JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama perguruan tinggi lokal dengan perguruan tinggi asing antara lain bertujuan memastikan berjalannya pendidikan calon sarjana keinsinyuran yang mumpuni. Perguruan tinggi asing diharapkan bisa membagikan pengetahuan mengenai perkembangan ilmu keinsinyuran terkini dan yang dibutuhkan oleh industri berskala internasional.
”Fakultas teknik harus berinvestasi pada peralatan laboratorium yang baik serta pengajar yang unggul agar bisa menghasilkan sarjana keinsinyuran yang berkeahlian sesuai standar internasional,” kata Dekan Fakultas Teknik (FT) Universitas Sampoerna Ammar Aameer di Jakarta, Jumat (9/3), dalam pertemuan terkait kerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Arizona, Amerika Serikat.
Dalam kerja sama tersebut, mahasiswa FT Universitas Sampoerna berkuliah dengan menggunakan kurikulum yang disusun kedua perguruan tinggi. Mereka akan mendapat ijazah ganda. Dalam tahun ketiga perkuliahan pun, mahasiswa bisa memilih untuk melakukannya di Arizona.
Menurut Aameer, menggaet perguruan tinggi asing yang bermutu merupakan jalan tercepat untuk mendongkrak mutu perkuliahan. Para dosen bisa bertukar informasi dan pengalaman yang memberikan pengayaan pada metode perkuliahan ataupun penelitian, baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat.
Ini berbeda dengan Vietnam yang jumlah insinyurnya 8.000 orang per 1 juta penduduk. Bahkan, Korea Selatan yang jumlah penduduknya seperlima penduduk Indonesia memiliki 25.000 insinyur per 1 juta orang (Kompas, 3 Maret 2016).
”Harus diakui bahwa sebagian kurikulum keinsinyuran Indonesia belum sepenuhnya mengikuti perkembangan zaman, baik dari segi teknologi maupun kebutuhan di industri dan masyarakat secara umum,” papar Aameer.
Hal ini berkorelasi dengan data PII yang menyebutkan, Indonesia memiliki 800.000 sarjana keinsinyuran. Namun, hanya 45 persen yang bekerja di bidangnya (Kompas, 18 Mei 2016).
Oleh sebab itu, lanjutnya, walaupun mahasiswa berkesempatan untuk memanfaatkan setengah dari waktu kuliah mereka di Arizona, mereka justru dianjurkan agar magang di Tanah Air.
Aameer menyebutkan, alasannya karena mereka semestinya mengetahui permasalahan yang ada di negeri sendiri dan memanfaatkan ilmu yang dipelajari untuk mencari jalan keluar.
”Belum semua industri yang ada di Indonesia mencapai standar internasional. Akan tetapi, ini justru lahan penelitian yang ideal bagi mahasiswa. Mereka, selain kritis menyikapi, juga dituntut bisa merancang sistem perubahan ke arah lebih baik,” tuturnya.
Kehidupan
Kepala Departemen Teknik dan Sistem Industri Universitas Arizona Young-jun Son menjelaskan, kekeliruan terbesar dalam melihat ilmu keinsinyuran ialah menganggap bidang tersebut hanya untuk menciptakan alat dan infrastruktur.
Ilmu keinsinyuran sejatinya bertujuan membuat kehidupan manusia lebih baik, seperti menciptakan kehidupan yang aman, teratur, efisien, dan ramah lingkungan.