Penonton Jogja Music Session Diminta Bawa Sembako, Bukan Mi Instan
Oleh
Bambang Sigap Sumantri
·3 menit baca
Pentas musik sudah biasa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang tidak biasa ketika penonton yang hendak hadir diminta membawa sembako, tetapi bukan mi instan. Menyambut peringatan Hari Musik Nasional Kolaborasi Aktivis Budaya Yogyakarta atau Kobar bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta akan menggelar pentas Jogja Music Session.
Acara tersebut digelar Rabu (7/3) pukul 19.00 di Concert Hall Taman Budaya, Jalan Sriwedari No 1, Yogyakarta. Menurut rencana, akan tampil enam group yang punya karakter khas, yakni Rekoneko Band, Not Biru Band, Vocalista Angels Choir, Electric String Quarted Vord, dan NDX Aka Familia.
”Mengapa penonton diminta membawa sembako karena kami ingin kampanye bahwasanya gelaran kesenian mestinya dimuati dengan kepedulian sosial supaya tidak menjadi sekadar pentas semata dan atau bahkan menjurus hedonis,” kata ketua panitia penyelenggara Widihasto Wasana Putra.
Mengapa penonton diminta membawa sembako karena kami ingin kampanye bahwasanya gelaran kesenian mestinya dimuati dengan kepedulian sosial supaya tidak menjadi sekadar pentas semata dan atau bahkan menjurus hedonis.
Hasto, demikian dia biasa dipanggil, ingin membangun tradisi baru, setidaknya melalui Kobar, yaitu menonton pementasan sembari berbagi kepada sesama, menonton sambil beramal. ”Yang jelas membawa sembako juga berarti nglarisi bakul-bakul, pedagang sembako, sehingga meski kecil, ada multiplier effect dalam ekonomi,” katanya.
Enam grup penampil di ajang Jogja Music Session merupakan kelompok yang populer. Rekoneko Band adalah group yang piawai memainkan musik jazz. Rekoneko memiliki reputasi dan mereka langganan tampil di panggung musik jazz, baik tingkat regional maupun nasional.
Berikutnya, Vocalista Angels Choir yang beranggotakan anak-anak desa dari Klaten dan sekitarnya. Grup ini berulang kali menyabet medali emas di berbagai kejuaraan internasional World Choir Game sehingga menempatkannya di posisi ke-8 ranking dunia dari 50 paduan suara terbaik di dunia.
Panitia juga memberikan kesempatan tampil Not Biru Band yang dimainkan penyandang disabilitas. Mereka memainkan musik yang easy listening dengan lirik-lirik sederhana dan memotivasi. Keikutsertaannya sebagai pesan moral agar publik semakin memiliki atensi terhadap difabel.
Ikut tampil grup Orkes Keroncong Akar 8 yang berisikan pemain siswi-siswi pelajar sekolah. Mereka akan membawakan tembang-tembang pop yang dikeroncongkan. Penampil menarik lain, Electric String Quarted Vord yang digawangi empat pemain violin dan cello, yakni Danu, Ido, Joshua dan Eki. Kelompok ini sebelumnya tidak saling kenal. Mereka dipertemukan lewat media jejaring sosial Facebook dan mulai mengukuhkan diri sebagai grup musik instrumental yang aktif tampil di berbagai panggung kesenian sejak 2005.
Puncak acara Jogja Music Session ditutup penampilan grup musik fenomenal asal Imogiri Bantul, yakni NDX Aka Familia. NDX adalah pelopor genre baru musik dangdut hip hop Jawa. NDX memiliki fans besar, mulai kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa. Dalam perjalanan waktu lagu-lagu NDX yang dibawakan Nanda dan Fajar banyak dinyanyikan ulang oleh biduan dangdut kondang seperti Via Valent dan Nella Kharisma.
”Acara Jogja Music Session gratis dan terbuka untuk umum. Masyarakat yang ingin menonton diharapkan membawa tiket undangan yang diambil di Dinas Kebudayaan DIY, Taman Budaya Yogyakarta, Kampayo XT Square, radio Sonora FM, radio Star Jogja FM, dan radio Persatuan FM,” kata Hasto.