SBY dan Jokowi Saling Kirim Kode
BOGOR, KOMPAS — Partai Demokrat memulai rapat pimpinan nasional pada Sabtu (10/3) di Bogor. Dalam acara yang dihadiri belasan ribu kadernya itu, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo seakan saling melempar isyarat.
Partai Demokrat seakan ingin mendekat dan menjadi salah satu pengusung Joko Widodo dalam Pemilu Presiden 2019. Adapun Presiden Joko Widodo mengajak semua kader Partai Demokrat untuk menyukseskan agenda demokrasi di Indonesia.
Rapimnas Partai Demokrat yang berlangsung dua hari, Sabtu dan Minggu (10-11 Maret), menjadi awalan konsolidasi partai menuju Pemilu 2019. Spanduk bergambar foto dan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipasang di sekitar lokasi rapimnas.
Dalam video tentang Partai Demokrat, AHY juga ditampilkan setelah para pemimpin Indonesia yang ada, mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hingga Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo hadir sekaligus membuka acara ini. Hadir pula Boediono yang menjabat Wakil Presiden pada 2009-2014 dan para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, antara lain Djoko Suyanto, Sudi Silalahi, Hatta Rajasa, Andi Mallarangeng, MS Hidayat, dan Azwar Abubakar.
Adapun Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto serta Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
Dalam awal sambutannya, SBY menyanjung Presiden Joko Widodo, yang disebutnya Bapak Jokowi, bukan hanya kepala negara, melainkan juga pemimpin Indonesia, pemimpin semuanya. Presiden Jokowi telah dua kali hadir di perhelatan Partai Demokrat. Sebelum ini, Presiden Jokowi juga hadir dan membuka Kongres Partai Demokrat di Surabaya pada 2015.
Bertekad memenangi Pemilu 2019, SBY menyebutkan, ada dua hal yang menjadi penyebab kegagalan Partai Demokrat pada Pemilu 2014. Pertama, banyak kadernya yang terjerat korupsi dan ini menjatuhkan suara Partai Demokrat yang saat itu berkuasa. Kedua, tak adanya calon presiden dan calon wakil presiden yang diusung.
Untuk 2019, SBY mengatakan, saat ini sangat sedikit kader Partai Demokrat yang terlibat korupsi. Selain itu, Partai Demokrat akan mengusung putra-putri terbaik bangsa untuk menjadi capres-cawapres.
”Pada saatnya nanti, beberapa bulan mendatang, putra-putra atau putri-putri terbaik bangsa yang Partai Demokrat nilai cakap memimpin bangsa akan diumumkan. Jadi, mohon bersabar,” ujar SBY.
Selain itu, SBY juga mengharapkan Jokowi sukses menuntaskan pengabdian hingga akhir periode 2019 serta mencapai harapan pada Pemilu 2019.
”Jika Allah menakdirkan, sangat bisa Partai Demokrat berjuang bersama Bapak. Tentu Bapak sangat memahami sebagaimana pengalaman saya dalam pilpres. Perjuangan bersama, apa pun namanya, koalisi atau aliansi, akan bisa berjalan kalau kerangka kerja samanya tepat, visi misi Indonesia 2019-2024 tepat dan disusun bersama. Tentu Partai Demokrat ikut menyusun platform untuk Indonesia ke depan,” tutur SBY.
Presiden Jokowi pun menyambut dengan gayanya yang jenaka. Presiden malah menceritakan betapa harus bersiap-siap dan memilih pakaian dengan cermat apabila diundang ke acara Partai Demokrat.
”Sampai saat ini saya masih merasa jauh sekali kalau berkaitan dengan kerapian pakaian Pak SBY. Ini juga dari subuh sudah (berpikir), pakai jas yang mana, pakai dasi yang mana,” ucapnya.
Setelah AHY juga muncul ke panggung politik, Presiden Jokowi menilai, dirinya harus berpikir dua kali lebih keras untuk memilih pakaian.
”Sudah orangnya muda, ganteng, pinter, kalau berpakaian juga rapi dan cling. Dengan saya lebih jauh lagi. Jadi, sekali lagi, kalau bersiap-siap mau hadir di undangan Partai Demokrat, harus betul-betul rinci dan detail karena ada Pak SBY dan Mas AHY,” selorohnya.
Bukan otoriter
Di sisi lain, Presiden Jokowi menyampaikan keheranannya ketika di media sosial ada yang menyebut dirinya otoriter.
”Menurut saya, saya enggak ada potongan sekali. Penampilan saya, kan, tidak sangar. Ke mana-mana selalu tersenyum. Oleh karena itu, saya selalu bilang, saya bukan pemimpin otoriter, tapi saya ini seorang demokrat,” tambah Presiden.
Ini karena dirinya memiliki ciri-ciri seorang demokrat yang mau mendengarkan orang lain, menghargai pendapat orang lain, serta menghargai perbedaan tanpa menjadikan perbedaan sebagai sumber permusuhan.
”Nah, lebih kurang saya memenuhi kriteria-kriteria itu. Artinya, saya dan Pak SBY beda-beda tipis. Kalau saya seorang demokrat, Pak SBY tambah satu, Ketua Umum Partai Demokrat,” ujar Presiden lagi.
Melanjutkan pidatonya, Presiden Jokowi mengingatkan demokrasi yang sudah dipilih untuk bangsa. Namun, reformasi yang mendorong demokrasi masih harus dilengkapi dengan pendewasaan kehidupan berpolitik dan membuat demokrasi dirasakan manfaatnya oleh rakyat.
Untuk itu, keadaban berpolitik harus dibangun. Kontestasi dalam pilkada, pileg, atau pilpres harus menjunjung keadaban dan semua kandidat saling menghormati, bukan saling mencemooh.
Kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus diwujudkan. Inovasi yang mendorong lompatan-lompatan pembangunan nasional didukung.
”Dan, saya mengajak keluarga besar Partai Demokrat untuk menyukseskan agenda bersama tersebut,” lanjut Presiden Jokowi.