Momentum Cirebon Gelar Turnamen Bulu Tangkis Internasional
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·4 menit baca
Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melirik Kota Cirebon, Jawa Barat, sebagai tempat pergelaran turnamen International Challenge tahun ini. Jika terpilih, Cirebon untuk kali pertama menjadi arena turnamen tingkat internasional.
Menurut Kepala Bidang Turnamen dan Perwasitan PP PBSI Eddiyanto Sabarudin, pada Oktober nanti, International Challenge akan digelar di Indonesia. “Sejauh ini, ada dua nominasi tempatnya, yakni Kota Cirebon atau Banjarmasin (Kalimantan Selatan),” ujar Eddiyanto, Senin (19/3) di Cirebon.
Cirebon menjadi salah satu opsi, antara lain, karena dianggap sukses menjadi tuan rumah sejumlah kejuaraan bulu tangkis nasional. Selain Kejuaraan Nasional Bulu Tangkis pada 2014, Kota Cirebon juga tempat unjuk kemampuan para pebulu tangkis pada PON Jabar 2016 lalu.
Saat ini, Wali Kota Cirebon Open 2018 yang merupakan turnamen swasta nasional berlangsung dari Senin hingga Sabtu (19-24/3). Sebanyak 976 pebulu tangkis dari 125 klub di berbagai daerah bertarung dalam turnamen itu. Ada 1.014 pertandingan digelar di 4 lapangan GOR Bima dan 5 arena di GOR Katiasa.
Ajang tersebut merupakan kali ketiga di Cirebon. Setidaknya sudah 13 kali turnamen bulu tangkis baik tingkat regional maupun nasional digelar di kota yang berjarak 218 kilometer dengan Ibu Kota tersebut.
Namun, menjadi tuan rumah turnamen internasional tentu berbeda dengan turnamen tingkat nasional. Sarana arena harus paripurna. “Di sini (GOR Bima), belum ada ruangan medis. Udara dalam gedung juga panas,” ujar Eddiyanto.
Panasnya udara dalam gedung jadi hal biasa di wilayah pantai utara Jabar tersebut. Saat PON 2016 lalu, pemain, ofisial, hingga penonton mengeluhkan penyejuk ruangan yang tidak memadai. Padahal, saat itu, lebih dari 20 pendingin ruangan di pasang di berbagai sudut.
Sudah lazim, penonton dan ofisial mengipas dirinya dengan kartu hingga buku. Ini berdampak pada kelelahan pemain. Pada babak penyisihan nomor perseorangan, misalnya, dalam sehari ditemukan delapan pemain cedera.
Sudah lazim, penonton dan ofisial mengipas dirinya dengan kartu hingga buku
Soal kapasitas penonton, Eddiyanto mengatakan GOR Bima sudah memadai karena dapat menampung sekitar 1.000 penonton. Hanya saja, butuh renovasi di sejumlah titik. Tembok tribun penonton berwarna hijau dan biru, misalnya, retak bahkan terkelupas di sana sini.
Untuk penginapan, terdapat sekitar 70 hotel yang siap menampung para atlet. Meski kerap macet di sejumlah titik, transportasi menuju arena pertandingan cukup terjangkau di kota seluas 37 kilometer persegi tersebut.
Akan teapi, kendala lainnya ialah akses menuju Cirebon bagi pebulu tangkis asing. Saat ini, bandara terdekat menuju Cirebon ialah Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Setelah dari bandara, pemain menempuh jalur darat sekitar 3 jam melalui Jalan Tol Cikopo-Palimanan. Terdapat pula jalur kereta api dengan waktu tempuh 3 sampai 4 jam.
“Ini masih menjadi pertimbangan kami untuk memilih Cirebon. Sebab, idealnya perjalanan bagi pemain asing menuju arena sekitar 2 jam,” ujarnya.
Dia mencontohkan, pada 2010, rencana pergelaran turnamen bulu tangkis tingkat internasional di Samarinda (Kalimantan Timur) terpaksa tidak terwujud dan dipindahkan ke Balikpapan yang masih berada dalam satu provinsi. Alasannya, akses ke Samarinda cukup jauh.
Namun, harapan agar Cirebon menjadi tuan rumah ratusan turnamen bulu tangkis skala internasional masih terbuka lebar. Pertengahan tahun ini, Bandara Internasional Jabar di Kertajati, Kabupaten Majalengka, sekitar sejam dari Kota Cirebon, ditargetkan beroperasi. Pebulu tangkis asing dapat memanfaatkan bandara itu.
Oleh karena itu, Sekretaris Daerah Kota Cirebon Asep Dedi optimistis, Cirebon dapat menjadi arena turnamen bulu tangkis tingkat internasional. “Cirebon sudah masuk dalam pantauan pelaksana turnamen internasional,” ujar Dedi.
Masyarakat Cirebon, lanjutnya, juga sangat bangga dengan maraknya turnamen bulu tangkis yang terlaksana di sana. Kevin Sanjaya, peraih gelar All England untuk kedua kalinya bersama Marcus Fernaldi, misalnya, pernah unjuk kemampuan di GOR Bima.
Nasri Yusuf, Sekretaris Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kota Cirebon, mengklaim, saat ini, animo pebulu tangkis lokal terus bertambah. Terbukti, pada Wali Kota Open 2018 jumlah peserta mencapai 976 orang, meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 816 peserta.
Pertengahan tahun ini, Bandara Internasional Jabar di Kertajati, Kabupaten Majalengka, sekitar sejam dari Kota Cirebon, ditargetkan beroperasi.
Dengan berbagai peluang dan kendala tersebut, Pemkot Cirebon seharusnya dapat mempersiapkan “Kota Udang” sebagai tuan rumah turnamen bulu tangkis internasional. Apalagi, sederet pebulu tangkis andal lahir di Cirebon. Mereka antara lain, Tjun Tjun, Rendra Wijaya, dan Ricky Karanda.
Seperti namanya dalam pewayangan, Bima, GOR Bima harus terus berdiri kokoh dan disegani banyak orang. Ini bisa dibuktikan, salah satunya, saat Cirebon menjadi tuan rumah turnamen internasional. Waktu akan menjawabnya.