JAKARTA, KOMPAS--Siklon tropis Marcus telah memasuki Australia, sehingga dampaknya terhadap Indonesia mengecil. Namun demikian, hujan masih berpeluang terjadi di sebagian wilayah Indonesia karena masih kuatnya pergerakan monsun.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau akan tiba pada bulan April, dengan daerah pertama yang akan mengalaminya Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
"Posisi siklon tropis Marcus saat ini berada di utara Darwin, Australia. Dampaknya bagi Indonesia tinggal angin kencang dan gelombang tinggi di perairan selatan Nusa Tenggara Timur," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ramlan, di Jakarta, Minggu (18/3).
Data Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis Jakarta-BMKG, posisi siklon tropis Marcus sekitar 630 kilometer sebelah tenggara Pulau Rote, NTT. Siklon ini bergerakan ke barat barat daya dengan kecepatan 9 knot atau 16 kilometer per jam menjauhi wilayah Indonesia. Sebelumnya, bibit siklon terbentuk di Laut Timor bagian utara, sekitar 120 kilometer sebelah selatan Pulau Yamdena, Maluku pada Kamis (15/3).
Sekalipun pengaruh siklon tropis ini melemah, namun sebagian wilayah Indonesia diperkirakan masih akan mengalami hujan. "Adanya siklon di selatan Indonesia menandai bahwa pergerakan monsun barat yang membawa hujan masih kuat di Indonesia," kata Ramlan.
Adanya siklon di selatan Indonesia menandai bahwa pergerakan monsun barat yang membawa hujan masih kuat di Indonesia
Daerah yang berpotensi mengalami pertumbuhan awan hujan meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Banten, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
Musim Kemarau
Menurut prediksi BMKG, musim hujan di Indonesia masih akan berlangsung hingga akhir April ini. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam keterangan pers menyebutkan, awal musim kemarau diperkirakan mulai terjadi pada akhir April hingga Juni 2018. Daerah yang pertama memasuki musim kemarau Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Selanjutnya perkembangan daerah yang akan mengalami musim kemarau akan bertambah dari bulan ke bulan.
Awal musim kemarau di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada April hingga Juni. Sedangkan puncaknya terjadi pada Agustus -September. sumber: BMKG, 2018
Untuk wilayah Jawa, sebagian besar akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei. Sedangkan di Sumatera sebagian besar baru masuk kemarau pada Juni, namun pada Mei sebagian sudah masuk kemarau. Sedangkan di Kalimantan sebagian besar masuk kemarau pada Juni dan Juli. Demikian halnya di Pulau Sulawesi.
Awal musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia (52,6 persen) diperkirakan mengalami kemunduran atau terlambat di bandingkan rata-ratanya dalam 30 tahun. Sementara sebanyak 36 persen dari jumlah total wilayah di Indonesia sama dengan rata-rata per tahunnya dan sebanyak 11,4 persen wilayah lebih cepat dibandingkan rata-rata tahunan.
Adapun puncak musim kemarau 2018 diprediksi terjadi pada Agustus - September 2018. Saat puncak musim kemarau di wilayah Indonesia perlu diwaspadai daerah-daerah yang rentan terhadap bencana kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan. Namun, menurut Dwikorita, musim kemarau tahun ini diperkirakan tidak separah musim kemarau tahun 2015.
Sampai dengan pertengahan tahun 2018 iklim di Indonesia masih dipengaruhi La Nina lemah sehingga kemungkinan masih akan diwarnai dengan hujan. Kondisi ini akan berimplikasi positif pada tanaman palawija dan tanaman semusim yang tidak terlalu memerlukan banyak air.