SOREANG, KOMPAS — Banjir di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai surut, Kamis (15/3). Banjir menyisakan lumpur hingga setinggi 50 sentimeter. Lebih dari 2.000 warga masih bertahan di sejumlah lokasi pengungsian.
Mereka mengungsi di gedung sekolah, tempat ibadah, kantor pemerintahan, dan fasilitas umum lainnya. Sudah tiga minggu warga mengungsi.
Pengungsi tersebut berasal dari 630 kepala keluarga. Di antara mereka terdiri dari 185 anak balita, 195 anak-anak, dan 205 lansia.
Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang merupakan kawasan terendah di cekungan Bandung. Ketiga kecamatan itu juga dilalui Sungai Citarum, Cisangkuy, dan Cikapundung yang kerap meluap saat musim hujan.
Engkos (29), pengungsi di Gedung Inkanas, Baleendah, mengatakan, warga belum meninggalkan pengungsian karena banjir baru surut dua hari. Apalagi, sejumlah lokasi masih tergenang banjir dengan ketinggian di bawah 50 cm.
”Lebih baik menunggu sampai musim hujan berakhir. Beberapa pengungsi juga ada yang membersihkan lumpur di rumahnya. Namun, mereka pulang lagi ke pengungsian,” ujarnya.
Banjir juga meninggalkan lumpur hingga setinggi 25 cm di sejumlah ruas jalan, seperti Jalan Andir-Katapang, Jalan Anggadireja, dan Jalan Siliwangi. Ketiga jalan tersebut sudah dapat dilalui.
Akan tetapi, pengguna kendaraan harus memperlambat laju kendaraan agar tidak tergelincir di jalan yang berlapis lumpur. Imbasnya, lalu lintas tersendat sekitar 500 meter.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Toni Suryana mengatakan, pihaknya telah membersihkan endapan lumpur di beberapa saluran air yang mengalir ke Sungai Cisangkuy. Hal itu dilakukan agar saat terjadi banjir susulan, air dapat langsung mengalir ke sungai.
”Besok (Jumat) kami akan membersihkan sejumlah ruas jalan dan permukiman warga. Mobil pemadam kebakaran juga dikerahkan untuk menyemprot lumpur yang menumpuk sehingga lebih mudah dibersihkan,” ujarnya.