SINGAPURA, KOMPAS — Aktivis pemberdayaan masyarakat asal Indonesia, Tri Mumpuni Iskandar (53), meraih penghargaan ASEAN Social Impact Awards 2018. Penghargaan untuk karya Tri Mumpuni dalam bidang pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya dengan pengembangan listrik mikrohidro di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, itu diserahkan di Singapura, Rabu (21/3).
Penyerahan penghargaan yang diprakarsai Asia Philantropy Circle (APC) bersama National University of Singapore (NUS) dan Ashoka Foundation itu dihadiri, antara lain, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Puan Maharani, Richard Tan Kok Tong dari Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga Singapura, pejabat bidang pemberdayaan masyarakat dari anggota ASEAN, serta filantrop dari sejumlah negara di Asia.
Filantrop asal Indonesia yang hadir antara lain Victor R Hartono dari Djarum Foundation dan Belinda Tanoto dari Yayasan Bhakti Tanoto.
Chairman APC Stanley Tan menjelaskan, penghargaan ASEAN Social Impact sudah dilaksanakan selama tiga tahun terakhir.
Penghargaan yang diinspirasikan oleh filantrop asal Singapura, Dr Ee Peng Liang, itu adalah untuk mendorong lahirnya aktivis pemberdayaan masyarakat di negara anggota ASEAN, yang memberikan dampak sosial luar biasa bagi masyarakat.
Untuk tahun 2018, panitia menerima 160 usulan peraih penghargaan ASEAN Social Impact yang berasal dari seluruh negara ASEAN. Bidang yang ditawarkan pun beragam, antara lain terkait pemberdayaan ekonomi masyarakat, lingkungan hidup, pertanian, pembangunan masyarakat, dan hak asasi manusia (HAM).
Dewan juri, yang terdiri atas 30 ahli dari berbagai bidang, akhirnya memilih 12 finalis. Dari finalis itu, dipilih lagi sehingga menjadi enam calon yang berhak menerima penghargaan.
Guru Besar Jurusan Pekerja Sosial NUS S Vasoo menambahkan, peraih ASEAN Social Impact Awards menunjukkan kreativitas, daya tahan, dan semangat kemanusiaan yang luar biasa untuk mengembangkan masyarakat. Peraih penghargaan juga menunjukkan komitmen yang luar biasa untuk mengembangkan masyarakat tanpa pamrih.
Kembangkan listrik
Tri Mumpuni mengisahkan pembangunan listrik mikrohidro yang diprakarsainya di Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungueti, Kabupaten Sumba Timur. Pembangunan kelistrikan dipilih karena tak banyak hal yang bisa dilakukan tanpa listrik.
”Listrik adalah kata kunci untuk pengembangan perekonomian masyarakat. Dengan adanya listrik, ada banyak prakarsa yang bisa dijalankan warga,” ujar Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan itu.
Pembangunan kesehatan masyarakat, bahkan pertanian, lanjut Tri Mumpuni, juga membutuhkan daya listrik. Keberadaan daya listrik, yang diikuti keteladanan dalam mengutamakan pendidikan, mendorong masyarakat secara mandiri mengembangkan dirinya pula.
Tri Mumpuni berkarya di Sumba sejak tahun 1999. Kini di desa itu, selain pertaniannya berkembang dan perekonomian masyarakat semakin baik, juga melahirkan lebih dari 30 sarjana. Mereka pun kembali mengembangkan masyarakatnya.
”Musuh utama kita adalah kemiskinan,” ujarnya.
Sebagai pemenang ASEAN Social Impact Awards 2018, Tri Mumpuni meraih plakat dan dana pengembangan 50.000 dollar Singapura.
Dua pemenang kedua (runner-up), yaitu Cherrie Atilano dari Agrea Agricultural System International (Filipina) dan Somsak Boonkam dari Local Alike (Thailand), masing-masing menerima plakat dan dana pembinaan 25.000 dollar Singapura.
Tiga finalis lainnya berasal dari Indonesia. Mereka adalah Goris Mustaqim dari Rumah Sehat Garut, Irfan Amalee dari Peace Generation, dan Maria Loretha dari Cinta Alam Pertanian.