Pikat Wisatawan Mancanegara dengan Pesona Muara Bengawan Solo
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·5 menit baca
Belum genap setahun sejak dibuka pada 10 November 2017, pesona Muara Bengawan Solo di Desa Pangkahwetan, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sudah menarik minat warga Malaysia untuk mengunjunginya. Sedikitnya 75 siswa dan guru dari Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Baling Kedah, Malaysia, menikmati ekowisata mangrove, susur sungai, serta menikmati petik buah kelengkeng dan rambutan.
Mereka juga menyantap menu olahan ikan segar di perkampungan nelayan. Mereka juga disuguhi kesenian khas pesisir Gresik, pencak macan. Warga Malaysia diajak menyusuri sungai Bengawan Solo dengan perahu untuk menikmati panorama muara beserta flora dan faunanya.
Pengetua Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Baling Kedah Malaysa Abdul Somad mengatakan, kunjungan itu tak akan terlupakan. Menyusuri Bengawan Solo dan menikmati ekowisata mangrove dinilai luar biasa.
Wisata susur sungai itu bisa memberi edukasi kepada siswanya. Mereka terkesan dengan keramahtamahan warga. ”Ini pengalaman pertama yang luar biasa. Saya sendiri tahu Bengawan Solo hanya lewat lagu (ciptaan Gesang),” kata Somad.
Salah seorang guru, Syamsuri, juga terkesan dengan kesenian pencak macan yang disuguhkan menyambut kedatangan mereka. Siswa juga antusias menikmatinya. SMKA Baling Kedah sebenarnya sedang mengikuti program pembelajaran kelas internasional melalui kerja sama sister school dengan SMP Muhammadiyah 12 Gresik Kota Baru. Kekayaan budaya, wisata religi, dan wisata alam di Gresik dinilai menarik.
Kepala Desa Pangkahwetan Syaifullah Mahdi, yang akrab disapa Sandi, mengatakan, wisata Muara Bengawan Solo menjadi andalan desanya. Pihak desa dan para pemuda yang tergabung dalam karang taruna dan kelompok sadar wisata ingin mengubah kesan Bengawan Solo yang identik dengan banjir dan bencana menjadi sesuatu yang indah dan memesona.
Pihaknya secara khusus bahkan mengikutkan pemuda setempat untuk mengikuti pelatihan pemandu wisata profesional pada Januari lalu. Upaya itu untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung agar bukan sekadar menikmati kuliner maupun flora dan fauna di sekitar sungai.
Momen kunjungan dari warga negara lain menjadi peluang untuk semakin mengenalkan potensi Gresik. Kesenian khas pesisir, pencak macan disuguhkan untuk menyambut kedatangan wisatawan mancanegara itu.
Pemandu pun bisa memberikan informasi terkait obyek dan potensi di Pangkahwetan dan sekitarnya. Melalui spot swafoto yang disediakan, para pengunjung diharapkan berfoto bersama atau sendiri lalu diunggah ke media sosial sehingga membuat potensi Pangkahwetan makin dikenal. ”Mereka bisa belajar terkait mangrove dan cara budidayanya,” kata Sandi.
Setelah menyusuri dan menikmati panorama muara Bengawan Solo, para wisatawan itu diajak memetik buah rambutan dan kelengkeng. Agrowisata itu menempati area pertanian milik desa yang dikembangkan menjadi obyek wisata juga.
Puas memetik dan menikmati rambutan dan kelengkeng, mereka pun disuguhi kuliner khas pesisir Ujungpangkah. ”Kunjungan dari warga Malaysia itu memacu kami mengembangkan wisata yang lebih baik lagi,” ujar Sandi.
Mengubah kesan, menambah penghasilan
Menurut Sandi, dulu orang mendengar Bengawan Solo bisa jadi lebih sering terkait hal-hal menyedihkan. Kisah susah itu mulai orang hanyut dan tenggelam, banjir, rumah dan sawah tergenang, tebing longsor, rumah ambrol, hingga tanggul jebol. Kesan miring itu ingin diubah karena sejatinya Bengawan Solo menyimpan pesona menawan, yang sayang apabila dilewatkan.
Keberadaan Bengawan Solo itu dirasakan masyarakat Pangkahwetan. Mereka yang berada di muara bahkan kini bisa ”menjual” nama Bengawan Solo dan pesonanya untuk destinasi wisata dan kuliner khas perkampungan nelayan. Dagangan mereka itu bernama Wisata Muara Bengawan Solo. Selain itu juga event khusus melalui festival muara.
Pengunjung bisa menyusuri Bengawan Solo hingga Laut Jawa. Di sana, ada endapan lumpur yang kini menjadi daratan seperti pulau sendiri. Itu bisa menjadi arena bermain yang mengasyikkan. Pengunjung bisa bermain pasir putih dan ombak di daratan baru yang disebut Pulau Gili Grasakan (Gili Nyamukan). Kalau membawa bola sendiri atau layang-layang, bisa bermain sepuasnya.
Menuju ke lokasi bisa ditempuh dengan perahu selama lebih kurang 30 menit dari dermaga Pangkahwetan. Pengunjung bisa menikmati burung kuntul, bangau, camar dan elang laut. Burung-burung itu terbang di atas sungai atau hinggap di tanaman bakau.
Di kawasan mangrove, saat ini terbangun jogging track (lintasan jalan kaki) sepanjang 250 meter. Kayu pagar lintasan dicat warna warni. Tersedia tempat foto bagi yang hobi swafoto atau nampang rame-rame. Tulisan unik seperti Malas Pulang, Cintai Aku, dan Biar Jomblo yang Penting Piknik bisa jadi ajang foto menarik untuk diunggah ke media sosial.
Di lokasi dijumpai beberapa jenis tanaman mangrove. Mangrove yang dikembangkan di antaranya tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), pidada(Sonneratia caseolaris), bakau (Rhizophora mucronata), dan api-api (Avicennia alba).
Pengunjung bisa memanfaatkan jasa perahu wisata Rp 10.000 per orang atau sewa khusus berkelompok Rp 300.000. Perahu berkapasitas 30 orang itu sudah dilengkapi jaket pelampung. ”Kami ingin tunjukkan bahwa wisata itu tidak harus mahal. Dengan susur muara, pengunjung sudah bisa menikmati mangrove dan Pulau Nyamukan atau Gili Grasakan,” kata Sandi.
Kini, pengunjung bisa menikmati kuliner khas nelayan Pangkahwetan, kare rajungan, lobster, kelo (asem-asem) sembilang, dan ikan bakar di sekitar dermaga. ”Kelebihannya, ikan masih segar dan langsung diolah,” ujar Sandi.
Selain menjual pesona muara Bengawan Solo, pemerintah desa bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) menggelar kegiatan unik untuk menarik pengunjung, seperti Festival Muara Bengawan Solo, pada Agustus 2017. Ada panjat pinang di tepi sungai, lomba perahu hias susuri muara, balap dayung, serta pemilihan duta wisata Reang Eson di areal tambak.
Sandi ingin Pangkahwetan tidak hanya dikenal sebagai penghasil ikan, tetapi juga dikenang pesona muaranya. ”Kalau tidak hujan, kami segera gelar festival layang-layang. Melalui festival, diharapkan menambah penghasilan warga,” katanya.
Di sisi lain BUMDes juga mengelola pusat oleh-oleh untuk menghidupkan usaha camilan dari industri rumahan, di antaranya rempeyek, opak gapit, petis, dan kerupuk ikan. Upaya itu bisa memberikan penghasilan tambahan keluarga.