Lebih Dari 50 Persen Kebutuhan Dalam Negeri Akan Disuplai Pabrikan Lokal
Oleh
DD14
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Lebih dari 50 persen kebutuhan industri dalam negeri terhadap produk petrokimia yang dijadikan bahan baku plastik dan kimia diharapkan dapat diproduksi dari dalam negeri pada 2023. PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) akan membangun kompleks pabrik petrokimia baru untuk mewujudkan itu.
“Permintaan produk petrokimia dalam negeri seperti polyethylene, propylene, dan produk turunan lainnya cukup besar. Saat ini kapasitas perusahaan kami hanya mampu menyuplai 30-35 persen kebutuhan dalam negeri. Sisanya harus impor. Kalau pabrik baru CAP 2 nanti sudah jadi, kami bisa menyuplai kebutuhan dalam negeri lebih dari 50 persen," ujar Corporate Secretary PT CAP Suryandi di Jakarta, Kamis (15/3).
Suryandi mengatakan, total kapasitas produksi CAP saat ini mencapai 3,3 juta ton per tahun. Jumlah itu akan meningkat menjadi 6 juta ton per tahun setelah CAP 2 selesai dibangun. Dari 6 juta ton, 1 juta tonnya merupakan produk ethylene. Kompleks CAP 2 rencananya akan dibangun bersebelahan dengan lokasi CAP saat ini di Cilegon, Banten.
Kompleks pabrik petrokimia baru CAP 2 nantinya akan digunakan oleh PT Chandra Asri Perkasa, anak usaha patungan antara PT Chandra Asri Petrocemichal Tbk (99 persen) dan PT Styrindo Mono Indonesia (1 persen).
Menurut Suryandi, saat ini pembangunan kompleks pabrik baru tersebut tengah dalam masa persiapan, seperti licensing dan pembelian lahan seluas 200 hektar. Pada awal tahun 2020 rencananya CAP telah mendapatkan kesepakatan investasi (final decision investment), sehingga pada 2023 akhir, kompleks industri baru tersebut telah selesai dibangun.
“Pada 2017 Capex (belanja modal) untuk persiapan pembangunan CAP 2 sebesar 77 juta dollar AS. Pada tahun ini, Capex kami untuk pembangunan CAP 2 meningkat menjadi 207 juta dollar AS. Jadi keseriusan kami dalam membangun CAP 2 ini terlihat dari pengeluaran kami sejak tahun lalu,” kata Suryandi.
Total belanja modal CAP pada tahun 2018 mencapai 568 juta dollar AS. Belanja tersebut akan didanai dari pendanaan yang telah dilakukan tahun lalu, antara lain hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue yang mendapatkan 377 juta dollar AS, penerbitan obligasi dollar AS senilai 300 juta dan obligasi rupiah secara berseri.
“Jumlah cash kami juga cukup untuk capex tahun ini, karena akhir tahun lalu cash yang kami pegang sebesar 800 juta dollar AS. Akan tetapi, untuk tahun depan, apalagi dengan pembangunan CAP 2 pendanaan dalam bentuk lain akan ada, tetapi masih kami pikirkan,” tutur Suryandi.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong agar pembangunan CAP 2 selesai pada tahun 2021 dari rencana semula yang akan selesai pada 2026. Pemerintah akan memberikan dukungan dalam pemberian insentif fiskal.
Menurut Airlangga pembangunan pabrik baru tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk perbandingan, kapasitas CAP untuk menghasilkan naptha cracker hanya 900.000 ton per tahun, sementara Singapura 3,8 juta ton dan Thailand 5 juta ton. (Kompas, 13/2 2017)
“Sejauh ini kami sudah mendaftar ke Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk mendapatkan tax allowance (kelonggaran pajak) karena nilai investasi kami yang cukup besar,” tutur Suryandi.
Ekspansi 2018
Suryandi menyampaikan, selain persiapan pembangunan CAP 2, tahun ini perusahaannya telah melakukan ekspansi pabrik untuk meningkatkan kapasitas produksi beberapa produknya.
“Peningkatan kapasitas produksi butadiene dari 100 ribu ton per tahun menjadi 137 ribu ton per tahun. Pada kuartal kedua tahun ini rencananya ekspansi tersebut akan selesai,” tutur Suryandi.
Selain itu, ekspansi pabrik polyethylene dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun telah berlangsung dan rencananya akan selesai pada 2019. Saat ini, kapasitas produksi polyethylene kami yakni 336 ribu ton, sehingga pada 2019 kapasitas produksinya mencapai 776 ribu ton per tahun.
“Pada 2019, kami juga berencana meningkatkan kapasitas produksi polyprophylene yang jumlahnya saat ini 480.000 ton per tahun menjadi 590.000 ton. Proyek ini akan selesai pada 2020. Total pada 2020 secara agregat, kapasitas produksi CAP mencapai 4,2 juta ton,” tutur Suryandi.
Menurut Suryandi, ekspansi diperlukan guna merespon peningkatan permintaan produk petrokimia dalam negeri. Pertumbuhan tersebut ditaksir meningkat 5-6 persen setiap tahunnya.
Seperti yang diketahui pada 2017, CAP membukukan peningkatan laba bersih sebesar 6,3 persen. Laba bersih CAP pada 2017 sebesar 319,2 juta dollar AS dari yang tahun sebelumnya sebesar 300,1 juta dollar AS.
Adapun Laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) CAP meningkat 8 persen dari 509,5 juta dollar AS menjadi 550,3 juta dollar AS. Peningkatan pendapatan CAP pada 2017 terutama ditopang oleh hasil penjualan produk olefins, styrene monomer, dan butadiene. (DD14)