Festival Bakso Pekanbaru di Syukuran KG 2018
Apa makanan yang disuka oleh anak-anak sampai orang lanjut usia dari seluruh lapisan masyarakat di Indonesia? Jawabannya: bakso.
Banyak sudah survei yang dilakukan pencinta kuliner di Tanah Air. Makanan berbentuk bola yang terbuat dari daging itu selalu bertengger di posisi lima besar. Dari Sabang sampai Merauke, bakso mendapat tempat di masyarakat.
Bakso menjadi kudapan khas yang tidak terpisahkan dari nama Indonesia. Bahkan, mantan Presiden Amerika, Barack Obama menyimpan erat kenangan manis tentang bakso saat menjalani masa kecilnya di Jakarta. Berkat Obama, nama bakso menjadi semakin mendunia.
Tidak berbeda dengan masyarakat Pekanbaru, Riau. Ratusan pedagang bakso berjualan ke segala penjuru kota di tengah Pulau Sumatera itu. Dari kelas pedagang keliling dengan gerobak dorong, warung kecil di kaki lima, kafe, sampai restoran di mal, bakso selalu tersedia.
Untuk mengenalkan beragam rasa panganan bakso di Pekanbaru, acara syukuran grup Kompas Gramedia (KG) 2018 wilayah kerja Pekanbaru, Padang, dan Batam sengaja menggelar festival bakso di halaman kantor harian Tribun Pekanbaru, Sabtu (10/3). Sekitar 20 pedagang bakso terkenal se-Pekanbaru ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dihadiri ratusan pekerja grup KG yang lebur bersama warga Pekanbaru.
”Bakso adalah makanan yang disukai masyarakat kita. Tidak ada batasan umur orang yang menyukai bakso. Rasanya, semua orang suka bakso. Makanya pada acara syukuran Kompas Gramedia tahun 2018 ini, kami mengajak puluhan pedagang di Pekanbaru untuk melakukan festival (jualan) bakso yang dapat dinikmati warga dengan harga murah meriah,” ujar Dodi Sarjana, Pemimpin Redaksi Tribun Pekanbaru, di sela-sela acara syukuran KG 2018.
Nah, pedagang bakso yang ikut ambil bagian hari itu antara lain adalah pemegang merek dagang Bakso Mawar, An-In, Mekar Sari, Sedap Arum, Serasi, Igoo, dan Boom Baru. Namun, sebagian besar pedagang membawa ciri khas yang berasal dari Jawa, seperti dari Sragen, Solo Baru, Podomoro, Sopoyono, Gg Jatim, serta Tunggal Roso. Selain itu, organisasi Persatuan Masyarakat Solo Riau membawa lima pedagang.
Tidak perlu takut kantong menipis. Setiap orang dapat mencicipi satu demi satu porsi, dengan tenang. Maklum, panitia membanderol seluruh bakso dengan harga sama Rp 5.000 per porsi. Jadi, hari itu dengan bermodal Rp 25.000 saja, dijamin perut akan terisi penuh dengan beraneka rasa dan keutamaan racikan bakso masing-masing penjual.
”Saya sengaja datang pagi-pagi untuk mencicipi beraneka bakso disini. Saya ingin membandingkan rasa bakso di Pekanbaru, mumpung penjualnya lagi berkumpul sehingga saya akan tahu, bakso mana yang pas dengan selera saya,” kata Novrina, salah seorang pengunjung.
Masing-masing penjual tentunya punya keunggulan rasa. Namun, Irsal, pegawai Toko Buku Gramedia Mal Pekanbaru, menjagokan Bakso Mawar. ”Rasa dagingnya terasa dan teksturnya lembut. Kuahnya juga pas rasanya. Saya rekomendasikan bakso ini. Cobalah,” kata Irsal sambil mengelap peluh dari keningnya.
Namun, buat Desi, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau yang hadir di acara itu, dia lebih mengunggulkan Bakso An-In. ”Rasanya enak. Tidak seperti bakso di kampus kami. Sangat patut untuk diulangi. Buat kami mahasiswa, maunya acara seperti ini sering-sering digelar,” ujar Desi tersipu.
Sebaliknya, menurut Del Fadilah, dari grup Kompas TV, meski yang berjualan bakso hari itu ada puluhan, dia hanya mengincar satu saja, yaitu Bakso Igooo. Rupanya, Del sudah mengenal dan merupakan penggemar berat bakso itu.
”Hampir setiap pulang kerja, saya selalu mampir di warung bakso Igooo di Jalan Arifin Ahmad. Di sana harga satu porsi Rp 25.000, tetapi di sini harganya cuma Rp 5.000. Tadi saya sudah makan dua porsi. Sebelum pulang acara ini, saya rencana makan satu porsi lagi,” kata Del sambil tertawa.
Del mengatakan, keunggulan Bakso Igooo terletak pada rasa dagingnya yang kuat dan lembut. Rasa daging pada bakso itu sangat penuh, seakan tanpa bahan campuran lain. Selain itu setiap porsi diberi satu potong tulang iga sapi yang masih memiliki daging yang melekat.
Pendapat Del dibenarkan oleh Riza F, pemilik usaha Bakso Igoo. Menurut Riza, bakso buatannya memang mengutamakan bahan daging sebanyak 95 persen. Sisanya adalah bahan campuran lain. Selain itu, mereka juga menambahkan iga sapi sebagai ciri khas lain.
”Kami mengolah daging secukupnya untuk kebutuhan satu hari. Tiap hari kami membuat bakso dari daging segar dan tidak membuat stok. Karena banyak menggunakan daging, wajar apabila kami mematok harga lebih mahal daripada pesaing. Kalau hari Sabtu, Minggu atau hari libur, pelanggan kami dapat mencapai 200 orang,” kata Riza yang membuka usaha di Jalan Durian dan Jalan Arifin Ahmad, Pekanbaru.
Irsal, Desi, dan Del boleh saja memiliki selera berbeda. Namun, pada hakikatnya mereka adalah pencinta bakso sejati sama seperti ratusan juta warga Indonesia lain di seluruh penjuru Tanah Air.
Sampai saat ini rasanya belum ada penganan lain yang sepopuler bakso. Bakso masih dan akan tetap mendapat tempat di hati warga Indonesia dan akan bertahan sepanjang masa.