Sesosok manusia dengan latar belakang kombinasi cahaya kuning dan merah muncul di tengah-tengah panggung. Ia berusaha keluar dari cahaya tersebut, bergumul, dan bergerak dengan penuh energi.
Adegan tersebut merupakan penggalan dari pertunjukan bertajuk Dewi Legenda Jawa Barat yang dibawakan kelompok JP Art di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (18/3).
Dewi Legenda Jawa Barat memadukan pergelaran busana dengan elemen budaya, tarian, musik, dan aksesori khas Jawa Barat. Joni Permana selaku konseptor, perancang busana, dan penari mengatakan, Dewi Legenda Jawa Barat dibuat untuk menghormati perempuan.
”Karya ini merupakan sebuah apresiasi dari seorang anak yang lahir dari ibu,” kata Joni. Dalam pertunjukan tersebut ditampilkan tiga sosok perempuan yang mewakili elemen penting dalam kehidupan.
Nyi Mas Gandasari Panuragan hadir sebagai simbol dari elemen tanah atau bumi. Ia hadir dengan balutan kostum berkarakter tegas dan menggunakan aksesori mewah serta berjubah hitam. Busana tersebut mewakili sifat pejuang wanita yang sakti.
Sesaat kemudian, hadir seorang wanita yang menggambarkan sosok Sanghyang Asri Pohaci yang dipercaya sebagai wujud tokoh Dewi Kesuburan. Ia menggunakan kostum yang menggambarkan simbol angin yang hanya dapat dirasakan, tetapi tidak terlihat.
Sosok wanita terakhir yang hadir adalah Nyi Roro Kidul yang tampil dengan kostum hijau dan menggunakan aksesori yang terinspirasi dari lukisan Raden Saleh. Gerakannya anggun dan lembut serta memilih pengaruh yang besar terhadap kehidupan di sekitarnya. Nyi Roro Kidul melambangkan elemen air dan sosok legendaris penguasa Laut Selatan.
Joni menuturkan, titik cahaya merah yang hadir di belakang sosok manusia menggambarkan api yang melambangkan hawa nafsu manusia. Hawa nafsu tersebut harus dikendalikan oleh tiga elemen penting dalam kehidupan, yaitu angin, tanah, dan air. Ketiganya membentuk segitiga yang memiliki energi untuk mengendalikan hawa nafsu manusia.
Joni menceritakan, dalam proses kreatif menemukan ide gagasan tersebut, dirinya datang ke tempat asal ketiga legenda Jawa Barat tersebut hadir, yaitu Sumedang, Cirebon, dan Sukabumi. Ia melihat legenda tersebut dari sudut pandang masyarakat sekitar.
”Saya mencoba mendekat dengan melakukan ritual yang dilakukan masyarakat sekitar dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” ujar Joni. Meskipun demikian, ia tetap memosisikan sebagai peneliti kearifan lokal.
Modern
Pertunjukan ini menghadirkan sosok-sosok legenda yang ada di masyarakat Jawa Barat. Namun, Joni menghadirkannya dalam balutan busana modern dengan motif khas Jawa Barat. Ia juga menggunakan teknologi modern untuk mendukung pertunjukannya, seperti video animasi dan visual efek.
Joni menyebutkan, pertunjukan yang ditampilkannya merupakan penggabungan dari berbagai unsur seni, yaitu busana, tarian, musik, dan multimedia. Beberapa unsur seni tersebut digabungkan dalam satu alur cerita yang menampilkan sebuah garapan baru.
Untuk dapat menghasilkan garapan baru tersebut, seorang kreator perlu mengetahui tradisi yang ada terlebih dahulu, kemudian mengemasnya dalam bentuk gaya baru sesuai dengan perkembangan zaman.
Sineas dan budayawan Garin Nugroho mengatakan, seni pertunjukan sering ditampilkan di sejumlah kota sebagai bagian dari kebutuhan seni dan gaya hidup. Di Galeri Indonesia Kaya ditampilkan sejumlah pertunjukan bertajuk ”Ruang Kreatif” yang membawa kesadaran masyarakat untuk memahami budaya lokal di Indonesia.
”Kami mengemas budaya lokal yang berkembang di Indonesia dengan garapan baru,” ucap Garin. Ia memiliki harapan baru, masyarakat dapat belajar sejarah dan membangun seni kreatif yang berasal dari akar budaya yang kuat.
Di Ruang Kreatif, berbagai pertunjukan dikemas dengan gaya modern agar anak muda tertarik untuk menikmati budaya lokal. Garin mengatakan, sejarah tidak akan berhenti dan terus berkembang. Penafsiran dan garapan baru akan melahirkan warisan budaya populer alternatif.