”Dari anugerah yang besar, lahirlah tanggung jawab yang besar”. Kalimat yang dipopulerkan komik dan film produksi Marvel, Spiderman, itu menghiasi tayangan video pendek prinsip-prinsip hidup yang dipegang Dato’ Sri Tahir saat berlangsung sidang universitas dalam rangka Pengukuhan Gelar Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Ekonomi dan Kebijakan Publik di Kampus Universitas Airlangga, Kamis (8/3) di Surabaya.
Sejumlah tokoh dan pejabat yang hadir antara lain Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, hingga mantan Rektor Universitas Gadjah Mada yang juga Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati.
Acara penganugerahan gelar doktor kehormatan untuk Dato’ Tahir dipimpin langsung oleh Rektor Unair Mohammad Nasih.
Tahir dikenal sebagai pemilik kelompok bisnis Mayapada. Usahanya merentang dari bisnis perbankan hingga rumah sakit. Tahir juga dikenal berjejaring luas dengan jaringan tokoh dunia karena tindakan amalnya ke berbagai lokasi bencana, bahkan bagi pengungsi Irak dan Suriah.
Tahir, lahir di Surabaya tahun 1952, membawakan pidato pengukuhan dengan judul ”Menjadikan Ekonomi Indonesia Berdaya Saing Global dengan Mengelola Sumber Daya secara Berkeadilan Perspektif Resource-BasedTheory”.
Tahir dalam pidato pengukuhannya banyak memuji tindakan pemerintah Presiden Joko Widodo, termasuk dalam hal pembangunan infrastruktur. Ia mengutip data Bappenas bahwa sistem transportasi tidak hanya sekadar sarana pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, tetapi juga merupakan fasilitas bagi sistem produksi dan investasi yang penting bagi ekonomi nasional.
Pada 2011 hingga 2016 angka Global Competitiveness Index yang di dalamnya termasuk evaluasi terhadap unsur transportasi, angka Indonesia tumbuh dari ke-82 menjadi peringkat ke-62 pada 2015.
”Secara umum, kualitas infrastruktur transportasi Indonesia membaik. Angaran infrastruktur dalam APBN 2017 meningkat dibanding 2016. Jika sebelum 2015 tidak lebih dari 10 persen anggaran negara, tahun 2016 menjadi 15,2 persen. Tahun 2017 menjadi 18,6 persen. Anggaran infrastruktur naik 3,4 persen atau rata-rata 1,56 persen per tahun,” tutur Tahir.
Padahal, jumlah kendaraan meningkat 17 persen per tahun dan pertumbuhan panjang jalan hanya 1 persen per tahun. Panjang jalan tol Indonesia hanya 994 km, tertinggal jauh dibandingkan Korea Selatan, China, dan Malaysia.
Menurut Tahir, tindakan pemerintah mendorong ekonomi dengan membangun infrastruktur transportasi merupakan tindakan tepat untuk mengatasi ketertinggalan dari negara tetangga.