Presiden Jokowi Yakinkan Pengelolaan Perkebunan Sawit Ramah Lingkungan
Oleh
Suhartono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meyakinkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern bahwa upaya pengelolaan kebun kelapa sawit di Indonesia dilakukan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal itu dilakukan karena Indonesia juga memiliki kepentingan terhadap upaya pengelolaan lingkungan yang juga berkelanjutan.
”Perkebunan kelapa sawit ini melibatkan 17 juta orang atau tiga kali dari penduduk Selandia Baru. Separuh dari perkebunan dimiliki oleh petani kecil. Isu sustainability harus terus berjalan seiring dengan isu hak kemakmuran bagi petani kecil,” ujar Presiden Jokowi seusai bertemu dengan PM Selandia Baru Jacinda Ardern di Gedung Parlemen, Wellington, Selandia Baru, Senin (19/3) waktu setempat.
Sebagaimana rilis yang dikirimkan oleh Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden (Setpres), Kementerian Sekretariat Negara, Bey Machmudin, Senin malam ini, Presiden Jokowi juga meminta perhatian Pemerintah Selaandia Baru terhadap ekspor pakan hewan yang berasal dari ampas kelapa sawit agar tidak diganggu dengan hambatan nontarif.
”Saya juga meminta perhatian Yang Mulia mengenai ekspor pakan ternak dari ampas kelapa sawit yang mulai dipertanyakan dari aspek lingkungannya,” ujar Presiden.
Sementara dalam hal perdagangan bilateral, tambah Bey, seperti dalam rilis, kedua negara juga telah menargetkan perdagangan sebesar 4 miliar dollar Selandia Baru pada 2024. ”Untuk itu, diperlukan kerja keras kedua negara agar target tersebut dapat tercapai,” harap Presiden.
Presiden secara khusus mengapresiasi pasar Selandia Baru yang telah menerima komoditas unggulan Indonesia seperti kopi, manggis, dan salak. Saat ini, Indonesia berharap agar komoditas lain, seperti mangga, pisang, dan nanas, juga dapat diterima di sana.
Saling menguntungkan
Lebih jauh, isu peningkatan kerja sama ekonomi menjadi topik utama pertemuan antara Presiden Jokowi dan PM Selandia Baru Jacinda Ardern. Peningkatan kerja sama ekonomi merupakan hal yang penting bagi kedua negara. Sebagai negara yang terbuka dalam perekonomiannya, Indonesia dan Selandia Baru sama-sama mengirimkan pesan bahwa hubungan perdagangan dan investasi dapat terjalin dan menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan.
”Hubungan perdagangan bukanlah zero-sum game. Oleh karena itu, mari kita berusaha menyelesaikan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP),” kata Presiden.
Terkait sektor pariwisata, Presiden mendorong kerja sama dengan cara meningkatkan konektivitas udara bagi kedua negara. ”Saya ingin mendorong peningkatan konektivitas udara untuk meningkatkan jumlah wisatawan dengan penambahan jalur penerbangan Auckland-Bali tahun ini dari tiga kali menjadi lima kali,” ujarnya.
Selanjutnya, untuk pengembangan geotermal, Presiden Jokowi juga disebutkan menginginkan kerja sama dapat ditingkatkan menjadi kerja sama investasi. Hal ini juga disampaikannya saat bertemu dengan Gubernur Jenderal Selandia Baru dan Ketua Oposisi (Ketua Partai Nasional Selandia Baru) Simon Bridges.
MOU kualitas produksi nutrisi
Presiden juga menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman (MOU) kerja sama antara Kalbe Farma dan dua perusahaan Selandia Baru. Nota kesepahaman yang ditandatangi itu adalah kerja sama dengan Fontera di bidang pengembangan kualitas produk nutrisi dan kerja sama jaminan supply bahan baku untuk produk nutrisi dengan Westland Milk Products.
Adapun PM Ardern menyampaikan komitmennya bahwa kerja sama di bidang disaster response untuk Palang Merah Indonesia senilai 4,5 juta dollar NZ untuk masa 3 tahun dan proyek pengembangan kepemimpinan bagi anak muda Indonesia, terutama di wilayah timur senilai 3,5 juta dollar NZ.
Di awal pertemuan, PM Ardern menyampaikan apresiasi kepada Indonesia atas kemitraan yang dibangun selama ini, baik kemitraan bilateral maupun dalam konteks ASEAN.
Kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Selandia Baru juga bertepatan dengan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Selain itu, kunjungan tersebut juga untuk membalas kunjungan PM Selandia Baru ke Indonesia.
”Sudah 13 tahun Presiden RI tidak berkunjung ke Selandia Baru dan sudah saatnya Presiden RI berkunjung dan membalas kunjungan PM Selandia Baru sebelumnya,” kata Presiden membalas pernyataan PM Ardern.
Selain membahas ekonomi, kedua pemimpin negara tersebut juga membahas isu regional dan internasional, antara lain isu Semenanjung Korea, situasi Laut Tiongkok Selatan dan situasi di Rakhine State. (*)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.