JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan multifinance dan perbankan makin aktif menjadi kreditor dalam bisnis teknologi finansial pinjam-meminjam (peer to peer). Dengan fenomena ini, diharapkan akses pendanaan bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah semakin terbuka.
CEO Investree Adrian Gunadi menyampaikan, awal pekan ini, perusahaannya telah menandatangani kerja sama dengan dua institusi multifinance. Perusahaan multifinance tersebut, menurut rencana, akan menjadi kreditor (lender). Sementara itu, pada April, satu bank akan juga menjadi lender di Investree.
”Secara aturan, multifinance bisa masuk ke tekfin sesuai POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) Nomor 29 Tahun 2014. Sebelumnya, memang kita melihatnya perusahaan multifinance lebih banyak ke pembiayaan kendaraan bermotor,” ujar Adrian di Jakarta, Selasa (20/3).
Adrian berharap, dengan masuknya institusi menjadi kreditor di tekfin, ke depan UMKM dapat lebih terbantu dalam mencari sumber pendanaan. Dengan demikian, kerja sama tekfin dan institusi keuangan akan mendukung pemerintahan Joko Widodo saat ini yang fokus mengembangkan UMKM.
Meski kreditornya merupakan institusi jasa keuangan, Adrian mengatakan, kemudahan prosedur dalam meminjam sebagai ciri khas dari tekfin tetap dipertahankan, seperti lama pencairan dana yang rata-rata hanya memakan waktu paling lama lima hari setelah permohonan. Perusahaan multifinance dan bank yang memberikan pinjaman atau kredit di Investree nantinya menyerahkan mekanisme pemberian pinjaman kepada Investree.
Dari seluruh jenis tekfin di Indonesia, diperkirakan 33 persen di antaranya merupakan tekfin berbasis pinjam meminjam. Dari nilai transaksi pendanaan sebesar 34 juta dollar AS, 20 juta dollar AS di antaranya merupakan pendanaan untuk personal, sementara 14 juta dollar AS merupakan pendanaan untuk bisnis (Kompas, 15/3).
”Industri jasa keuangan kan juga minimal harus menyalurkan kredit 20 persen untuk UMKM dari total penyaluran kreditnya (sesuai peraturan BI, untuk tahun 2018, minimal 30 persen). Mungkin dengan menyalurkan melalui fintech akan mampu mempermudah mencapai target tersebut,” kata Adrian.
Adrian menargetkan, pada akhir 2018 Investree mampu menyalurkan dana pinjaman sebesar Rp 1 triliun. Pada Desember 2016, dana pinjaman yang disalurkan Investree berjumlah Rp 50 miliar, sementara pada Februari 2018, pinjaman yang diberikan Investree mencapai Rp 537 miliar. Sejauh ini, belum ada riwayat pengembalian pinjaman gagal.
”Sejauh ini jumlah lenders 16.000. Dari jumlah tersebut lenders aktif yang artinya memberikan pinjaman lebih dari satu kali sejumlah 5.000. Sekitar 50 persen peminjam masih berasal dari Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Adapun jumlah peminjam yang telah melakukan transaksi sebanyak 330 UMKM (peminjam),” kata Adrian.
Adrian menyampaikan, hampir 50 persen peminjamnya merupakan UMKM yang bergerak di sektor industri kreatif, seperti event organizer, media agencies, perusahaan jasa katering, dan tenaga lepas. Menurut Adrian, sektor industri tersebut merupakan yang paling sulit mendapatkan pinjaman dari bank karena tidak memiliki jaminan atau agunan.
”Sekitar 95 persen peminjam kami itu jangka pendek, sekitar 2-3 bulan jadi bunganya kecil, sekitar 1,5 persen. Bunga kami rata-rata sekitar 15 persen per tahunnya,” kata Adrian.
Bukan solusi
Sementara itu, Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) M Ikhsan Ingratubun menilai kehadiran tekfin bukan solusi dari persoalan pendanaan yang dihadapi UMKM pada umumnya. Para pelaku usaha mikro dan kecil masih sulit mendapatkan bantuan pendanaan untuk mengembangkan bisnisnya.
”Fintech itu kan hanya cara baru, metode baru melalui digital. Akan tetapi, persyaratan agar memperoleh pinjaman juga sangat ketat, seperti bank. Jadi masih sulit diakses untuk pelaku usaha kecil dan mikro,” ujar Ikhsan.
Amalia Safitri, Chief Risk Officer Investree, mengatakan, pendanaan yang disalurkan perusahaannya sejauh ini ditujukan ke segmen kecil-menengah. Hal itu guna menghindari risiko gagal bayar dari debitor. Debitor di Investree harus berbadan hukum, seperti CV atau perseroan terbatas (PT). Hal itu karena untuk meminjam di Investree tidak memerlukan agunan.
”Tipe UMKM yang kami danai ini, small to medium (kecil ke menengah). Kira-kira sales reveneu-nya (pendapatan penjualannya) sekitar Rp 15 miliar per tahun,” kata Amalia.