Ekspor Perdana Perdagangan Kayu Daring dari Semarang
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kerja sama Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia dengan perusahaan teknologi PNORS dari Australia untuk membuat sistem perdagangan daring perkayuan mulai membuahkan hasil. Sebuah perusahaan kayu olahan merbau di Semarang, Jawa Tengah, yakni CV Indo Jati Utama, Senin (19/3), menjadi perusahaan pertama yang memanfaatkan kemudahan berbisnis ini.
Mereka mengirimkan dua kontainer produk kayu berupa pelat kayu ke Sacramento, California, Amerika Serikat. Pengiriman perdana ini diharapkan akan diikuti produk-produk kayu lainnya ke berbagai belahan dunia yang terhubung dengan sistem itu.
Sistem perdagangan tersebut secara resmi disebut Bursa Kayu Indonesia (Indonesian Timber Exchange/ITE) e-commerce. Di situ, pemasaran berbasis online untuk produk kayu olahan ini juga mempromosikan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) bagi negara-negara ekspor.
Pelepasan ekspor perdana ini disaksikan Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Energi Hudoyo, Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo, Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sri Puryono, Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun, dan sejumlah tamu undangan.
Hudoyo menyatakan, salah satu kunci untuk meningkatkan ekspor produk perkayuan adalah inovasi dan adaptasi dengan perkembangan teknologi terkini, termasuk memanfaatkan teknologi informasi dalam perdagangan produk kayu.
”Ini sistem voluntary. Tetapi, menurut saya, ke depan prospeknya bagus karena akan sangat menguntungkan bagi penjual dan pembeli,” kata Hudoyo.
Ia menegaskan, terpilihnya Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor perdana dengan menggunakan sistem ITE tersebut patut disambut hangat karena Amerika Serikat saat ini menempati posisi penting dengan masuk dalam lima besar tujuan ekspor produk perkayuan Indonesia.
Berdasarkan data Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) yang terkumpul secara daring sampai dengan Maret 2018, Indonesia telah menerbitkan lebih dari 790.000 dokumen V-Legal, termasuk sekitar 52.000 lisensi FLEGT untuk tujuan Uni Eropa dengan nilai ekspor lebih kurang 45,37 miliar dollar AS.
Untuk periode yang sama, Indonesia mengekspor produk kayu ke Amerika Serikat senilai 4,36 miliar dollar AS atau lebih kurang 9,61 persen dari total ekspor produk kayu Indonesia yang didominasi produk-produk furnitur, kertas, panel, dan wood working.
Dengan dukungan sistem ITE e-commerce, Hudoyo optimistis ekspor produk kayu olahan Indonesia ke Amerika Serikat akan meningkat. ”Pangsa pasar produk kayu ke Amerika Serikat perlu diperhatikan karena konsumennya dikenal peduli terhadap isu lingkungan sehingga keberhasilan menembus pasar Amerika melalui ITE ini diharapkan dapat diikuti pasar-pasar di negara lainnya,” ujar Hudoyo.
Indroyono Soesilo mengatakan, pilot ITE e-commerce ini diuji coba dengan melibatkan tiga pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam, 1 pemegang izin usaha industri primer hasil hutan kayu, dan 1 pembeli dari luar negeri.
”Ekspor perdana kayu olahan yang diproduksi CV Indo Jati ke Amerika Serikat melalui pelaksanaan sistem ITE yang berbasiskan SVLK diharapkan mendorong perluasan atau pengembangan jaringan pasar dari pelaku usaha skala kecil menengah, baik ke pasar domestik maupun internasional, serta sekaligus mempromosikan SVLK ke dunia internasional,” tutur Indroyono.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.