Cak Imin Dapat Mandat Jadi Cawapres dari Ulama Cilacap
Oleh
Megandika Wicaksono
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menerima mandat dari alim-ulama, pengasuh pondok pesantren, dan imam masjid yang tergabung dalam ”Majlis Silaturrahmi Ulama dan Rakyat” untuk menjadi calon wakil presiden pada Pemilu 2019.
Cak Imin merasa optimistis dapat berpasangan dengan Joko Widodo dan diharapkan dapat mengawal aspirasi kalangan pondok pesantren, ulama, dan para santri.
”Saya dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim menyatakan menerima amanah ini untuk saya perjuangkan dan amanah ini membawa motivasi saya untuk menyatukan seluruh keluarga besar NU di seluruh Nusantara,” kata Cak Imin, Kamis (15/3) di Pondok Pesantren Al-Ihya ’Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah.
Menurut Cak Imin, mandat tersebut sangat besar dan berat, yaitu memperjuangkan secara lebih nyata dan konkret aspirasi Umat Islam, aspirasi nahdliyin dan nahdliyah, aspirasi para kiai dan ulama NU.
”Ada yang bilang Pak Muhaimin ambisius, Pak Muhaimin terlalu ingin jabatan. Saya jawab, ini bukan soal ambisi, tapi ini soal tanggung jawab merebut hak NU di dalam melaksanakan cita-cita para pendiri bangsa,” katanya.
Cak Imin menyampaikan, dirinya merasa terhormat dan tersanjung. Meski ini semua adalah tantangan, pekerjaan berat, dan besar, bisa terlaksana apabila para kiai, ulama NU benar-benar bekerja keras berpadu satu bersama 11 juta warga NU untuk mewujudkan peran perjuangan yang telah dirintis kiai terdahulu.
”Hari ini kita buktikan bahwa NU bisa menentukan jalannya pembangunan dan pemerintah,” tutur panglima santri itu.
Mandat dibacakan oleh KH Imdadurrohman Al Ubudi sebagai Sekretaris ”Majlis Silaturrahmi Ulama dan Rakyat”.
Di dalamnya disampaikan tiga hal yang menjadi pertimbangan dan dasar pemberian mandat, yaitu pertama para alim-ulama terbukti telah memiliki peran sentral dan signifikan dalam proses kebangsaan Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka hingga hari ini.
Kedua, selama ini ada kesan bahwa aspirasi kalangan ulama dan pesantren kurang mendapat perhatian signifikan dari para pemangku kebijakan sehingga pondok pesantren, madrasah, madrasah diniyah, taman pendidikan Al Quran, masih dirasa kurang mendapat prioritas dalam program pembangunan Indonesia.
Ketiga, memandang bahwa perlu kiranya aspirasi kalangan pondok pesantren, ulama, dan santri perlu secara khusus dikawal oleh sosok yang mengerti dan mengenal situasi dan kondisi kalangan ulama, santri, dan pesantren secara sempurna.
Cak Imin mengatakan dirinya mendapatkan apa yang disebut silent hope, harapan yang tertutup-tersembunyi, mulai terbuka. Kaum nahdliyin, para kiai, pondok pesantren, para santri sangat berharap dan merindukan bahwa ada dari kalangan santri, warga NU menjadi pimpinan nasional, baik presiden maupun wakil presiden.
”Warga NU sangat besar antusiasmenya. Saya Insya Allah siap menerima mengemban amanat perjuangan para ulama, umat Islam agar persatuan dan kekuatan umat Islam dapat terwujud dalam pembangunan nasional,” katanya.
Optimistis
Menurut Cak Imin, sampai detik ini, satu-satunya calon presiden yang telah mendeklarasikan adalah Presiden Jokowi. Cak Imin sebagai anggota koalisi yang sejak awal mendukung Pak Jokowi sejak 2014 masih terikat koalisi hingga 2019.
”Saya harap dengan koalisi yang kuat dan kompak ini, terutama kita mengingatkan kekompakan harus dijaga agar sukses Pilpres 2019 terlaksana. Salah satunya kita ingin agar pasangan Pak Jokowi dari kalangan NU dan saya siap mengemban amanah itu,” katanya.
Dia juga melanjutkan, ”Kita terus berkomunikasi, diskusi, dan koordinasi. Beliau menyampaikan proses berlangsung terus, sambil terus dianalisis dari para kandidat. Tentu akan ada pilihan-pilihan di antara alternatif yang ada. Saya optimistis yang akan dipilih Pak Jokowi adalah saya.”
Ditanya mengenai wacana poros ketiga, Cak Imin mengatakan, ”Poros ketiga sebagai sebuah wacana demokrasi, saya kira harus dihormati dan kita tidak menutup diri untuk terus berkomunikasi. Ya, poros ketiga, atau poros kedua itu menjadi alternatif mendimanisasi dan mendewasakan politik demokrasi kita.”
Jika pada poros ketiga dirinya diminta menjadi calon presiden, Cak Imin akan menyampaikan dan mendiskusikannya lagi dengan para kiai.