Tren 2018: Pemanfaatan Kecerdasan Buatan untuk Masyarakat
Oleh
DD13
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berdasarkan laporan Technology Vision 2018 oleh Accenture, salah satu tren industri digital tahun 2018 adalah penggunaan kecerdasan buatan bukan hanya untuk kepentingan bisnis, melainkan juga masyarakat. Sebanyak 84 persen pemimpin perusahaan bisnis teknologi dunia meyakini, AI akan bekerja sebagai mitra, kolaborator, dan penasihat manusia dalam dua tahun mendatang.
Laporan berjudul Intelligent Enterprise Unleashed: Redefine Your Company Based on the Company You Keep itu melibatkan lebih dari 6.300 eksekutif bisnis dan teknologi informasi dari 25 negara, termasuk Indonesia. Data dikumpulkan dari November 2017-Januari 2018.
Mayoritas perusahaan yang disurvei adalah perusahaan di bidang pelayanan publik, perbankan, dan peralatan industri. Adapun Accenture adalah perusahaan global untuk konsultasi manajemen, pelayanan teknologi, dan alih daya (outsourcing).
Sebanyak 84 persen eksekutif secara global setuju bahwa perusahaan melalui teknologi telah masuk ke dalam cara hidup masyarakat saat ini. ”Dengan demikian, bisnis tidak dapat berdiri sendiri karena harus bekerja sama dengan masyarakat,” kata Nia, dalam diskusi Riset Accenture ”Menguak Kemampuan Enterprise: Mengkaji Ulang Arah Bisnis Perusahaan sesuai Keinginan Anda” di Jakarta, Selasa (6/3).
Managing Director Technology Consulting, Accenture Indonesia Leonard Nugroho T menambahkan, jarak antara perusahaan dan masyarakat akan semakin samar karena kontak di antara keduanya tidak lagi terbatas antara transaksi barang dan jasa.
Pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI) untuk kepentingan masyarakat membuat AI seolah menjadi bagian dari masyarakat. Accenture mengistilahkan fenomena tersebut sebagai citizen AI.
Peran AI sebagai bagian dari masyarakat dapat terlihat dari berbagai contoh yang ada saat ini. Misalnya, system Deep Patient yang digunakan di Icahn School of Medicine at Mount Sinai, New York. Sistem itu menganalisis catatan medis digital dari 700.000 pasien.
Deep Patient dapat memprediksi faktor risiko untuk 78 penyakit. Dokter-dokter menggunakan Deep Patient sebagai salah satu referensi dalam mendiagnosis.
AI tidak lagi sekadar digunakan untuk mengumpulkan dan menyortir data. AI akan semakin terintegrasi dalam masyarakat dan meningkatkan efisiensi dalam pembuatan keputusan terkait kesehatan, ekonomi, keuangan, dan sebagainya.
Selain tren pemanfaatan kecerdasan buatan untuk masyarakat (citizen AI), terdapat empat tren lainnya yang diperkirakan terjadi pada 2018. Keempatnya adalah extended reality atau tiadanya jarak akibat virtualisasi, data veracity atau data akurat, frictionless business atau pengembangan kemitraan, serta internet of thinking atau sistem distribusi pengetahuan yang menyeluruh.
Technology Delivery Lead Associate Accenture Indonesia Indra Permana menambahkan, penggunaan AI akan berdampak pada reputasi suatu perusahaan. Ia mencontohkan, penggunaan sistem chatbot untuk pelanggan suatu perusahaan dapat menurunkan reputasi perusahaan jika AI salah merespons.
Contoh perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan AI untuk merespons pelanggan adalah operator seluler Telkomsel yang memiliki asisten virtual berwujud perempuan bernama Veronika. Veronika melayani pelanggan melalui aplikasi pesan instan, seperti Line.
”AI harus pintar memprediksi beragam kostumer yang ditemui,” ujarnya. AI pada dasarnya bertindak berdasarkan data yang dimasukan oleh perusahaan. Semakin banyak data, semakin banyak wawasan (insight) bagi perusahaan untuk membuat keputusan.
Kendati demikian, akan semakin besar risiko yang harus diambil perusahaan itu. Indra menjabarkan, perusahaan media sosial, misalnya, harus berhati-hati dalam menganalisa tren melalui akun. Hal tersebut karena sebuah akun populer dapat saja memiliki jumlah pengikut (follower) serta jumlah akun yang menyukai dan memberi komentar palsu.
”Pastikan data yang diperoleh akurat. Selain itu, data dianalisis sesuai dengan konteksnya,” kata Indra.
Ekonomi berbagi
Konsep teknologi digital, seperti AI, yang bermanfaat untuk masyarakat juga dapat diterapkan oleh perusahaan melalui prinsip ekonomi berbagi. Staf Khusus Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Lis Sutjiati secara terpisah menambahkan, perusahaan industri digital akan semakin berkembang ketika memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat.
”Ekonomi berbagi adalah kuncinya,” ujarnya. Dalam buku The Business of Sharing oleh Alex Stephany tahun 2015, sharing economy atau ekonomi berbagi adalah pengambilan aset yang kurang dimanfaatkan dan membuatnya dapat diakses secara daring ke sebuah komunitas. Ekonomi berbagi dapat menciptakan nilai ekonomi timbal balik.
Perusahaan rintisan lokal, seperti Go-Jek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia, dinyatakan sebagai contoh dari perusahaan yang memanfaatkan teknologi digital dengan konsep ekonomi berbagi. Keempat perusahaan itu dapat berkembang pesat hingga masuk kategori unicorn.
Unicorn adalah kategori dari perusahan rintisan dengan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS. Untuk Indonesia, perusahaan industri digital dapat menerapkan konsep ekonomi berbagi dengan masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, pariwisata, teknologi finansial, pertanian, dan perikanan.