Belajar dari Sunway
Cerita soal tambang di Indonesia, ibarat litani cerita kesedihan. Lingkungan rusak. Lahan pertanian hancur. Anak terperosok dalam lubang bekas galian. Bahaya racun mengancam.
Dalam arsip berita Harian Kompas, 26 Maret 2016, Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian terkait mengontrol aktivitas perusahaan tambang di Kalimantan Timur, menyusul tewasnya dua anak di lubang bekas tambang. Dalam lima tahun terakhir, sudah 22 orang yang tewas di lubang itu, mayoritas anak-anak.
Di Pulau Bangka, sejumlah galian bekas tambang timah terkesan dibiarkan tidak terurus. Padahal jika bekas tambang timah itu dikelola baik, bisa disulap menjadi kawasan wisata. Itu bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakar sekitat.
Seperti ditulis Rahma Purna Jati di Kompas.id, Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengemukakan, setidaknya ada lima bekas kawasan tambang yang akan dikelola menjadi obyek wisata. Salah satunya kawasan tambang terbuka di Belitung Timur.
Kawasan tersebut tergolong unik karena terdapat danau yang merupakan hasil galian tambang timah yang sudah tidak beroperasi sejak 1990-an. Ada juga kawasan wisata Kolong Biru di Kecamatan Nibung, Bangka Tengah yang memiki danau bekas tambang dengan air warna biru.
Jika bekas tambang itu dikelola dengan baik dengan perencanaan yang matang, niscaya akan memberikan manfaat. Setiap akhir pekan selalu saja ada yang berwisata ke kawasan tersebut sambil menikmati durian dan kelapa muda ketika sedang musim.
Kondisi itulah yang membawa Presiden Direktur Adaro Energi Tbk Garibaldi Thohir terbang ke Malaysia. Boy – demikian panggilan akrab Garibaldi – bersama dengan sejumlah wartawan terbang ke Kuala Lumpur untuk melihat bagaimana bekas kawasan tambang timah di Kuala Lumpur, Malaysia “disulap” menjadi kota mandiri yang terus berkembang. Kawasan itu bernama Sunway. Boy punya obsesi ketika kawasan tambang yang dikelola Adaro di Kota Tanjung, Tabalong Kalimantan Selatan, selesai beroperasi akan diubah menjadi kawasan sejenis Sunway City.
Boy punya obsesi ketika kawasan tambang yang dikelola Adaro di Kota Tanjung, Tabalong Kalimantan Selatan, selesai beroperasi akan diubah menjadi kawasan sejenis Sunway City
“Itu obsesi saya,” kata Boy seraya menambahkan, tambang baturbara milik Adaro, dalam waktu 20-30 tahun ke depan, ketika batubara tak lagi punya nilai ekomomi, akan ditransformasikan menjadi kawasan wisata. “Dengan visi jauh ke depan, kita bisa optimalkan. Dari kawasan westland menjadi bisnis baru yang berkelanjutan,” kata Boy.
Sunway City adalah bekas tambang timah yang selesai beroperasi tahun 1980. Luasnya 600 hektar. Obsesi besar dari Tan Sri Dato’ Seri Dr Jeffrey Cheah Fook Ling yang mengubah bekas tambang timah menjadi Kota Sunway. Jeffrey membeli bekas tambang milik Inggris pada tahun 1970. Cheah, pemain properti ternama di Kualalumpur awalnya membangun kawasan wisata bersama Sunway Lagoon.
Perubahan begitu cepat terjadi di kawasan Sunway. Kini, sudah ada pusat pendidikan Sunway University, Monash University Malaysia, pusat kesehatan Sunway Medical Center, dan sejumlah hotel. Lebih dari 500.000 penduduk serta mahasiswa nasional dan internasional tinggal di kawasan tersebut.
Sunway City menjadi kawasan terintegrasi. Ada tempat hiburan. Ada hotel. Ada universitas. Ada rumah sakit. Ada asrama untuk para mahasiswa. Sistem transportasi terkelola dengan baik. Di lorong menuju mal di Sunway terpasang serial foto bagaimana obsesi dan mimpi Jeffrey Cheah diwujudkan.
Transformasi diwujudkan sejak 1980, dimana kawasan bekas tambang timah menjadi kawasan tak bertuan. Pada tahun 1986 dimulai dengan pembangunan taman hiburan Sunway Lagoon, dilanjutkan pada tahun 1987 mulai dibangun kawasan pendidikan bernama Sunway College.
Pada tahun 1992 mulai beroperasi tempat hiburan Sunway Lagoon yang banyak dikunjungi turis Indonesia. Transformasi terus berjalan sampai akhirnya pada tahun 2017, kawasan Sunway punya fasilitas pengolahan air tersendiri.
Di akhir serial foto transformasi itu bertuliskan: turning vision into reality. Mengubah visi menjadi realitas! Itulah frase kunci dalam sebuah transformasi. Seorang pemimpin, termasuk pemain tambang, harus punya visi jangka panjang, bagaimana kawasan tambang itu harus dikelola, termasuk setelah era paska tambang berakhir. Tanpa visi jangka panjang, ditambah tidak ada pertanggungjawaban sosial terhadap lingkungan, kawasan tambang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Jadilah kerusakan lingkungan.
Mengubah visi menjadi realitas! Itulah frase kunci dalam sebuah transformasi. Seorang pemimpin, termasuk pemain tambang, harus punya visi jangka panjang, bagaimana kawasan tambang itu harus dikelola, termasuk setelah era paska tambang berakhir.
Visi menjadi penting, namun mengubah visi menjadi realitas adalah tantangan lain. Butuh komitmen untuk mengubah visi menjadi realitas. Komitmen juga tidak cukup karena untuk mewujudkan visi menjadi realitas dibutuhkan dukungan pemerintah. “Pemilik tambang yang visioner dan punya komitmen kepada wilayah bekas tambang sangat dibutuhkan,” kata Boy Thohir.
Boy Tohir berangkat ke Sunway City dan The Mines bersama dengan sejumlah pemimpin redaksi awal Maret 2018. The Mines adalah kawasan bekas tambang timah yang diubah jadi kawasan perumahan mewah dengan lapangan golf disertai dengan danau. Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad tinggal di kawasan tersebut.
Boy melihat langsung Sunway City dan The Mines sekaligus untuk menguatkan komitmennya untuk mentransformasikan kawasan tambang batubara Adaro, menjadi kawasan wisata yang membawa manfaat di bumi Kalimantan
Boy melihat langsung Sunway City dan The Mines sekaligus untuk menguatkan komitmennya untuk mentransformasikan kawasan tambang batubara Adaro, menjadi kawasan wisata yang membawa manfaat di bumi Kalimantan. Memang masih 20-30 tahun kemudian, visi itu baru bisa diwujudkan. Namun, komitmen dan ikrar telah dicanangkan sejak sekarang!
Budiman Tanuredjo, Pemimpin Redaksi Harian Kompas