JAKARTA, KOMPAS Menyongsong era revolusi industri 4.0, pemerintah mendorong perguruan tinggi melaksanakan kuliah pendidikan jarak jauh menggunakan teknologi digital. Sistem ini sebenarnya sudah ada di Indoensia sejak 33 tahun lain dengan keberadaan universitas terbuka. Meski peminat dari kaum muda meningkat, sistem ini belum menjadi pilihan utama para lulusan sekolah menengah atas.
"Memang, komposisi mahasiswa (UT) saat ini banyak lulusan SMA, dibanding sebelumnya yang banyak dari kalangan pekerja. Tetapi, (sampai sekarang) lulusan SMA belum banyak yang kenal Univeritas Terbuka," kata Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat saat berkunjung ke Kantor Redaksi Harian Kompas, di Jakarta, Rabu (14/3).
Ojat didampingi Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerja Sama Moh Muzammil, Kepala Pusat Humas dan urusan Internasional Dian Budiargo, Koordinator Humas dan Kerja Sama dalam negeri Tengku Lufiana.
Ojat mengatakan, UT berkomitmen menyediakan dan memudahkan masyarakat dalam mengakses pendidikan tinggi. Hal itu berusaha dilakukan dengan mengoptimalkan layanan pendidikan berbasis daring yang jangkauannya luas dan dapat dilakukan tanpa tatap muka.
Pada 2017, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia masih 31,75 persen. Angka tersebut meningkat dibandingkan pada 2016 yang 28,10 persen, dan pada 2015 yang 27,63 persen. Di tingkat ASEAN, APK pendidikan tinggi mencapai 40 persen.
Keberadaan UT, katanya, dapat meningkatkan APK. Universitas itu sengaja didesain untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh. “Kami ingin memberikan kesempatan untuk seluruh masyarakat agar punya kesempatan belajar ke pendidikan tinggi,” kata Ojat.
Pada 2010, mahasiswa yang terdaftar di UT sebanyak 650.000 orang, saat ini sebanyak 300.000 mahasiswa yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia serta di 33 negara. Ojat menyatakan, ingin mendorong jumlah mahasiswanya hingga mencapai satu juta orang.
Dalam rangka meningkatkan APK itu, Ojat mengatakan, pihaknya telah menyiapkan segala layanan terkait universitas yang berbasis daring. Hal itu dijalankan bersamaan dengan layanan luringnya karena masih ada mahasiswa yang membutuhkan layanan tersebut.
“Kami telah berevolusi dari perguruan tinggi jarak jauh menjadi lembaga perguruan tinggi yang modern. Kegiatan mulai dari core bisnis kemahasiswaan, bahan ajar, layanan bantuan belajar, penyelenggaraan ujian, sudah dilaksanakan secara online,” kata Ojat.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, Universitas Terbuka telah membaca pendidikan jarak jauh lebih dulu. Hal itu sesuai dengan revolusi pendidikan yang sedang terjadi. “Revolusi pendidikan tidak terhindarkan lagi. Sekarang orang beralih ke internet,” kata Budiman.
Terkait hal itu, Kompas menawarkan platform baru yaitu Kompas.id yang kontennya dapat dijadikan bahan ajar. Sebelumnya, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) bekerja sama dengan Kompas.id untuk menjadikan kontennya sebagai bahan ajar. Kompas juga telah bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Media Nusantara, dan Universitas Atmajaya. (DD16)