan jersey memiliki perbedaan, tidak hanya dari sisi fisik, tetapi juga volume susu dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Holstein dengan warna hitam putih dan ukuran badan lebih besar mampu menghasilkan hingga 40 liter susu. Adapun jersey yang berwarna kecoklatan dan lebih kecil menghasilkan 10-15 persen susu lebih rendah dari holstein.
Volume susu yang dihasilkan kedua jenis sapi ini pun lebih besar dibandingkan sapi yang dipelihara peternak biasa yang rata-rata hanya menghasilkan 11 liter susu per hari.
Meski volume susu yang dihasilkan sapi jersey lebih sedikit daripada holstein, kandungan nutrisi susu sapi jersey lebih tinggi 10-15 persen dari kawannya itu. Susu sapi jersey memiliki total solid kering 13,5 persen dibandingkan holstein yang hanya 12,3 persen. Jersey juga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Menurut pihak Greenfields susu yang dihasilkan jersey cocok untuk keju dan yogurt. Sementara holstein cocok untuk susu segar pasteurisasi dan UHT (susu yang diolah menggunakan temperatur tinggi).
Sapi-sapi di peternakan kedua Greenfields ini belum menghasilkan susu. Sebagian sapi holstein sudah bunting, tetapi pada sapi jersey baru siap dilakukan inseminasi.
Sapi-sapi perah baru menghasilkan susu setelah melahirkan anak perama atau berumur 2 tahun. Adapun inseminasi buatan dilakukan pada umur 13-14 bulan.
PT Greenfields Indonesia tahun ini menargetkan bisa mengimpor 4.000 sapi dari Australia. Susu yang dihasilkan akan diolah di pabrik susu yang terdapat di Desa Palaan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.
Selama ini, pabrik itu hanya mengelola susu yang dihasilkan peternakan lama yang berada di Desa Babadan dengan produksi 115 ton per hari. Produknya berupa susu segar pasteurisasi dan UHT, keju, serta yogurt.