Prabowo: Saya Menyampaikan agar Pemerintah Waspada
Oleh
DD16
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tentang Indonesia yang akan bubar pada 2030 menjadi bentuk peringatan yang ia sampaikan kepada pemerintah agar terus waspada terhadap segala ancaman. Namun, pernyataan itu dinilai kontraproduktif bagi elektabilitas Prabowo karena memosisikan dirinya hanya sebagai pengkritik tanpa solusi.
”Saya menyampaikan ke lingkungan politik agar waspada. Jangan anggap enteng persoalan-persoalan yang ada,” kata Prabowo, di Jakarta, Kamis (22/3).
Adapun persoalan-persoalan yang disampaikan itu terkait dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia. Hal itu dianalogikan dengan masa penjajahan yang pernah dialami bangsa ini.
”Kenapa mereka menjajah kita? Karena kita kaya. Setelah Indonesia merdeka, tetap kita mau dipecah,” ujar Prabowo. ”Kita jangan terlalu lugu. Banyak negara yang iri dengan kita. Banyak yang tidak punya sumber alam. Mereka inginnya menjadi kaya dari kita.”
Pernyataan Prabowo itu didasari oleh sebuah novel bergenre fiksi-sains dengan judul Ghost Fleet (2015) yang ditulis oleh Peter Warren Singer dan August Cole. Kedua penulis itu merupakan ahli di bidang intelijen dan isu strategis. Dalam novel itu diceritakan, Indonesia gagal sebagai negara dan stabilitasnya terancam setelah perang kedua di Timor, Nusa Tenggara Timur.
Prabowo menyatakan, isi novel itu penting karena bentuknya adalah tulisan skenario. Ia menyampaikan hal itu agar pemerintah terus waspada. Ia juga memercayai isi novel itu karena kepakaran yang dimiliki penulis dalam bidang intelijen.
Kita jangan terlalu lugu. Banyak negara yang iri dengan kita. Banyak yang tidak punya sumber alam. Mereka inginnya menjadi kaya dari kita.
”Jadi, di luar negeri ada yang namanya scenario writing. Mungkin bentuknya novel, tetapi yang menulis itu adalah ahli-ahli intelijen dan strategi,” lanjut Prabowo.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, apa yang disampaikan Prabowo itu justru kontraproduktif bagi elektabilitasnya menjelang Pemilu Presiden 2019. Hal itu dapat terjadi karena kritik yang disampaikan Prabowo tidak menawarkan solusi.
”Pernyataan itu justru memosisikan Prabowo sekadar sebagai kritikus. Hal itu justru menggerus elektabilitasnya. Prabowo tidak dilihat sebagai seorang negarawan karena tidak ikut memberikan solusi,” tutur Yunarto.
Ia menambahkan, hal yang disampaikan Prabowo itu juga cenderung konspiratif dan tidak bisa menyentuh masyarakat. ”Isu yang dia bicarakan terlalu besar dan tidak ada landasan yang kuat. Hal-hal itu tidak bisa menyentuh masyarakat karena sifatnya yang terlalu konspiratif dan sulit dicerna,” ujar Yunarto.
Ia menyebutkan, terdapat dua karakter dari seorang pemimpin atau negarawan, yaitu menawarkan solusi dan menawarkan ketakutan. Berdasarkan pernyataan Prabowo, Yunarto mengategorikan Prabowo sebagai pemimpin yang memiliki karakter yang menawarkan ketakutan.
”Pernyataan ’bubar’ menunjukkan adanya ancaman dan bahaya dalam kehidupan bangsa ini. Hal itu sama seperti jargon ’bocor’ yang ia sampaikan pada Pilpres 2014,” kata Yunarto. Dalam kata ”bubar” dan ”bocor” ada nuansa ketakutan yang menyelimuti pikiran masyarakat.