JAKARTA, KOMPAS — Seorang tersangka kasus skimming (teknik penyalinan data dari satu kartu anjungan tunai mandiri atau ATM ke kartu lain dengan tujuan mencuri uang) ditangkap di Hotel Fave di Jalan Wahid Hasyim, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (17/3) pukul 21.00. Tersangka berinisial BKV (40).
”Tersangka warga negara Bulgaria. Kini diperiksa penyidik Reserse Mobil Direktorat Reserse Kriminal Umum,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Argo Yuwono, Minggu (18/3).
Ia menjelaskan, penangkapan berawal ketika tersangka ditangkap anggota satuan pengamanan (satpam) Bank Mandiri Cabang Juanda, Didik Suprayitno. Tersangka kemudian diserahkan ke Polsek Metro Gambir, Jakarta Pusat. Tersangka lalu diserahkan ke Subdirektorat Reserse Mobil (Resmob).
”Saat ditangkap, tidak ada satu pun barang bukti terkait tindak pidana skimming. Namun, setelah penyelidikan dikembangkan oleh Subdit 3 Resmob, kami mendapatkan satu kartu skimming,” ungkap Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Nico Afinta yang dihubungi terpisah, kemarin.
Argo dan Nico berjanji akan menyampaikan pengungkapan kasus ini lebih rinci pada jumpa pers Senin (19/3) ini. ”Penjelasan lebih rinci akan kami sampaikan di jumpa pers,” ujar Argo.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya menangkap lima tersangka yang terdiri dari 1 WNI (MK), 3 warga Romania (IRL, ASC, LNM), dan 1 warga Hongaria (FH). Ketiga warga Romania ditangkap di Tangerang Selatan, sedangkan FH dan MK dibekuk di Lombok.
Dari tangan mereka, polisi menyita 1.480 kartu ATM yang telah diisi data curian dari 64 bank di 21 negara. Paling banyak adalah kartu ATM dari bank di Indonesia, yaitu 1.314 kartu dari 13 bank.
Sejumlah langkah
Argo dan Nico menyebutkan, Polri, Bank Indonesia (BI), kalangan perbankan nasional, dan instansi terkait telah menyusun sejumlah langkah untuk mencegah kasus skimming terulang.
”Polri akan membuat saluran hotline untuk menerima pengaduan, laporan, dan keluhan dari BI yang diterima BI dari kalangan perbankan nasional menyangkut kejahatan perbankan, termasuk skimming,” ucap Nico. Sambungan hotline ini dari Mabes Polri yang akan terhubung ke semua polda di Indonesia.
Langkah lain, lanjut Argo, menarik kartu ATM nasabah berteknologi magnet dan menggantinya dengan kartu ATM yang dilengkapi cip.
”Sebagian kartu ATM, seperti milik Bank Mandiri, sudah dilengkapi cip. Dalam waktu dekat, seluruh kartu ATM perbankan nasional harus sudah dilengkapi cip. Tentang kapan batas waktunya, itu wewenang BI. Kami hanya mengingatkan, lebih cepat lebih baik sebab praktik skimming ternyata sudah meluas,” tutur Argo.
BI sebelumnya menyatakan batas waktunya tahun 2021. Akan tetapi, pengelola Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan mempercepat proses penggantian kartu ATM setelah BRI dililit kasus skimming.
Tahap awal penggantian kartu ATM BRI diprioritaskan bagi nasabah yang bertransaksi di mesin ATM yang terindikasi pernah dipasangi skimmer.
Menyinggung soal pengamanan mesin mesin ATM dari kemungkinan dipasangi skimmer atau potensi kejahatan perbankan lain, Nico mengatakan, Polri mengusulkan BI mewajibkan kalangan perbankan yang memiliki mesin ATM berkoordinasi dengan polisi untuk membuat jadwal penjagaan rutin dan terjadwal.
Selain itu, BI juga diimbau menyampaikan kepada kalangan perbankan nasional agar menata kembali penempatan mesin mesin ATM-nya sesuai dengan catatan tingkat kerawanan lokasi dari polisi.
Bangun sistem keamanan
Menanggapi sejumlah langkah yang bakal, sedang, dan telah diambil ini, kriminolog UI, Kisnu Widagso, memberikan catatan, ”selalu diawali kejadian dulu, baru berbenah”. Ia berpendapat, sebaiknya BI dan kalangan perbankan nasional mulai serius membangun sistem pengamanan seluruh perangkat perbankan.
”Bukan cuma soal pengamanan mesin-mesin ATM, tetapi pengamanan seluruh perangkat perputaran uang di bank,” ucap Kisnu.
Menurut dia, sudah waktunya petugas satpam bank mendapat pelatihan tambahan dari polisi dan pengelola bank.
Sekretaris Perusahaan PT BRI Tbk Bambang Tribaroto sebelumnya menyampaikan, BRI punya petugas yang rutin memeriksa mesin ATM. Namun, alat pencuri data ini sulit dideteksi. ”Skimmer itu diperkirakan dipasang secara acak dan dalam waktu singkat,” ujarnya.
Akan tetapi, menurut Nico, praktik skimming terjadi di beberapa mesin ATM BRI yang penempatannya kurang tepat. ”Evaluasi tim kami menunjukkan, mesin-mesin ATM yang jarang digunakan nasabah justru menjadi sasaran tersangka. Saran kami, BRI mengevaluasi kembali penempatan mesin-mesin ATM-nya,” katanya.