Indonesia Mulai Jadi Target Bisnis Pariwisata Dunia
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia menjadi pasar potensial sebagai wisatawan internasional oleh berbagai negara. Pemerintah pada saat yang bersamaan juga berusaha bersaing agar wisatawan mancanegara juga tertarik untuk datang ke Indonesia.
Berbagai negara berusaha menggaet wisatawan Indonesia untuk datang ke negara mereka. Pemerintah Dubai menargetkan jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia sebanyak 2 juta pengunjung pada 2020 (Kompas, 22/1).
Selain itu, Indonesia dipandang sebagai pasar yang progresif oleh pemerintah Selandia Baru. Wisatawan Indonesia yang berlibur ke Selandia Baru adalah 24.000 turis, dengan pertumbuhanmencapai 9 persen. (Kompas, 14/2). Singapura juga misalnya, menargetkan lebih dari tiga juta wisatawan Indonesia untuk datang pada tahun 2018 (Kompas, 3/3).
Kini, Taiwan juga menargetkan Indonesia untuk mengunjungi negara yang terletak di Asia Timur itu. Taiwan merencanakan agar lebih dari 200.000 wisatawan Indonesia datang pada tahun 2018.
Director Taiwan Tourism Bureau Kuala Lumpur Office Abe Chou menyatakan, dalam Taiwan Tourism Workshop 2018, di Jakarta, Senin (5/3), menyatakan, pemerintah Taiwan saat ini menargetkan kunjungan wisatawan Indonesia, dan negara Asia Tenggara lainnya.
“Populasi Asia Tenggara, terutama Indonesia, adalah pasar terbesar saat ini,” kata Chou. Data dari Taiwan Tourism Bureau menyebutkan, wisatawan Indonesia tahun 2015 adalah 177.743 orang, tahun 2016 adalah 188.720 orang, dan tahun 2017 adalah 189.631 orang.
Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia Elly Hutabarat menambahkan, perjalanan pariwisata yang ideal adalah dengan waktu tempuh kurang dari delapan jam. Perjalanan ke Taiwan dapat menjadi destinasi baru bagi warga Indonesia karena lama waktu tempuh kurang dari enam jam.
Untuk meningkatkan minat masyarakat, pemerintah Taiwan berusaha memperkenalkan imej baru dengan mencitrakan Taiwan sebagai negara yang ramah dengan wisatawan Muslim. Taiwan saat ini adalah negara dengan mayoritas agama yang dianut adalah Buddha, Taoisme, Yiguandao, Protestan, dan Khatolik.
Menurut Hadziq Fabroyir, Founder Halal.tw dan Representatif Chinese Muslim Association (CMA) untuk Region Indonesia, menambahkan, saat ini jumlah Muslim lokal di Taiwan 30.000-50.000 orang. Jumlah Muslim asing adalah sekitar 250.000 orang, kebanyakan warga negara Indonesia.
Selain itu, terdapat enam masjid di Taiwan, yaitu Taipei Grand Mosque, Taipei Culture Mosque, Longgang Mosque, Taichung Mosque, Tainan Mosque, dan Kaohsiung Mosque. Pembangunan masjid akan ditambah menjadi dua bangunan tahun ini sehingga jumlah akan menjadi delapan masjid.
Adapun Halal.tw atau Halal.Taiwan adalah sebuah situs dan aplikasi yang menyarankan restoran, hotel dan produk halal di Taiwan. CMA adalah asosiasi yang memberikan sertifikasi halal di Taiwan.
“Kami juga mempromosikan dengan menyediakan sekitar 145 restoran bersertifikasi halal,” ujar Chou. Ia berharap, dengan semakin banyak orang Indonesia berkunjung ke Taiwan, kedua negara dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan serta mempererat hubungan kedua negara.
Berdasarkan Global Muslim Travel Index tahun 2017, Taiwan berada di posisi ketujuh untuk tujuan destinasi pariwisata dalam kategori negara bukan anggota Organisasi Kerjasama Islam (OIC). Taiwan adalah negara ketiga di Asia Timur yang ramah dengan masyarakat Muslim. Posisi pertama hingga keenam ditempati oleh Singapura, Thailand, Inggris, Afrika Selatan, Hongkong, dan Jepang.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman menyatakan, Indonesia juga gencar untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) keluar negeri. Kedatangan wisman dinilai dapat meningkatkan pendapatan negara.
World Economic Forum menyatakan, 5 persen pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia disumbangkan oleh pariwisata tahun 2017. Angka diperkirakan naik menjadi 5,25 persen tahun 2018.
Selain itu, data dari www.indonesia.travel menyebutkan, sebanyak 14,03 juta wisman datang ke Indonesia tahun 2017. Angka tersebut tumbuh sebesar 21,88 persen dan hampir mencapai target 2017, yaitu 15 juta wisman.
“Untuk meningkatkan daya saing dengan negara lain, pemerintah melakukan penataan destinasi dari segi kuantitas dan kualitas dengan menerapkan pembangunan yang berkelanjutan, promosi, dan peningkatan sumber daya manusia (SDM),” tutur Dadang, saat ditemui secara terpisah.
Promosi yang dilakukan di berbagai negara, tuturnya, telah meningkatkan citra Indonesia di mata internasional. Promosi dilakukan dengan, misalnya, memasang baliho ataupun iklan yang mempromosikannya Indonesia seperti di Prancis, Malaysia, dan Singapura.
WEF menyebutkan, ranking strategi citra negara Indonesia berada pada posisi 47 dengan poin 74,8 pada tahun 2015. Pada tahun 2017, peringkat tetap berada pada 47, tetapi poin sedikit bertambah menjadi 79,1.
Adapun pemerintah telah menentukan 10 destinasi pariwisata utama pada tahun 2017. Kesepuluh destinasi itu berada di daerah Bandung (Jawa Barat), Bali, Jakarta, Kepulauan Riau, Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang), Coral Wonders (Wakatobi-Bunaken-Raja Ampat), Medan (Sumatera Utara), Makassar (Sulawesi Selatan), Lombok (Nusa Tenggara Barat), dan Banyuwangi (Jawa Timur). (DD13)