BONDOWOSO, KOMPAS — Sebanyak 200 warga di Desa Watucapil dan Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, dievakuasi akibat embusan gas beracun dari kawah Gunung Ijen. Bahkan, 27 orang dari dua desa yang berjarak 7 kilometer dari kawah itu dilarikan ke Puskesmas Sempol.
Dihubungi dari Lampung, Kamis (22/3), Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Banyuwangi Sumpena mengatakan, 9 warga korban gas beracun masih dirawat intensif di Puskesmas Sempol dan 2 warga lain di RSUD Koesnadi, Bondowoso.
”Gas beracun yang membuat warga sesak napas mulai dirasakan Rabu (21/3) pukul 20.00. Sekitar 30 menit sebelumnya, sejumlah petambang belerang di kawah Gunung Ijen mendengar suara letupan,” ujar Sumpena.
Letupan diduga menjadi awal keluarnya gas beracun dari kawah Gunung Ijen. Gas beracun lantas menyebar hingga ke permukiman warga.
”Di salah satu sisi kawah ada air kawah yang dialirkan dari Dam Belanda ke Kalipait, Watucapil, hingga Belawan. Diduga sebaran gas beracun mengikuti alur sungai,” kata Sumpena.
Kamis sore, kawah Gunung Ijen dan dua desa terdampak mulai normal. Beberapa warga kembali ke rumah sambil membekali diri dengan masker. Letupan dan embusan gas beracun di kawah Gunung Ijen bukan pertama terjadi.
”Munculnya gas beracun biasanya pada akhir musim hujan. Gejalanya diawali munculnya gelembung-gelembung udara di permukaan air kawah,” ujar Sumpena. Beberapa kali, sebaran gas beracun tidak sampai ke permukiman penduduk.
Sumpena membantah ada wisatawan asing asal Australia yang terjebak di sekitar Ijen dan menjadi korban gas beracun. Semua korban merupakan warga yang tinggal di lereng Gunung Ijen.
”Jalur pendakian biasa dibuka pukul 01.00. Peristiwa terjadi pukul 19.30,” kata Sumpena.
Ditutup sementara
Guna memastikan keselamatan penduduk, wisatawan, dan petambang belerang, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Banyuwangi menutup sementara jalur pendakian sembari menunggu evaluasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Gede Suantika mengatakan, pihaknya melakukan pengamatan intensif. ”Kami belum mengetahui secara pasti sumber gas dari mana. Kami juga belum dapat memastikan fenomena dan penyebabnya. Yang pasti gas vulkanik,” ujar Gede.
Terkait kandungan gas, menurut Gede, jika tidak berbau dan tidak berwarna, kemungkinan gas CO atau CO2. Jika ada bau belerang, mungkin ada gas sulfur keluar dari rekahan baru.
Di Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, puluhan warga dari empat dusun di lereng Ijen, yakni Dusun Margahayu, Krepekan, Watucapil, dan Kebun Jeruk, sesak napas dan muntah karena menghirup bau belerang yang pekat.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Wawan Irawan mengatakan, saat ini belum bisa dipastikan apakah ada potensi erupsi di Ijen. (AIK/GER)