JAKARTA, KOMPAS — Gagal ginjal pada anak dapat terjadi karena faktor bawaan lahir, pola hidup, dan keturunan. Orang tua dapat melakukan deteksi dini agar tidak semakin parah.
Berdasarkan Global Burden of Disease Study pada 2015, penyakit ginjal kronis termasuk delapan besar penyebab kematian tertinggi di dunia. Ginjal tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak berisiko terkena gagal ginjal, khususnya pada usia dini atau bayi. Di Pusat Ginjal Anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), setiap hari mendapat kunjungan pasien antara 50 hingga 70 anak.
“Hingga saat ini, kami telah menangani 300 anak yang mengalami penurunan fungsi ginjal,” kata Dokter Spesialis Anak dari Pusat Ginjal Anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Cahyani Gita Ambarsari, Minggu (18/3). Seusai acara Kidney City Tour 2018 yang diselenggarakan oleh RSCM di Jakarta, Cahyani menghimbau agar orang tua mengetahui tanda-tanda gagal ginjal agar tidak terlambat penanganannya, yaitu melalui kondisi urin, tekanan darah, dan obesitas.
“Apabila kencing anak tersendat, sebaiknya segera diperiksakan ke rumah sakit atau dokter spesialis anak,” kata Cahyani. Ia menjelaskan, urin yang normal berwarna kuning jernih. Apabila urin anak berwarna kuning pekat/coklat/merah/hitam dan berbuih berarti tidak normal dan dapat diduga mengalami gaga ginjal.
Gejala gagal ginjal juga dapat diketahui melalui tekanan darahnya. Cahyani mengatakan, tekanan darah pada anak-anak hingga remaja tidak boleh melebihi 120/80 mmHg. Jika melebihinya, anak tersebut diduga ada kelainan.
Anak yang berkelebihan berat badan atau obesitas berpotensi terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi dan gangguan fungsi ginjal. Cahyani mengatakan, anak yang mengalami obesitas mengakibatkan kelainan pembuluh darah akibat kelebihan kolesterol dan gangguan fungsi ginjal.
Rafardhan (1 tahun) mengalami gangguan fungsi ginjal akibat ada kista di kedua ginjalnya. Lienda Wati (32), ibu Rafardhan menceritakan, gejala tersebut terdeteksi ketika Rafardhan masih berusia 9 bulan. Padahal, Rafardhan dinyatakan sehat ketika masih di dalam kandungan dan saat lahir.
“Gejala tersebut terdeteksi dari kondisi urin Rafardhan. Ia selalu terlihat kesakitan ketika kencing dan urinnya mengalir dengan tidak lancar,” kata Lienda. Ia mengatakan, saat ini Rafardhan harus cuci darah dan akan melakukan transplantasi ginjal ketika berat badannya mencapai 10 kilogram.
Cahyani mengatakan, untuk transplantasi sebaiknya menggunakan ginjal dari keluarga ini, yaitu ayah, ibu, dan saudara kandung. Ia mengatakan, transplantasi merupakan langkah terbaik untuk mengatasi gagal ginjal.
Sebagai contoh, Nouval Fahrezi Rahmadia (16) merasa tubuhnya cepat lelah ketika belum mendapatkan donor ginjal dari ayahnya. Setelah melakukan transplantasi ginjal, ia merasa lebih sehat. Ia pun menjadi lebih percaya diri dalam menjalani hidup sehari-hari.
Butuh nutrisi
Nutrisi sangat dibutuhkan anak yang mengidap gangguan fungsi ginjal dalam proses perawatan. Konsultan Dokter Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Taralan Tambunan mengatakan, protein dan mineral paling dibutuhkan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap stabil.
Taralan mengatakan, salah satu permasalahan yang dialami penderita gagal ginjal, yaitu sulit makan. Oleh karena itu, anak penderita gagal ginjal dapat menggunakan selang untuk menyalurkan nutrisi. “Mereka membutuhkan makanan empat sehat lima sempurna,” kata Taralan.
Selain membutuhkan nutrisi, penderita gagal ginjal harus menjaga kebersihan dengan cuci tangan sebelum makan. Taralan mengatakan, penderita gagal ginjal rentan terserang infeksi sehingga akan mengakibatkan gagal ginjal kronis atau fungsi ginjal kurang dari 15 persen sesuai dengan kapasitas normal. (DD08)