Kayuhan Sepeda Onthel Mbah Hadi Mengampanyekan Perdamaian
Oleh
BAHANA PATRIA GUPTA
·2 menit baca
Pria berusia 70 tahun tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Mbah Hadi Semar. Sudah 15 hari menempuh perjalanan dengan sepeda tuanya merek Lokomotif dari Anyer menuju Bali. Selepas hujan di Lamongan, dengan sakit gigi yang mendera, ia memutuskan istirahat di daerah Duduk Sampeyan, Gresik.
Penampilan Mbah Hadi cukup unik, dengan rambut yang dikucir, tas rajut baduy, dan kalung berbandul bentuk kujang. Belum lagi sepedanya, ia menempelkan poster-poster berisi pesan moral untuk menarik perhatian.
”Perjalanan menuju Bali juga bentuk kampanye atas apa yang saat ini terjadi terhadap bangsa,” ujarnya, Sabtu (17/3), saat bertemu Kompas di Gresik.
Benar saja. Beberapa warga yang lewat tampak berlama-lama mengamati tulisan yang Mbah Hadi pasang. Di bagian depan tertulis ”Safari damai, daripada menyebar hoax berkarya yang positif. Ingin menjadi pahlawan tidak harus menjadi pahlawan”.
Sementara itu, di bagian belakang sepeda berisi poster, ”Jangan tinggalkan warisan dengan derai air mata untuk anak cucu kita”, dan ”Gunakan agama untuk perekat, penyejuk, bukan untuk pemecah belah persatuan bangsa NKRI”. Tulisan-tulisan yang dibuat itu sangat kontekstual dengan apa yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.
Gunakan agama untuk perekat, penyejuk, bukan untuk pemecah belah persatuan bangsa NKRI.
Dia mengaku prihatin dengan konflik horizontal saat ini yang sering kali dilatarbelakangi oleh permasalahan keyakinan. ”Negara kita itu negara majemuk, harus diakui, jangan memaksakan diri satu keyakinan. Jika tidak suka dengan Indonesia yang toleran, ya, pindah saja dari Indonesia. Jangan dirusak,” tutur Mbah Hadi bersemangat.
Perjalanan mengampanyekan antihoaks dan Indonesia yang toleran bukan tanpa masalah. ”Di Karawang, rantai sepeda sering copot, sementara as tengah rusak di daerah Subang. Namun, berkat persaudaraan yang terjalin erat antarpenggemar sepeda tua, membuat permasalahan tersebut teratasi,” ujar Mbah Hadi.
”Sebenarnya saya tidak mau merepotkan teman teman onthelis. Namun, berkat informasi yang disebar oleh teman onthelis Karawang, membuat perjalanan saya terpantau. Saya terima kasih banyak jadinya,” lanjutnya.
Dia mengatakan tidak menargetkan berapa lama harus tiba di Bali. Ia hanya ingin bertemu dengan teman-temannya di daerah. ”Harapan saya saat ini ingin bertemu dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini,” ujarnya. Ia mengaku salut dengan caranya memimpin Kota Surabaya. ”Kita perlu pemimpin yang tegas,” lanjut Mbah Hadi menjelaskan harapannya.
Yang dilakukan Mbah Hadi perlu dijadikan contoh teladan. Bahwa untuk mengubah satu keadaan tidak hanya dengan omongan ataupun mencemooh, tetapi turun langsung dengan apa yang bisa dilakukan. Tulisan-tulisan yang dibawa Mbah Hadi menjadi peringatan keras buat siapa saja yang melihat bahwa semua warga negara berkewajiban menjamin Indonesia aman, tenteram, dan toleran. Hati-hati di jalan, Mbah Hadi....