JAKARTA, KOMPAS-- Kredit pendidikan memberi harapan bagi mereka yang terkendala biaya kuliah. Namun, pengucuran kredit ini tetap tersegmentasi untuk memastikan tidak terjadi kredit macet.
Kredit pendidikan (student loan) yang digagas pemerintah tidak serta-merta bisa diakses oleh semua orang. Perlu pengaturan segmentasi penerima untuk memastikan pengembalian kredit pendidikan tidak macet.
Untuk mahasiswa, kredit pendidikan ditargetkan bisa diakses mulai jenjang S-1. Namun, ini diusulkan untuk program studi tertentu dengan peluang kerja setelah lulus tinggi, seperti bidang sains dan teknologi. Selain itu, peluang besar kredit pendidikan juga diperuntukkan bagi mahasiswa di jenjang pascasarjana yang umumnya kuliah sambil bekerja.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dalam acara peluncuran kredit pendidikan dari Bank BRI lewat produk Briguna Flexi Pendidikan di Jakarta, Rabu (21/3), mengatakan, kredit pendidikan memberi harapan bagi masyarakat, khususnya di jenjang pendidikan tinggi, untuk bisa tetap kuliah meskipun terkendala biaya. Selain itu, peluang masyarakat untuk meningkatkan pendidikan ke jenjang magister hingga program doktoral juga terbuka lebar.
Nasir memberi masukan soal bunga pinjaman yang harus rendah, maksimal mengikuti Bank Indonesia Rate (suku bunga acuan BI). Atau bisa mengikuti pertumbuhan ekonomi dengan besaran bunga yang tetap (flat).
”Jika kredit pendidikan masih mengikuti suku bunga komersial, daya tariknya jadi rendah. Padahal, kredit pendidikan diharapkan dapat membantu mereka yang menghadapi kendala biaya di bangku kuliah,” kata Nasir.
Menurut dia, nanti akan disiapkan aturan yang menjadi acuan perbankan. Kementerian Koordinator Perekonomian ditugasi Presiden mengoordinasikan dan menyiapkan pedoman bagi perbankan dan kementerian/lembaga terkait kredit pendidikan ini.
”Kami mengapresiasi inisiatif Bank BRI yang sudah memulai kredit pendidikan di jenjang pascasarjana. Kami harap ini bisa menginspirasi bank lain,” kata Nasir.
Imbauan Presiden
Direktur Utama Bank BRI Suprajarto mengatakan, peluncuran produk Briguna Flexi Pendidikan sebagai respons dari imbauan Presiden agar perbankan meluncurkan kredit pendidikan. Kredit pendidikan BRI ini baru dikhususkan untuk mahasiswa S-2 dan S-3 di perguruan tinggi negeri yang sudah memiliki penghasilan tetap.
”Adanya pinjaman lunak ini diharapkan dapat memacu minat masyarakat untuk menempuh pendidikan tinggi tingkat lanjut. Melalui fasilitas ini, kami juga berkomitmen membantu Kemristek dan Dikti dan universitas-universitas terkemuka di Indonesia dalam memfasilitasi pembiayaan pendidikan mahasiswa,” tutur Suprajarto.
Selama ini, katanya, BRI juga menyediakan beasiswa bagi mahasiswa lewat program tanggung jawab sosial perusahaan.
Ia menyebutkan, Briguna Flexi Pendidikan mempunyai fleksibilitas berupa kelonggaran waktu pembiayaan (grace periode). Mahasiswa diperbolehkan hanya membayar bunga berjalan selama masa pendidikan, sedangkan pokok pinjaman dapat dibayarkan setelah mahasiswa lulus. Kredit pendidikan ini untuk mahasiswa S-2 dengan jangka waktu pinjaman maksimal enam tahun dan mahasiswa S-3 dengan jangka waktu peminjaman maksimal 10 tahun.
Suprajarto menyatakan masih mengevaluasi suku bunga agar bisa memenuhi harapan pemerintah. ”Karena kami juga ingin bisa murah. Jadi, kami berusaha untuk bisa mencari sumber pendanaan agar kredit jangka panjang tetap bisa murah,” ujarnya.
Rektor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Panut Mulyono mengatakan, negara butuh lulusan pascasarjana, terutama doktor, yang banyak untuk memperkuat riset dan inovasi. ”Dengan ada kredit pendidikan, kami yakin minat untuk kuliah semakin tinggi,” kata Panut. (ELN)