Masa Depan Generasi Milenial Bertumpu pada Pendidikan
Oleh
DD18
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Generasi milenial yang akan menjadi bonus demografi pada tahun 2030 menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Mereka harus disiapkan sebagai generasi yang produktif. Dunia pendidikan diharapkan menjadi tumpuan untuk menciptakan generasi yang matang secara karakter dan keterampilan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, dunia pendidikan memiliki peran penting dalam upaya pembentukan generasi milenial yang produktif pada masa mendatang.
”Era akan berubah menjadi industri-industri kreatif yang bersifat eksklusif dan unik. Ini yang menjadi tantangan kita untuk menyiapkan program vokasi. Kami tidak ingin menyiapkan generasi yang hanya bekerja, tetapi tidak produktif,” ujar Muhadjir dalam seminar pendidikan ”Perubahan Pola Pikir dalam Pendidikan Era Milenial” di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta, Selasa (6/3).
Ia menuturkan, setidaknya ada empat bidang studi yang penting untuk dipersiapkan dalam pendidikan vokasi, yakni kelautan, pariwisata, pertanian, dan ekonomi kreatif. Namun, ia menyayangkan, hingga saat ini tidak ada sekolah menengah kejuruan yang fokus pada keempat bidang studi tersebut.
”Keempat bidang studi itu masih minim guru karena belum ada LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan) yang membuka itu. Hal itu menunjukkan betapa tertinggalnya kita merespons perubahan-perubahan,” katanya.
Menurut Muhadjir, bonus demografi bisa menjadi malapetaka apabila dunia pendidikan tidak dapat menyiapkan generasi milenial yang produktif. Implikasinya, Indonesia akan memasuki penuaan penduduk (ageing population).
”Karena orang-orang yang produktif ini juga akan menua. Kita bisa terperangkap di negara yang berpenghasilan menengah,” ujarnya.
Guru mumpuni
Terkait dengan itu, Pelaksana Tugas Rektor UNJ Intan Ahmad menekankan pentingnya menyiapkan guru yang berkualitas. Guru juga dituntut untuk paham mengenai dunia digital.
”Tenaga pendidik harus menyiapkan anak didik agar memiliki kreativitas anak muda seiring perkembangan zaman. Generasi itu harus punya inovasi yang selalu adaptif di zamannya,” ujar Intan.
Psikolog dari Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ, Zarina Akbar, mengatakan, guru menghadapi tantangan dalam memberikan pembelajaran kepada generasi milenial. Hal itu disebabkan generasi milenial hanya memiliki rentang perhatian yang singkat, yakni 7-12 menit. Pola pembelajaran pun tidak bisa lagi menggunakan cara konvensional, tetapi harus visual interaktif.
”Anak-anak milenial menyukai tantangan. Rasa ingin tahu mereka tinggi sekali. Jadi, itu tantangan guru untuk bisa memberikan pembelajaran yang langsung pada poinnya dan targetnya apa,” ujar Zarina. (DD18)