BANDUNG, KOMPAS — Polisi menangkap sejumlah anggota komplotan perampok yang kerap beraksi di kawasan pantai utara Jawa Barat. Komplotan ini beraksi dengan penuh perencanaan, kerap bisa meloloskan diri, dan tak segan membunuh korbannya.
Mereka yang ditangkap adalah Jajang Jaelani, Soleh, Emod Abdul Rohman, Elgino alias Rojak, Tata Sukarta, Mulyana, Aris Aryadi, Noe Heryanto, Aan Andari, dan Sulaiman. Enam dari 10 orang itu merupakan residivis kasus serupa yang pernah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Cirebon, Cibinong, Kuningan, dan Indramayu.
Dari tangan kawanan itu, polisi menyita 2 mobil, 1 sepeda motor, obeng, selotip, sepucuk revolver rakitan berikut tiga peluru, golok, dan linggis. Semuanya adalah peralatan yang mereka gunakan saat beraksi.
Tahun ini, mereka sudah memangsa tiga orang. Komplotan ini merampok rumah Mulya, warga Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, pada 26 Januari. Mereka kemudian menggasak uang dan barang berharga di toko dan gudang milik Edi Ahmadi di Desa Kerticala, Tukdana, Kabupaten Indramayu, pada 16 Februari.
Sehari sebelum beraksi di rumah Edi, komplotan ini memangsa Bahro bin Nuryadi (60), warga Desa Sindang, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka. Sempat melawan, Bahro tewas di tangan komplotan ini. Kematian Bahro bahkan sempat viral di media sosial. Saat itu muncul kabar bohong yang menyebutkan Bahro adalah muazin (juru azan). Dia dibunuh kelompok tertentu.
Saat itu muncul kabar bohong yang menyebutkan Bahro adalah muazin (juru azan).
Kabar itu dibantah Kepolisian Daerah Jawa Barat. Bahro warga biasa yang baru menjual tanahnya seharga Rp 120 juta, dan dibunuh dalam perampokan.
Beberapa kelompok
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Ajun Komisaris Besar Trunoyudo di Bandung, Rabu (7/3), mengatakan, modus dan motif perampokan geng ini penuh perencanaan. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok saat beraksi.
”Ada kelompok pengintai lokasi perampokan, menggambar denah lokasi, dan para eksekutor. Biasanya Soleh dan Elgino menjadi eksekutor semua rencana itu. Kalau korban melawan, mereka tak segan menghabisi nyawa korban,” kata Trunoyudo.
Trunoyudo mencontohkan saat komplotan ini merampok rumah Bahro. Mereka tahu korban baru saja menjual sebidang tanah seharga Rp 120 juta. Saat mereka datang pukul 04.00 di rumah korban, dari tangan Bahro dirampas uang tunai Rp 64 juta. Sisa uang lainnya sudah dikirimkan Bahro kepada istrinya yang tinggal di Kota Bandung.
”Gelap mata karena tidak menemukan sisa uang, para pelaku menganiaya korban hingga tewas. Bahro melawan, tapi kalah kuat dan jumlah,” ujarnya.
Kepala Subbidang III Kejahatan dengan Kekerasan di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Ajun Komisaris Besar Dody Prawiranegara menambahkan, komplotan ini beraksi lintas wilayah provinsi. Mereka terbiasa melakukan hal serupa di beberapa kota besar. ”Soleh dan Elgino pernah beraksi di Jakarta,” ujar Dody.
Komplotan ini beraksi lintas wilayah provinsi
Dody mengatakan, selain biasa memetakan calon korban, pelaku perampokan juga sering bisa lolos. Sebelum dan sesudah beraksi, mereka tinggal berpencar dan kerap berpindah tempat.
Buktinya, saat dibekuk, semua pelaku tidak berada di satu tempat yang sama. Dody mengatakan, para pelaku ditangkap di Ciamis, Banjar, Cirebon, Majalengka, dan Karawang. Bahkan, beberapa pelaku sempat bersembunyi di Rembang dan Purbalingga, Jawa Tengah.
Elgino dan Soleh, kata Dody, tergolong perampok paling ”licin”. Elgino diburu dari Jakarta hingga ke Bekasi sebelum diringkus di Karawang. (SEM)