JAKARTA, KOMPAS - Pembangunan kereta api yang masif di Indonesia membutuhkan berbagai kesiapan, termasuk tenaga ahli di bidangnya. Saat ini, Indonesia baru memiliki satu akademi bidang perkeretaapian serta satu sekolah tinggi bidang transportasi darat.
Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) Hermanto Dwiatmoko mengatakan, untuk bisa terjun dalam operasional dan perawatan perkeretaapian, perlu tiga tahun untuk mencapai diploma ditembah 2-3 bulan pelatihan khusus.
“Karenanya, begitu ada proyek perkeretaapian baru, mesti juga diikuti dengan persiapan tenaga perkeretaapian,” ucapnya di sela-sela Indonesia Railway Conference 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (22/3). Saat ini, tenaga yang dipersiapkan di sekolah perkeretaapian sudah terserap seluruhnya ke MRT di Jakarta dan LRT.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan, hingga tahun 2008, hanya ada satu perusahaan yang berpengalaman di bidang perkeretaapian di Indonesia, yakni PT Kereta Api Indonesia (KAI). Setelah 2008, MRT di Jakarta mulai dicanangkan.
“Saat kami mulai, hanya ada 10 orang di perusahaan kami yang berasal dari PT KAI. Artinya mereka yang punya pengalaman di bidang perkeretaapian sangatlah sedikit,” katanya dalam konferensi yang sama.
Karena keterbatasan lembaga yang berpengalaman di bidang pengelolaan kereta perkotaan (metro), PT MRT Jakarta mengirimkan sejumlah pegawai untuk belajar perkeretaapian ke Malaysia. Malaysia dipilih karena memiliki sejumlah pelayanan perkeretaapian serta bahasa pengantar yang relatif dekat dengan Bahasa Indonesia.
“Tujuan kami agar para karyawan kami menguasai teknologi dan terlatih mengoperasikan kereta. Begitu kereta kami tiba, mereka bisa praktik langsung di kereta kami sebelum operasional,” ujar Agung.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Satya Heragandhi juga menggarisbawahi kebutuhan tenaga kerja kompeten di perkeretaapian mengingat industri ini tengah meningkat.
Atasi kendala
Sementara, proyek LRT Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) yang merupakan proyek pemerintah pusat, terus dilakukan. Head of LRT Engineering Division PT Adhi Karya Isman Widodo mengatakan, progres fase 1 mencapai 34,5 persen. Fase 1 ini meliputi rute Cawang-Cibubur (57,55 persen), Cawang-Dukuh Atas (18,21), dan Cawang-Bekasi Timur (29,58).
Isman mengakui, ada banyak tantangan dalam pembangunan LRT antara lain kondisi lapangan saat ini. Di Cawang, misalnya, jalur rel LRT berdiri di atas gardu sutet dan jalan layang Cawang yang berlapis-lapis. Dari sisi waktu, pembangunan LRT fase 1 ini tergolong pendek. Pembangunan LRT sepanjang 44 km ini ditetapkan akhir tahun 2015 dan pembangunan dimulai tahun 2016. Adapun target operasional LRT adalah tahun 2019.