NUSA DUA, KOMPAS — Citra pariwisata Bali benar-benar dipersiapkan panitia penyelenggara menjelang pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Oktober mendatang. Tak hanya persoalan fisik keindahan dan infrastruktur, kesiapsiagaan pariwisata menghadapi segala ancaman pun dipersiapkan matang.
Bahkan, kesiapsiagaan ini menjadi salah satu syarat utama Indonesia, khususnya Bali, agar layak dan siap menjadi tuan rumah pertemuan internasional tersebut.
Pada Oktober mendatang, Bali memiliki hajatan besar dan bisa jadi yang terbesar tahun ini. Bali menjadi tuan rumah pertemuan internasional tiga tahunan IMF-Bank Dunia 2018. Sedikitnya 17.000 orang akan datang, termasuk direncanakan 22 kepala negara, perdana menteri, dan menteri keuangan dari 189 negara.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali Dewa Indra mengatakan, kesiapsiagaan ini menjadi penting untuk Bali karena bertepatan dengan pertemuan internasional IMF-Bank Dunia.
”Tentu ini menjadi nilai tambah bagi pariwisata Bali. Bali makin siap menerima apa pun acara internasional dan wisatawan asing aman serta siap menghadapi bencana apa pun,” ujarnya pada acara sosialisasi hari kesiapsiagaan bencana 2018, di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (23/3).
Dewa berharap, semua pihak mendukung untuk siap menerima tamu. Sementara masyarakat pun berpartisipasi dan siap siaga menghadapi bencana. Saat itu, semua mata dunia akan tertuju kepada Indonesia, terutama Bali. Sejak Oktober 2017 hingga Jumat ini, segala hal dipersiapkan mulai dari pembangunan infrastruktur, penyiapan akomodasi, sampai destinasi.
Tanpa sengaja dan tak ada yang menyangka, September 2017, Gunung Agung di Kabupaten Karangasem berstatus Waspada dan berlanjut berstatus Awas sampai erupsi 21 November 2017.
Pada akhirnya, pihak IMF-Bank Dunia pun mengingatkan penyelenggara di Indonesia agar benar-benar menyiapkan Bali terkait kesiapsiagaan penanganan bencana, terutama jika terjadi erupsi besar ketika pertemuan tersebut berlangsung.
Bahkan, persiapannya diharapkan mendekati sempurna dan terencana menangani skenario terburuk jika abu vulkanik berembus ke wilayah selatan Bali dan berdampak terganggunya penerbangan di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung.
The Royal Santrian yang berlokasi di Tanjung Benoa, tak jauh dari kawasan Nusa Dua, juga mendapatkan pesanan dari hajatan internasional ini. Seluruh kamar setara vila sebanyak 22 kamar sudah dipesan.
Siap menerima tamu
General Manager The Royal Santrian sekaligus Ketua Bali Hotels Association Ricky Putra mengatakan, semua hotel yang terpilih siap menerima tamu kehormatan dan peserta pertemuan IMF-Bank Dunia.
”Dan, semua pihak hotel sepakat untuk tetap menggunakan harga wajar tanpa menaikkan harga kamar hotel dengan sengaja agar lebih untung,” lanjutnya.
Ia pun menyiapkan gala dinner untuk tamu kehormatan pertemuan internasional tersebut sekitar 450 orang di The Royal Santrian. Menu dan seluruh dekorasi ruangan tidak semuanya diganti, hanya menyesuaikan dan perbaikan sana-sini.
Sebanyak 4.500 tamu dari 17.000 orang tersebut menginap di dalam kawasan Nusa Dua. Selebihnya, peserta menginap di hotel-hotel di sekitar Nusa Dua dan Denpasar.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Bali Tjokorda Artha Ardhana Sukawati, yang biasa dipanggil Cok Ace, bangga dengan kesiapan hotel-hotel terpilih untuk hajatan internasional ini. Hal ini menandai positif untuk Bali di industri pariwisata.
”Dampaknya pasti bakal luar biasa. Kesiapan hotel dan restoran menjadi pencitraan yang bermanfaat hingga jangka panjang. Mari Bali bersyukur untuk kepercayaan ini,” ujar Cok Ace.
Selain kesiapan menghadapi bencana, lingkungan juga diperhatikan. Menyongsong pelaksanaan pertemuan IMF-Bank Dunia pada Oktober 2018, penataan TPA Regional Suwung mulai digarap.
Sebagian lahan TPA yang luas totalnya mencapai 32,46 hektar itu akan disulap menjadi ecopark. Sementara sisanya akan dikelola dengan konsep sanitary landfill management dan waste to energy.
Informasi tersebut diutarakan Kepala Satker PLP Kementerian PUPR IB Lanang dalam pertemuan dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika, beberapa waktu lalu.
Lanang mengutarakan, penataan TPA Regional Sarbagita Suwung telah disepakati pemerintah pusat pada 27 Desember 2017 dan memperoleh kucuran dana sebesar Rp 250 miliar.
”Pengerjaannya dikerjakan dengan sistem multiyears, hingga 2019,” ujarnya.
Untuk pengerjaan pada tahap awal, pihaknya menargetkan dapat merampungkan penataan lahan pada sisi barat yang terlihat dari Jalan Tol Bali Mandara.