JAKARTA, KOMPAS -- Garis edar matahari saat ini berada di atas pulau Jawa sehingga menyebabkan siang hari lebih panas. Kondisi ini memicu tingginya penguapan dan ditambah dengan terjadinya aliran udara basah dari Samudera Hindia sehingga meningkatkan peluang terjadinya hujan lebat, terutama di sore dan malam hari.
"Potensi hujan lebat di beberapa wilayah di Indonesia di samping dipengaruhi pemananasan akibat garis edar matahari juga karena munculnya MJO (Madden Julian Oscillation) fase basah yang masuk wilayah Indonesia," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ramlan, di Jakarta, Jumat (9/3).
Fenomena MJO merupakan pergerakan massa udara mengalir di garis Khatulistiwa dengan periode basah dan kering bergantian. Memasuki bulan Maret ini, terjadi MJO fase basah. Saat ini aliran udara basah ini berada di wilayah Samudera Hindia di sebelah barat Sumatera.
Selain faktor MJO ini, menurut cuaca dan iklim BMKG Siwanto, saat ini terbentuk jalur angin konvergensi antra tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) yang memanjang dari atas Pulau Jawa - Laut Jawa hingga Laut Banda.
"Saat ini angin monsun Asia yang bertemu dengan aliran massa udara dari Samudera Hindia barat Sumatera dan selatan Jawa masih dominan sebagai sumber masa uap basah di atas Jawa," kata dia.
Dengan dinamika ini, menurut Siswanto, cuaca buruk dan hujan kategori lebat hingga beberapa hari ke depan diprediksi dapat terjadi di dekat perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah bagian selatan, pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, hujan juga terjadi di seluruh daerah pegunungan di Jawa karena hujan orografi yang kuat siang hingga malam hari, serta di daerah pesisir umumnya hujan turun di malam hingga pagi hari.
Cuaca buruk dan hujan kategori lebat hingga beberapa hari ke depan diprediksi dapat terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Jawa.
Siswanto mengatakan, mulai bulan ini fenomena La Nina diprediksi berakhir dan kondisi suhu di perairan Samudera Pasifik akan kembali normal hingga pertengahan tahun. "Dengna kondisi ini, cuaca di Indonesia tinggal di pengaruhi oleh pergerakan monsun Asia, ITCZ, perubahan suhu laut lokal, dan MJO," kata dia.
Hingga akhir Maret
Potensi hujan, tambah Siswanto, masih akan terjadi hingga akhir Maret, wilayah Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa bagian utara dan pegunungan, Kalimantan bagain selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua.
Sementara itu, kondisi cauca di Jakarta dan sekitarnya pada pagi dan siang hari terekam cukup terik. Siwanto mengatakan, pada pukul 9.30 WIB temperatur tercatat 30 derajat Celcius dan mencapai suhu maksimal 32 derajat Celcius pada tengah hari.
Kondisi cauca di Jakarta dan sekitarnya pada pagi dan siang hari terekam cukup terik. Pada pukul 9.30 WIB temperatur tercatat 30 derajat Celcius dan mencapai suhu maksimal 32 derajat Celcius pada tengah hari.
Menurut Siswanto, kondisi ini disebabkan posisi garis edar matahari berada di atas Pulau Jawa atau Indonesia bagian selatan dan bergerak ke arah utara menuju khatulistiwa. Tepat pada 21 Maret nanti matahari akan berada di atas khatulistiwa.
"Efeknya dari posisi matahari itu adalah radiasi maksimum yang diterima permukaan menjadi meningkat. Namun, peningkatan panas permukaan juga mengakibatkan penguapan yang kuat sehingga menimbulkan potensi pertumbuhan awan awan konvektif di siang menjelang sore hingga malam hari," kata dia.
Awan konvektif yang tumbuh menjulang hingga ketinggian di atas 10 kilometer dengan suhu puncak awan dapat mencapai lebih dingin dari minus 70 derajat Celcius ini berpotensi menurunkan hujan dengan kategori lebat hingga sangat lebat, sering disertai dengan kilat dan embusan angin kuat, terutama di sore hingga malam hari.