Pelaku Usaha Optimistis dengan Prospek Ekonomi Indonesia
Oleh
DD13
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha di bidang pembiayaan optimistis dengan perkembangan perekonomian Indonesia dan dunia ke depannya. Mereka menyatakan akan terus mengembangkan bisnis sekalipun Indonesia telah memasuki tahun pemilu pada 2018-2019.
Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), terdapat 193 perusahaan pembiayaan tahun 2017. Jumlah itu sedikit menurun jika dibandingkan dengan 200 perusahaan tahun 2016 dan 203 perusahaan tahun 2015. Namun, total aset perusahaan meningkat dari tahun 2015-2017, secara berturut-turut adalah Rp 425,7 triliun, Rp 442,8 triliun, dan Rp 477,2 triliun.
Adapun piutang pembiayaan berdasarkan kepemilikan jenis lembaga adalah 62,57 persen nonperbankan dan 37,43 persen perbankan pada tahun 2017. Total kepemilikan berdasarkan asal lembaga terdiri dari 48,04 persen kepemilikan asing dan 51,96 persen kepemilikan swasta nasional tahun 2017.
Ekonom PT Danareksa Sekuritas, Damhuri Nasution, dalam Business Outlook 2018 bertema Business Challenge yang diadakan PT Pool Advista Finance (PAF) di Jakarta, Kamis (22/3), memprediksi, berbagai indikator penilaian ekonomi Indonesia, seperti suku bunga, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi, menunjukkan tren positif.
Inflasi, misalnya, akan turun secara perlahan. Data dari Badan Pusat Statisitik menunjukkan, tingkat inflasi pada Desember 2017 sebesar 0,71 persen, Januari 2018 sebesar 0,62 persen, dan Februari 2018 0,17 persen.
”Pemerintah juga tidak akan menaikkan administered price atau inflasi yang diatur pemerintah, seperti minyak dan listrik, karena telah memasuki tahun politik,” katanya. Oleh karena itu, harga akan relatif stabil.
Selain itu, kata Damhuri, pertumbuhan ekonomi global menuju arah positif. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,9 persen tahun ini. Angka itu dinilai lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2017 sebesar 3,7 persen dan tahun 2016 sebesar 3,2 persen.
Dengan membaiknya perekonomian global, permintaan ekspor dan neraca perdagangan Indonesia akan semakin bagus. ”Saya pikir pelaku bisnis tidak terlalu concern soal tahun politik. Bahkan, beberapa pebisnis bilang, politik ya politik, kita tetap berbisnis,” kata Damhuri.
Ketua APPI dan Direktur Utama Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL) Suwandi Wiratno menyatakan, semakin banyak perusahaan pembiayaan asing muncul di Indonesia sejak awal tahun 2000, misalnya dari negara Jepang, India, Filipina, dan Thailand.
”Mereka optimistis dengan pertumbuhan ekonomi kita. Kita sebagai pelaku harusnya lebih optimistis,” katanya.
Data dari APPI juga menunjukkan, kredit bermasalah (NPF) menurun 2,65 persen pada Januari 2018 dibandingkan 3,17 persen pada Januari 2017. Adapun return on equity (ROE) atau kemampuan menghasilkan laba bersih naik 12,28 persen pada Desember 2017 dibandingkan 12,01 persen pada Desember 2016.
Otoritas Jasa Keuangan, kata Suwandi, saat ini mendorong perusahaan pembiayaan untuk melakukan pembiayaan produktif kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan konsep ekonomi kerakyatan.
Dalam mendukung industri kreatif, terdapat tiga sektor terbesar tahun 2016, yaitu kuliner (Rp 3,1 triliun), kerajinan (Rp 1,25 triliun), dan fesyen (Rp 449 miliar). ”Masih banyak sektor yang belum digali, seperti sektor film yang baru mencapai Rp 58,19 miliar,” katanya.
Data APPI juga menunjukkan, sebaran piutang pembiayaan terbanyak di Pulau Jawa (69,9 persen), Sumatera (15,3 persen), Kalimantan (8 persen), Sulawesi (5,7 persen), kawasan Indonesia bagian timur (1,7 persen), dan luar negeri (0,1 persen).
Adapun beberapa tantangan yang dinyatakan Suwandi masih harus dihadapi perusahaan pembiayaan dalam negeri adalah masalah peraturan baru terkait beberapa hal, seperti pekerja asing, peminjaman tunai, pajak, dan eksekusi fudisia atau hak kepemilikan.
Sementara itu, hal yang perlu diwaspadai, menurut Damhuri, adalah negara maju, seperti Amerika Serikat, yang cenderung mengubah kebijakan ketika kondisi ekonomi negara itu telah bagus, misalnya dengan meningkatkan suku bunga. (DD13)