Sarjana Baru di Indonesia Kurang Kuasai Bahasa Inggris
Oleh
DD04
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini, persaingan di dunia kerja dinilai semakin ketat. Setiap pencari kerja, terutama lulusan baru, dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan yang unggul agar mampu bersaing di dunia kerja.
Kemampuan bahasa yang baik selain bahasa Indonesia menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan oleh perusahaan, terlebih perusahaan multinasional. Namun, sejumlah perusahaan menilai, lulusan baru di Indonesia masih banyak yang belum menguasai bahasa asing seperti bahasa Inggris.
Managing Director GrabPay Indonesia Ongki Kurniawan mengatakan, pihaknya setiap tahun selalu membuka lapangan kerja baru bagi lulusan baru di Indonesia. Berbagai spesifikasi pekerjaan diberikan untuk mendapatkan tenaga kerja yang memang unggul.
”Namun, kami menemukan keterbatasan utama dari lulusan baru yang melamar di perusahaan kami adalah kemampuan bahasa Inggris yang kurang baik. Padahal, bahasa Inggris menjadi alat komunikasi di perusahaan kami,” katanya di sela-sela acara peluncuran program LinkedIn Dream Jobs di Jakarta, Selasa (20/3).
Kami menemukan keterbatasan utama dari lulusan baru yang melamar di perusahaan kami adalah kemampuan bahasa Inggris yang kurang baik. Padahal, bahasa Inggris menjadi alat komunikasi di perusahaan kami.
Ia berpendapat, lulusan baru di Indonesia sebaiknya memiliki kemampuan bahasa asing, terutama bahasa Inggris yang baik. Bahasa Inggris dinilai sangat penting untuk dikuasai mengingat persaingan kerja saat ini sudah bertaraf global. Selain itu, sebagian besar penggunaan internet dan teknologi terbaru perlu dipelajari dengan bahasa Inggris.
Hal itu senada dengan yang disampaikan oleh Chief Executive Officer Home Credit Indonesia Jaroslav Gaisler. Untuk perusahaan multinasional, ia lebih mempertimbangkan pelamar kerja yang lebih menguasai bahasa Inggris daripada yang tidak.
”Kemampuan bahasa Inggris memang menjadi salah satu persyaratan yang kami ajukan. Namun, saat ini, kemampuan menguasai banyak bahasa memang harus dimiliki setiap orang, tidak hanya bahasa Inggris,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Managing Director Asia Pacific LinkedIn Olivier Legrand mengatakan, setiap orang tentu memiliki keterbatasannya masing-masing dalam memenuhi kualifikasi yang diberikan oleh perusahaan. Namun, menurut dia, dengan mengetahui keterbatasan yang dimiliki, seseorang justru bisa belajar dan meningkatkan kemampuannya.
Ia menambahkan, seseorang sebaiknya lebih mendalami suatu keahlian yang dimiliki daripada mempelajari banyak hal. Kedalaman keahlian ini yang nantinya bisa menjadi nilai tambah saat melamar pekerjaan.
Peran komunitas
Olivier menyampaikan, komunitas juga berpengaruh menentukan keberhasilan seseorang dalam meraih pekerjaan.
Mengutip studi LinkedIn pada akhir 2017, 65 persen koresponden berusia lebih dari 18 tahun menilai kesuksesan yang diperoleh membutuhkan kolaborasi dengan komunitas. Selain itu, lebih dari 50 persen koresponden berpendapat pekerjaan pertama sangat berpengaruh pada karier selanjutnya.
”Pengaruh pekerjaan pertama akan terbawa di pekerjaan berikutnya, mulai dari mentoring dari atasan, budaya kerja, dan lingkungan kerja yang dialami. Untuk itu, sangat penting memilih pekerjaan pertama yang tepat,” kata Olivier.
Untuk membantu para pencari kerja, terutama lulusan baru, LinkedIn meluncurkan program baru, yaitu LinkedIn Dream Jobs. Program ini bisa dimanfaatkan bagi lulusan baru atau profesional muda dengan pengalaman kerja di bawah dua tahun untuk mendapatkan pekerjaan terbaik.
Saat ini, setidaknya ada sembilan perusahaan yang tergabung dalam program ini, antara lain Grab Indonesia, Bank Danamon, Habitat for Humanity, Home Credit, Kalbe Pharmaceuticals, Ogilvy and Mather, dan Reckitt Benckiser.
Dari sejumlah perusahaan tersebut, beberapa posisi yang ditawarkan adalah management trainee, partner acquisition, account management, dan employer branding. Program ini dimulai dari 20 Maret 2018 hingga akhir Mei 2018.
Di Indonesia, ada lebih dari 9 juta anggota yang terhubung di LinkedIn dari lebih dari 500 juta anggota di seluruh dunia.