LAMONGAN, KOMPAS — Anak-anak muda harus didorong untuk menumbuhkan ekonomi kreatif. Di tangan generasi milenial, industri kreatif akan membuat anak-anak muda tidak lagi mencari pekerjaan, tetapi justru menciptakan lapangan kerja.
Calon wakil gubernur Jawa Timur, Puti Guntur Soekarno, saat berdialog dengan anak-anak muda di Liek Caffee, di Kabupaten Lamongan, Selasa (20/3), mengatakan, Jatim punya daya dukung untuk pertumbuhan ekonomi kreatif.
Puti bersama calon gubernur Jatim, Syaifullah Yusuf, berkomitmen memperkuat ekonomi kreatif di daerah.
Langkahnya dengan mengakomodasi dan mendukung generasi milenial melalui pelatihan, pembinaan usaha mikro kecil dan menengah, disertai regulasi yang tepat.
“Kelompok milenial butuh perhatian khusus. Mereka lebih dinamis, berpikir terbuka, serta mengutamakan kolaborasi daripada kompetisi,” katanya.
Salah seorang anak muda Lamongan, Agung Wahyudi, mengatakan, anak muda memang butuh dukungan agar semakin kreatif. “Kami berharap komitmen Gus Ipul-Mbak Puti kepada kami anak-anak muda benar-benar diimplementasikan jika terpilih,” ujarnya.
Di Lamongan, Puti juga mengampanyekan pendidikan gratis untuk siswa SMA/SMK. Apalagi, pendidikan SMA/SMK yang semula dikelola pemerintah kabupaten/kota sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sekarang menjadi kewenangan pemerintah provinsi.
Sejak 2017, Pemprov Jatim telah mengambil alih pendidikan SMA/SMK dan ada biayanya. Puti menjanjikan pendidikan gratis untuk SMA/SMK melalui program pendidikan digratiskan berkelanjutan. Kebijakan itu diperkirakan menelan anggaran Rp 1,5 triliun.
Hal itu disampaikan kepada warga Desa Balun, Kecamatan Turi, ataupun kepada buruh pabrik Mitra Produksi Sigaret (MPS) HM Sampoerna di Desa Karanglangit, Kecamatan Lamongan Kota. Program pendidikan gratis dinilai mampu meringankan beban masyarakat.
“Jika biaya di sekolah negeri gratis, dananya bisa ditabung atau digunakan untuk keperluan lain. Kami memberikan beasiswa untuk siswa dari keluarga miskin,” katanya.
Revitalisasi pasar
Di Lamongan, Puti juga mengunjungi dan menyapa pedagang Pasar Sidoharjo dan Pasar Ikan Lamongan. Ia membeli nasi boran (makanan khas Lamongan), nasi ampok (jagung) dan tiwul (dari ketela).
Jika dipercaya masyarakat memimpin Jatim, ia bersama Gus Ipul akan membenahi infrastruktur pasar agar lebih bersih, lebih sehat, dan menjadi pusat wisata kuliner.
“Pasar menjadi pusat ekonomi rakyat sehigga harus dikelola lebih bagus lagi. Pasar perlu direvitalisasi dengan mengolaborasikan pasar sebagai tempat wisata kuliner,” kata Puti.
Di Pasar Sidoharjo, pedagang mengeluhkan, setelah pasar direnovasi lebih bagus dan semimodern, penghasilan pedagang justru menurun. Salah satunya dikeluhkan Mahfudi, pedagang cabai. Lapaknya di tengah pasar jarang didatangi pembeli.
Sementara Pasar Ikan Lamongan dikeluhkan kondisinya kumuh dan pembuangan limbah kurang representatif sehingga membuat pedagang kurang nyaman, seperti dirasakan Siti Maryam. Ikan yang diperjualbelikan kebanyakan hasil budidaya tambak, seperti bawal air tawar, nila, udang, lele, dan bandeng.
Puti ingin merenovasi pasar ikan ataupun pasar tradisional yang sehat, layak, dan ramah terhadap perempuan dan anak. Sanitasi dan penataan ruang para pedagang perlu dibenahi agar pasar bukan sekadar sebagai pusat transaksi jual beli, melainkan juga sebagai pusat wisata.
Konsep pasar juga perlu ditata ulang agar ada akses untuk pembeli dan pedagang tidak rugi karena kehilangan pelanggan. “Kalau bisa di pasar dibuat pula restoran dengan menu ikan segar bisa menjadi pusat kuliner,” katanya.